eQuator – KETAPANG,RK – Ratusan masyarakat dari beberapa desa di Kecamatan Benua Kayong menggelar ritual budaya Robo’-robo’ di pinggiran Sungai Pawan tepatnya di Kelurahan Kauman.
Melalui ritual adat yang setiap tahun dilaksanakan sebagian masyarakat Ketapang ini diharapkan kedepan dapat menjadi agenda rutin dan dilaksanakan se-Kabupaten Ketapang.
Puluhan jenis makanan, baik makanan sehari-hari seperti nasi dan lauk pauk serta makanan khas Kabupaten Ketapang seperti ketupat colet, ale-ale, tersusun rapi di atas hamparan karpet yang digelar di sebuah bekas dermaga penambatan kapal di Kelurahan Kauman.
Ketua Panitia kegiatan robo’-robo’, Ermansyah membenarkan perayaan robo’-robo’ khususnya di masyarakat pinggiran sungai dan tepian pantai masih melekat dan rutin di laksanakan di Kabupaten Ketapang, menurutnya kegiatan robo’-robo’ sudah turun-temurun dilaksanakan sejak dari zaman nenek moyang yang digelar setiap tahunnya di hari Rabu terakhir pada bulan Safar.
“Tujuan kegiatan robo’-robo’ untuk meminta keselamatan dan dijauhkan dari doa tolak bala,” ungkapnya, Rabu (9/12).
Ratusan masyarakat yang hadir di dermaga pinggiran sungai pawan di Kelurahan Kauman berasal dari beberapa desa di pinggiran sungai pawan, selain itu ada juga masing-masing rumah yang melaksanakan robo’-robo’ di kediaman masing-masing. Perayaan robo’-robo’ sendiri sudah ada di masyarakat tanah kayong dan berakulturasi dengan peradaban Muslim.
Ia berharap agar kedepan pelaksaan ritual adat robo’-robo’ dapat dilaksanakan dengan skala besar atau se-Kabupaten Ketapang agar seluruh masyarakat dapat mengetahui dan ikut melestarikan salah satu kebudayaan robo’-robo’.
Ia menilai masih banyak masyarakat Ketapang yang sudah mulai melupakan adat robo’-robo’, padahal diterangkannya kalau situs muslim tertua di Kalimantan ditemukan di Kabupaten Ketapang tercatat pada 1600-an Masehi.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Ketapang, Yulianus memang berharap agar perayaan robo’-robo’ yang merupakan salah satu adat istiadat masyrakat Ketapang khususnya melayu dapat dilaksakan dalam skala yang besar kedepannya, menurutnya saat ini pelaksanaan perayaan robo’-robo’ memang dilaksanakan rutin tiap tahunnya namun dalam skala kecil.
“Dengan merayakan tiap tahunnya merupakan salah satu cara kita untuk melestarikan budaya robo’-robo’ ini, dan memang harapan saya perayaan robo’-robo’ kedepan dapat terlaksana se-Kabupaten Ketapang,” ungkapnya.
Meski saat ini anggaran belum memadai melaksanakan kegiatan robo’-robo’ se-Kabupaten Ketapang, ia meminta masyarakat dapat bersatu dan bersama dalam pelaksanaannya, sebab menurutnya ada kelompok-kelompok masyarakat yang melaksanakan perayaan robo’-robo’ sendiri-sendiri. (Jay)