Ekspor dan Impor Kalbar Merosot di Bulan Juni

Ilustrasi-net

eQuator.co.id – PONTIANAK.RK- Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat, mencatat nilai ekspor di provinsi ini pada Juni 2019 turun 5,26 persen dibanding Mei 2019 yaitu dari 93,55 juta dolar AS menjadi 88,63 juta dolar AS.

“Jika dibandingkan periode Januari-Juni 2019 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya, naik 13,82 persen,” ungkap Kepala BPS Kalbar, Pitono, Kamis (1/7).

Pitono menjelaskan, Bahan Kimia Anorganik (HS28), Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26), serta Karet dan Barang dari Karet (HS40), merupakan tiga komoditi unggulan ekspor Kalimantan Barat Juni 2019, yaitu masing-masing berkontribusi 43,68 persen, 31,24 persen dan 8,25 persen.

“Ketiga golongan barang ini menyumbang 83,17 persen dari total nilai ekspor Kalbar,” terangnya.

Selain itu, kontribusi tiga komoditi unggulan berikutnya yaitu Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS15), Kayu, Barang dari Kayu (HS44), dan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) masing-masing 6,79 persen, 5,61 persen, dan 1,25 persen.

“Ketiga golongan ini memberi kontribusi 13,65 persen dari total ekspor Kalbar atau US$12,10 juta,” katanya.

Pada Juni 2019, kata Pitono, ekspor dari sepuluh golongan barang (HS 2 dijit) memberikan kontribusi 99,59 persen terhadap total nilai ekspor Kalbar. Dari sisi pertumbuhan, ekspor sepuluh golongan barang tersebut turun 4,43 persen terhadap Mei 2019, yaitu dari 92,36 juta dolar AS menjadi 88,27 juta dolar AS.

“Untuk tujuan ekspor Kalbar Juni 2019 masih didominasi negara Asia yaitu dengan kontribusi 96,05 persen, sedangkan kontribusi nilai ekspor ke negara tujuan utama lainnya (Amerika Serikat, Argentina, dan Kanada) sebesar 2,32 persen serta 1,62 persen ke negara tujuan lainnya,” katanya.

Selain ekspor, Kepala BPS Kalbar ini juga memaparkan terkait perkembangan impor di Kalbar. Di mana nilai impor provinsi dibl bulan yang sama Juni 2019 juga mengalami penurunan sebesar 16,22 persen dibanding Mei 2019 yaitu dari 34,46 juta dolar AS turun menjadi 28,87 juta dolar AS.

“Impor ini disumbang dati Bahan Bakar Mineral (HS27), Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (HS84) serta Mesin/Peralatan Listrik (HS85), yang merupakan penyumbang impor terbesar Kalbar, dimana masing-masing golongan barang tersebut menyumbang sebesar 59,44 persen, 8,49 persen dan 8,24 persen dengan kontribusi 76,17 persen,” paparnya.

Malaysia, Tiongkok dan Singapura merupakan tiga negara pemasok terbesar impor Kalimantan Barat pada Juni 2019 yaitu masing-masing 60,55 persen, 26,81 persen dan 5,61 persen, dengan kontribusi 26,84 juta dolar AS atau 92,97 persen dari keseluruhan nilai impor Kalbar.

“Sebagian besar impor Kalbar berasal dari Asia yaitu 27,76 juta dolar AS atau 96,16 persen sedangkan kontribusi nilai impor berasal dari negara utama lainnya (Belarus dan Amerika Serikat) 1,07 juta dolar AS atau sekitar 3,71 persen serta 0,14 persen berasal dari negara lainnya,” pungkas Pitono.

Berkaitan dengan ekspor, terutama kelapa sawit, Wakil Ketua Sekretariat Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN), Edi Trio Pambudi menyatakan perlu upaya untuk optimalisasi serapan produk CPO di dalam negeri.

Hal ini dibutuhkan guna menindaklanjuti merosotnya harga minyak kelapa sawit, akibat regulasi yang diterapkan sejumlah negara tujuan utama ekspor.

“Harus ada langkah atau upaya yang lebih cerdik yang perlu dilakukan. Hal ini lantaran dapat dilihat menjadi tantangan ke depan,” ujarnya, kemarin.

Edi mengatakan, penyerapan CPO ini bisa dilakukan dengan menjadikan CPO sebagai bahan campuran untuk bahan bakar. Sehingga hal ini dapat menekan tergerusnya harga CPO yang telah menjadi komoditas ekspor.

 

Laporan: Nova Sari

Editor: Andriadi Perdana Putra