Seribu Orang Kena Demam Berdarah

ilustrasi - net

eQuator.co.id – DHAKA-RK. Bangladesh dilanda wabah demam berdarah dengue (DBD) terbesar sepanjang sejarah mereka. Dalam 24 jam terakhir, seribu jiwa dilaporkan terserang virus tersebut. Alhasil, rumah sakit pun bingung mencari donor darah bagi pasien-pasien tersebut.

Wakil Direktur Directorate General of Health Services (DGHS) Bangladesh Ayesha Akhter menyatakan, hampir 1.100 penduduk Bangladesh yang sebagian besar adalah anak-anak terserang DBD sejak Selasa (30/7). Angka pasien dalam sehari itu mencapai 8 persen dari total kasus DBD tahun ini, yakni 13 ribu kejadian. Dari total kasus tersebut, delapan orang telah meninggal. ’’Kami mencatat jumlah kasus DBD sejak 2000. Angka tahun ini benar-benar membuat rekor,’’ ungkap Akhter kepada Agence France-Presse.

Musim panas di Bangladesh membuat nyamuk Aedes aegypti menggila. Menurut laporan DGHS, tercatat ada 8.348 kasus pada Juli atau lebih dari setengah total kasus setahun. Tren itu naik berkali-kali lipat dari bulan sebelumnya. Pada Juni, pemerintah Bangladesh hanya mencatat 1.820 kasus DBD. Laporan DBD Mei justru hanya 184 kasus.

Akhter menjelaskan, 50 di antara total 64 distrik sudah terdampak wabah DBD. Namun, wilayah yang paling terdampak adalah ibu kota Dhaka. ’’Kami memastikan seluruh rumah sakit punya sumber daya untuk menangani semua pasien,’’ ujarnya.

Saking banyaknya, Dhaka Medical College and Hospital (DMCH), rumah sakit terbesar di Bangladesh, sedikit kewalahan. Direktur DMCH Nasir Uddin menyebutkan bahwa pihaknya sudah menangani 1.858 pasien DBD bulan ini. ’’Kami membuka pusat penanganan pasien dengue karena situasi ini,’’ jelasnya.

Yang paling memusingkan adalah persediaan darah bagi pasien. Salah satu penanganan vital bagi pasien DBD memang transfusi darah. Namun, persediaan darah di rumah sakit tidak cukup untuk menangani semua pasien. Karena itu, unggahan permintaan donor di media sosial terus muncul.

’’Dokter sudah melakukan semua. Yang bisa saya lakukan adalah berdoa kepada Allah,’’ kata Nasima Khatun. Anaknya yang masih berumur 4 tahun sedang dirawat karena kasus DBD. (Jawa Pos/JPG)