eQuator.co.id –Angka kejadian atau kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kalbar meningkat setiap tahun. Tidak hanya menjadi tugas jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes), masyarakat dituntut berperan aktif agar terhindar dari penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Data Dinkes Kalbar menyebutkan, hingga September 2017 terdapat 1.437 kasus dengan korban jiwa mencapai 22 orang. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yakni hanya 900 kasus lebih dengan kematian lebih kecil. Mengatasi persoalan ini, Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun, khususnya pada musim hujan.
Tingginya kasus kematian akibat DBD, Dinkes Kalbar menggelar Sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) yang diikuti Dinkes Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya di Hotel Kini Pontianak, Kamis (28/9).
Viktorius, Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Kalbar mengatakan, Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dulu dilakukan oleh kader pemantau jentik yang ditangani oleh RT/RW. Namun sekarang konsep dari Kementerian Kesehatan yang baru, Jumantik langsung difokuskan oleh tiap-tiap rumah. “Anggota keluarga yang menjadi kader pemantau jentik. Bisa anaknya, bisa bapaknya, bisa istrinya. Jadi tiap-tiap rumah satu orang, itu yang nantinya dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar melanjutkan konsep dari kementerian untuk disosialisasikan ke tiap kabupaten/kota se-Kalbar,” paparnya, usai acara.
Konsep baru penanganan DBD, kata Viktor, mengutamakan peran serta masyarakat, minimal dilakukan di lingkungan terdekat seperti lingkungan keluarga, bahkan pola hidup sehat masing-masing individu dalam menerapkan 3M Plus. “Konsep sekarang langsung pada pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan oleh keluarga yang tinggal di rumahnya masing-masing. Selama ini kader yang ngurus rumah orang lain, bukan pemilik rumah itu sendiri. Sekarang dibalik, pemilik rumah harus mengurus rumahnya sendiri,” tukasnya.
Penanganan DBD, kata Viktor, fokus pada sanitasi lingkungan rumah masing-masing melalui Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Yakni, Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya. Dan Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
Selain itu, pemberantasan melalui 3M Plus. Maksudnya, segala bentuk kegiatan pencegahan terdiri dari, Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, Menggunakan kelambu saat tidur, Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, Menanam tanaman pengusir nyamuk, Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. “Memang masyarakat harus aktif, yang punya rumah dia, ya dialah yang harus membersihkan lingkungan di rumahnya sendiri, bukan orang lain,” ujarnya.
Sosialisasi G1R1J, lanjut Viktor, akan dilakukan secara bertahap di setiap kabupaten/kota hingga ke Puskesmas. Puskesmas nantinya mensosialisasikan ke RT/ RW. Selanjutnya, perangkat RT dan RW mensosialisasikan langsung dari rumah ke rumah warganya. “Nanti ada koordinator Jumantik yang membawahi beberapa rumah, dan ada supervisor yang membawahi beberapa koordinator. Seperti sel bertingkat, langsung ke bawah. Kalau dulu perwilayah, namun kali ini langsung turun ke bawah atau ke rumah-rumah langsung,” papar Viktor.
Sosialisasi ini, ungkap Viktor, diforkuskan pada pengendalian nyamuk dengan 3M. Apabila semua lapisan masyarakat sadar dan bergerak secara serentak melakukan program 3M, Viktor optimis kasus DBD bisa ditekan. “Gerakan ini harus bersama. Kalau hanya tiga rumah melakukan, sedangkan tiga rumah tetangga tidak bekerjasama, maka DBD tetap akan berkembang di tempat rumah yang tidak dilakukan sanitasi, sehingga akan menyerang ke rumah-rumah lain. Makanya, kebersamaan memberantas DBD harus disadari bersama, tidak secara sendiri-sendiri,” tukas Viktor.
Foto dan Narasi: Gusnadi