Petani Sepakat Buka Lahan Tanpa Membakar

Bupati: Pemkab Akan Fasilitasi Petani Memperoleh Teknologi Trichoderma

Sambutan. Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan memberikan sambuta dalam kegiatan tatap muka Forkopimda Kubu Raya dan Kota Pontianak, Kapolresta Pontianak dan Dandim 1207/BS untuk mencegah karhutla di Aula Kantor Bupati Kubu Raya, Sabtu (30/3). Syamsul Arifin/RK.

eQuator.co.id – Kubu Raya-RK. Upaya antisipasi bencana tahunan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mulai menemukan titik terang. Alhasil, para petani di sekitar kawasan Bandara Internasional Supadio, Rasau Jaya Umum, Rasau Jaya 1-3, Bintang Mas, Pematang Tujuh, Limbung, Parit Baru, Arang Limbung, Madusari, Sungai Bulan, Sungai Asam, Punggur Besar, Punggur Kecil serta Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit melakukan pencanangan bersama. Yakni untuk membuka lahan tanpa membakar di Aula Kantor Bupati Kubu Raya, Sabtu (30/3).

Pencanangan bersama tersebut disaksikan langsung Forkopimda Kubu Raya dan Kota Pontianak, Kapolresta Pontianak serta Dandim 1207/BS.

Dalam kesempatan itu, tim dari Dinas Pertanian Kubu Raya dan Provinsi Kalbar juga melakukan sosialisasi teknologi olah tanam pertanian untuk mencegah karhutla.

“Lahan gambut di Kubu Raya ini memang mencapai 70 persen dari total luas wilayah Kubu Raya. Dan karhutla hebat di tahun 2015. Dulu salah satu hotspot yang banyak memang di Kubu Raya,” ujar Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan.

Menurutnya, karhutla menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat. Asap akibat karhutla bahkan tidak saja mengancam kesehatan, melainkan dapat pula menghambat lalu lintas transportasi termasuk penerbangan. Karena itu, pertemuan jajaran Forkopimda Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak bersama Polresta Pontianak dan Kodim 1207/BS. Dengan masyarakat petani merupakan sebagai bagian dari upaya pencegahan bencana akibat karhutla.

“Ini forum untuk mendapatkan solusi. Masalahnya kan memang berputar-putar di situ, kabakaran lahan. Jadi tidak bisa tidak memang harus ada inisiatif dan inovasi yang harus kita lakukan dengan cara sinergis,” tegas Muda Mahendrawan.

Sementara itu, menyikapi karhutla yang terjadi karena pembukaan lahan dengan cara membakar, Muda berpendapat bahwa secara spesifik pemerintah daerah akan mengupayakan langkah cepat. Untuk memfasilitasi petani memperoleh dan menerapkan teknologi trichoderma. Dengan teknik tersebut maka para petani dapat membuka lahan dengan tidak harus membakar.

“Nah, kita harus cari metode yang bisa langsung dilakukan. Penyuluh-penyuluh kita bersama penyuluh masyarakat yang sudah paham segera kita ajak untuk ke masyarakat yang memang masih membakar lahan. Para petani dapat dilatih atau diajak langsung learning by doing,” terangnya.

Terkait hal itu, Muda berharap masyarakat petani untuk segera mendaftarkan diri ke dinas terkait. Sehingga memudahkan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya melakukan pelatihan metode pembelajaran langsung di lapangan. Apalagi di sejumlah daerah para petani terbukti berhasil membuka lahan tanpa membakar.

“Kita minta disampaikan kepada para petani. Nanti harus diedarkan lewat semua desa,” harapnya.

Sementara itu, Arif Subandi, petani dari Kelompok Tani Maju Bersama Punggur Kecil mendukung penuh upaya sosialisasi buka lahan tanpa membakar. Namun dirinya berharap pemerintah juga mendukung para petani khususnya melalui penganggaran demi mewujudkan pertanian tanpa membakar lahan.

“Harus ada dukungan dari pemerintah. Kemudian kami minta dilakukan pembinaan secara berkala dan terintegrasi kepada poktan. Banyak petani punya kemauan bertani, tetapi tidak dapat transfer ilmu pengetahuan. Masyarakat petani ini awam. Main tebas bakar tanpa tahu apa risikonya. Jadi tolong berikan pendampingan,” pintanya.

Reporter: Syamsul Arifin

Redaktur: Andry Soe