Dua Pesawat Diguncang Turbulensi Hebat, Ada Apa di Langit Kalimantan?

Ilustrasi

eQuator.co.id – Perubahan cuaca sedang luar biasa cepat. Angin puting beliung yang menyapu pohon-pohon besar di Pontianak Utara pada pekan lalu disusul terguncangnya pesawat Hong Kong Air di atas Pulau Kalimantan, pukul 04.20 WIB, Sabtu (7/5).

Guncangan tersebut membuat pilotnya terpaksa mendaratkan pesawat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Sejumlah penumpang terluka. Selang tiga hari sebelumnya, Etihad Airways EY 474 rute Abu Dhabi-Jakarta juga dihadang turbulensi yang menyebabkan 30 penumpang cedera. Diantaranya patah kaki. Dua fenomena penerbangan ini menjadi perhatian serius banyak pihak.

Kesimpulan sementara yang paling masuk akal, dua kejadian itu akibat perubahan cuaca yang sangat cepat di musim pancaroba. Prakirawan cuaca dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio, Kubu Raya, Debi mengatakan, turbulensi dapat disebabkan oleh aliran udara yang variatif dengan jarak pendek.

“Kejadiannya singkat. Misalnya, kita turun dari Mega Mall mau ke Supadio. Kejadiannya (turbulensi) tidak sepanjang jalan itu, tapi hanya terjadi saat kita melewati Bundaran Digulis Untan, misalnya. Ini biasa terjadi disebabkan oleh perbedaan atau ketidakteraturan, terutama kondisi suhu dan tekanannya,” ungkap Debi menjawab Rakyat Kalbar, Minggu (8/5).

Forecaster ini menjelaskan, bahwa turbulensi terjadi pada dua keadaan. Pertama, saat obyek atau pesawat berada dekat dengan awan Cumulonimbus (CB). Kedua, bisa pula disebabkan saat kondisi pesawat pada ketinggian tertentu sehingga mengalami Clear Air Turbulance (CAT).

Artinya, kata Debi, bahwa turbulensi bisa saja terjadi di mana saja di dunia, dan tidak selalu disebabkan oleh pengaruh satu kondisi di suatu wilayah. Misalnya kasus Hong Kong Air melintas di atas Pulau Kalimantan atau garis Equator.

“Jadi tidak hanya di Kalimantan saja. Hanya pas kebetulan pesawat melewati langit Kalimantan dan terjadi turbulensi,” paparnya.

Menurut Debi, cuaca yang dipantau BMKG Supadio, sejak tanggal 1 Mei kemarin, khusus wilayah Kalbar, tercatat kondisi hujan dengan intensitas ringan sampai sedang. Hingga 8 Mei kemarin, hampir semua wilayah kabupaten/kota di Kalbar berpotensi terjadi guntur/petir disertai angin kencang dengan durasi singkat.

Selain turbulensi tidak bisa diramal kapan terjadi dan di mana saja, jalur penerbangan mana saja, semuanya terpulang kepada kedisiplinan pilot plus kecermatannya. Artinya, tetap terbang sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

“Kita tidak bisa memprediksi apakah turbulensi berpotensi terjadi pada siang atau malam. Karena yang tahu pilotnya dan bisa memberikan laporan cuacanya,” ujar Debi.

Sejauh ini, BMKG Supadio Kubu Raya mengakui tidak bisa memprediksi secara pasti kapan, di mana, atau pada ketinggian berapa terjadinya turbulensi. Terlebih dengan kondisi peralatan atau instrumen cuaca yang dimiliki BMKG saat ini.

“Cuaca berlangsung dinamis, perubahannya cepat, waktunya singkat, jaraknya pendek, sulit terdeteksi dengan peralatan konvensional,” ungkapnya.

Namun, BMKG tetap memberikan informasi kepada maskapai penerbangan terkait antisipasi gejala terjadinya turbulensi. Hal itu disediakan sebelum pesawat lepas landas.

“Seperti memberikan flat dokumen. Jadi, sebelum terbang, pilot sudah bisa membaca suhu, bagaimana kondisi di ketinggian sekian, arah kecepatan angin, gambaran potensi peta jalur yang akan dilalui, gambaran kondisi cuaca di sekitar Bandara dan kondisi Bandara tujuan, dan lainnya,” jelas dia.

Pun begitu dengan para penumpang. “Juga perlu memahami kondisi cuaca seandainya ada masalah sebagaimana disampaikan oleh BMKG,” tutup Debi. (*)

Fikri Akbar, Pontianak