GAP Diyakini Mampu Tingkatkan Panen Petani

ilustrasi. net

eQuator – Mempawah-RK. Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), petani dituntut meningkatkan daya saing. Saat ini petani tidak hanya dipacu untuk meningkatkan produksi panen, melainkan ditantang menerapkan praktik pertanian yang baik atau Good Agricultural Practices (GAP).

“Sejak tahun 1982, dunia telah menetapkan GAP untuk produk pertanian. Nah, menjadi tantangan tersendiri bagi petani di Mempawah, mampu atau tidak mewujudkan GAP tersebut,” kata Wakil Bupati Gusti Ramlana saat bertemu pengurus dan anggota Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Mempawah pekan lalu.

Ramlana melanjutkan, persyaratan lain yang ditetapkan dunia melalui GAP, negara penghasil produksi pertanian tidak dalam kondisi perang, tidak mempekerjakan tenaga anak-anak, dan tidak menggunakan obat pestisida. Selanjutnya, mutu produksi padi terjamin serta waktu tiba produk sesuai kontrak.

“Sedangkan gambaran pertanian di negara kita belum mengedepankan standar GAP tersebut. Kita hanya melihat dari tingkat produksi untuk memenuhi konsumsi pangan masyarakat. Untuk urusan keamanan produksi padi, masih belum mendapat perhatian,” ungkap Ramlana.

Mulai sekarang petani perlu memikirkan langkah strategis mewujudkan standar GAP dalam produksi padinya. Tujuannya hasil pertanian tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri, melainkan bisa dijual ke luar negeri.“Terkait pertanian ini, kita berharap setiap kebijakan yang dikeluarkan, hendaknya terlebih dahulu diawali dengan pembangunan sistem pertanian itu sendiri. Sistem perencanaan mulai dari bibit, benih, lahan, hingga pemasaran sudah harus ditata terlebih dahulu. Jika sistemnya sudah siap, barulah didukung dengan kebijakan yang strategis,” saran Ramlana.

Ramlana mengatakan, pembangunan sektor pertanian harus dilakukan secara mandiri oleh pemerintah dan petani itu sendiri. Sebab, peluang masuknya investor di dunia pertanian di Mempawah sangat kecil.

“Alasan mendasar minimnya partisipasi investor yang tertarik untuk berinvestasi di sektor pertanian, disebabkan risiko kerugiannya cukup tinggi. Waktu investasi juga memakan waktu yang panjang. Sedangkan investor cenderung lebih memilih bidang-bidang yang lebih pendek masa investasinya,” jelasnya. (sky)