Resmi dilantik Gubernur Drs. Cornelis, MH menjadi Bupati Ketapang periode 2016-2021, namun Martin Rantan, SH tidak merubah penampilannya yang sederhana.
Politikus yang dulunya mengabdi sebagai guru honorer SMA PGRI di Kecamatan Tumbang Titi, tahun 1990 hingga 1991 ini sangat dekat dengan warga Ketapang. Politikus Partai Golkar yang bertarung pada Pilkada serentak 2015 lalu menggunakan jalur independen (perseorangan) itu tetap mengacu pada slogannya saat kampanye, “Ketapang maju masyarakat sejahtera”.
Nama Martin Rantan sudah tidak asing lagi di dunia politik di Kalbar, khususnya Ketapang. Dua periode menjabat anggota DPRD Ketapang, membuatnya dikenal di berbagai kalangan. Tak heran, Seketaris DPD II Partai Golkar Ketapang ini dijuluki sebagai politikus senior di Negeri Bertuah itu.
Pria kelahiran Tumbang Titi, 28 Maret 1968 silam ini menjadi pertama kali menjabat legislatif di tahun 1999. Kala itu Martin menjadi Pengganti Antar Waktu (PAW) hingga 2004. Merasa tertantang untuk menyuarakan aspirasi rakyat, ia pun kembali maju dan duduk kembali menjadi wakil rakyat Ketapang periode 2004-2009. Terpilih kembali di Pemilu Legislatif (Pileg) 2009-2014 sebagai anggota DPRD Ketapang, masih menunggangi Partai Golkar.
Ayah tiga anak ini kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kalbar, masih mengayuh perahu Golkar. Ia yang mempunyai basis suara besar di daerah pedalaman, melenggang ke DPRD Kalbar mewakili Ketapang dan Kayong Utara.
Martin yang baru menjabat sekitar 11 bulan sebagai anggota DPRD Kalbar, memilih mengundurkan diri pada 27 Agustus 2015. Dia mencalonkan diri sebagai calon Bupati Ketapang. Bukan menggunakan partai, bersama Suprapto maju melalui jalur independen. Karena saat itu Partai Golkar diserang dualisme kepengurusan.
Pada Pilkada 2010 lalu, Martin sempat maju mejadi calon Wakil Bupati Ketapang berpasangan dengan Yasir Ansyari melalui Partai Golkar. Pilkada yang diikuti empat pasangan calon itu, pasangan Yasir-Martin memperoleh suara terbanyak di putaran pertama. Namun kandas di putaran kedua dari Henrikus-Boyman.
Gagal pada Pilkada 2010 lalu, tidak membuat Martin Rantan patah arang. Suami Elisabet ini memiliki tekad, maju sebagai calon Bupati Ketapang, karena ketika menjadi legislatif, perjuangannya terbatas. Perjuangan di legislatif masih bersifat collective collegial. Anggota dewan tidak bisa mengambil keputusan atau menentukan kebijakan. Yang bisa menentukan atau mengambil keputusan akhir adalah bupati.
Martin yang begelar Sarjana Hukum di Universitas Tanjungpura (Untan) ini terpilih sebagai bupati, bukan untuk menjadi sebuah kebanggaan. “Ketika menjabat, itu bukanlah sebuah kenikmatan, tapi sebuah tanggungjawab besar,” tegas Martin kepada Rakyat Kalbar, Rabu (24/2).
Menurutnya, Kabupaten Ketapang butuh kemajuan, perlu perubahan. Wilayah yang kaya akan sumber daya alam, namun ekonomi masyarakatnya lemah. “Tidak mudah untuk merubah itu,” katanya.
Anak ketujuh dari delapan bersaudara ini akan menata ulang tata kelola birokrasi di Pemkab Ketapang. Penyesuaian struktur SKPD akan dilakukan. Di enam bulan pertama, dia akan melalukan pembenahan di internal terlebih dahulu. Setelah itu, pada APBD perubahan, barulah menyesuaikan rancangan birokrasi, disesuaikan dengan anggaran.
“Saya akan melanjutkan pembangunan yang dirancang bupati sebelumnya. Yang tidak tuntas akan dituntaskan, yang belum selesai akan diselesaikan,” tegasnya.
Laporan: Jaidi Chandra
Editor: Hamka Saptono