eQuator.co.id – Pontianak-RK. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2018, diketahui prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebanyak 48,9 persen. Salah satu kontribusi yang menyebabkan anemia pada ibu hamil adalah terjadinya kondisi anemia pada saat usia remaja.
Hal inilah mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pontianak untuk mengkampanyekan cegah anemia pada remaja putri di Kota Pontianak.
“Untuk itulah kami merasa pentingnya kampanye cegah anemia ini sebagai upaya menurunkan prevalensi stunting akibat anemia pada ibu hamil serta meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang anemia,” ujar Ketua Panitia Kampanye Cegah Anemia pada Remaja Putri, Trisnawati di Hotel Grand Mahkota, Sabtu (24/8).
Kasus anemia, lanjutnya, dapat berdampak pada masalah stunting di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil kegiatan dari pemeriksaan Hb darah pada remaja putri yang dilakukan petugas puskesmas di Kota Pontianak, menunjukkan prevalensi anemia remaja putri di kota ini sebesar 4 persen.
“Dampak terjadinya anemia pada remaja putri dapat menyebabkan beberapa hal seperti menurunnya prestasi belajar, terjadinya anemia pada saat kehamilan dapat beresiko pada kematian ibu dan bayi serta berdampak pada berat bayi rendah,” ungkapnya.
Trisnawati menambahkan, sebagai langkah upaya mengatasi masalah anemia pada remaja putri ini, Dinkes Kota Pontianak melakukan pemberian tablet tambah darah pada remaja putri di sekolah.
Menurutnya, pemberian tablet tambah darah tersebut sudah dilaksanakan lebih kurang dua tahun. Untuk tahun 2019 target yang akan dicapai pemberian tablet tambah darah adalah sebesar 30 persen. Atau sekitar 11.866 anak remaja putri SMP dan SMA se-Kota Pontianak yang akan kita intervensi untuk pemberian tablet tambah darah.
“Sebagai bentuk advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi di sekolah, maka Dinas Kesehatan Kota Pontianak pada hari ini melakukan kampanye cegah anemia pada remaja putri,” tutur dia.
Peserta kampanye adalah perwakilan puskesmas, pembina UKS tingkat kota dan kecamatan se-Kota Pontianak, TP PKK Kota Pontianak, anak-anak didik SMP dan SMA se-Kota Pontianak, Forum Anak dan Posyandu Remaja di 29 kelurahan yang ada di Kota Pontianak. “Seluruhnya berjumlah sekitar 400 orang,” imbuhnya.
Kepala Dinkes Kota Pontianak, Sidiq Handanu menerangkan, anemia merupakan satu diantara faktor resiko timbulnya angka kematian ibu hamil karena pendarahan, keguguran dan terjadinya stunting. Anemia pada ibu hamil angkanya cukup tinggi, di angka nasional sekitar 48 persen.
“Dan itu salah satu faktor yang harus diatasi, dimana ketika pada usia remaja harus sudah ditangani,” ucapnya.
Apabila tidak dicegah sejak masa remaja, dikhawatirkan saat menikah nanti dan mengandung, anemia yang dideritanya akan terus berlanjut. Diakuinya, anemia pada remaja putri masih cukup tinggi dan salah satu pencegahannya adalah dengan minum tablet penambah darah sepekan sekali.
“Kita terus mengadvokasi pada sekolah-sekolah untuk bersama-sama memberikan kesadaran pada semua pihak agar mereka mau meminum tablet penambah darah cukup sepekan sekali,” papar Sidiq.
Ketua TP PKK Kota Pontianak, Yanieta Arbiastuti Kamtono menyatakan apresiasinya terhadap kampanye cegah anemia di kalangan remaja putri yang digelar Dinkes Kota Pontianak. Terlebih prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi.
“Artinya anemia ini penyakit yang tidak bisa dianggap sepele dan efek jangka panjangnya itu bisa menyebabkan pada saat ibu hamil bisa kekurangan gizi dan bayi yang dilahirkan prematur dan berat badannya rendah,” terangnya.
Dampak anemia, kata Yanieta, sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Salah satunya menyebabkan stunting pada anak. Anemia yang terjadi pada remaja putri ini karena mereka mengalami menstruasi, sehingga kekurangan zat besi. Untuk itu, makanannya diatur yang bergizi dan juga asupan tablet tambah darah sebagai suplemen. “Kami dari TP PKK Kota Pontianak beserta seluruh kader untuk turun mensosialisasikan ini,” tutupnya. (my/humpro)