-ads-

CRBL

Oleh: Joko Intarto

SAUNG ILMU. Peresmian Saung Ilmu di Desa Mekarsari, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat , Jumat (27/10). JTO PHOTO

eQuator.co.id Rumah itu sudah berubah. Lebih cantik. Catnya biru cerah. Sekarang ada namanya: Saung Ilmu. Semacam sanggar belajar.

Jumat (27/10), Saung Ilmu diresmikan. Saya mendapat kehormatan. Mengisi “kuliah perdana”. Bersama sobat saya: Granados Suminto. Seniman dan pemilik coffee shop “Tukang Seduh” di Bekasi.

“Mahasiswa” yang hadir 99 persen emak-emak. Warga Ciburial, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Mereka adalah para perajin perlatan dapur dari anyaman bambu.
Topik kuliahnya tentu tidak teknik menganyam. Untuk soal ini, mereka lebih jago. Sudah menganyam sejak masih kanak-kanak.

-ads-

Saya pilih tema lain: perubahan gaya hidup yang membuat ekonomi mereka terus merosot. Hasil karyanya semakin sulit dijual. Kalau pun laku, harganya murah.
Pertama, perabotan bambu kalah dengan perabot plastik dan elektronik. Kukusan dan bakul nasi bambu kalah melawan magic com atau magic jar. Kipas bambu kalah melawan kipas angin dan mesin pendingin udara.

Rekomendasi 1: fokus memproduksi perabot anyaman bambu yang unik dan bernilai ekonomi tinggi. Dengan unique value, anyaman bambu akan mampu bersaing melawan perabotan modern.
Rekomendasi 2: dengan produk yang unik, bisa membangun jalur distribusi baru. Produk unik ini dipasarkan dengan strategi baru. Tidak mengandalkan bandar. Istilah lokal untuk tengkulak barang kerajinan rakyat.

Konkritnya, dalam “kuliah” tersebut, saya tawarkan produk unik: bamboo coffee drip. Bahasa Inggrisnya: filter kopi dari anyaman bambu. Bahasa lokalnya: kukusan.
Positioningnya: filter kopi alami yang menyehatkan. Karena bambu mengandung silica alami. Yang bermanfaat untuk kesehatan.

Kukusan bambu ini akan dibuat dengan desain yang spesifik. Ukuran bilah bambunya disesuaikan. Tebalnya. Lebarnya. Model dan kualitasnya distandarkan. Dibuatkan cetakan V60. Supaya seragam.

Selain masalah produksi, dibahas pula soal merk. Ciburial dipilih sebagai brand. Dalam bahasa Indonesia, Ciburial berarti air kehidupan. Cocok banget. Supaya milenial, Ciburial ditulis: CBRL.

Bagaimana pemasarannya? Untuk pemasaran, akan digunakan cara lain. Penjualan konvensional melalui modern market. Penjualan online melalui online shop dan market place.

Awal bulan November, gagasan itu akan diimplementasikan. Lembaga Zakat Al-Azhar yang akan menjadi pendamping di lapangan. Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia sebagai pengarah.

Pertengahan November, diharapkan sudah ada hasilnya. Sudah memproduksi 1.000 unit bamboo coffee drip. Lengkap dengan brand dan packaging-nya yang keren.

Produk tersebut akan diperkenalkan kepada publik melalui ajang pameran ekonomi syariah di Surabaya. Atas prakarsa Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia.
Dalam perjalanan pulang menuju Jakarta, di tengah kemacetan panjang jalur tol Cikarang, saya dan Jos Granados tak henti-hentinya berdiskusi tentang branding Ciburial.
*****

Jumat pagi. Subuh baru saja usai. Taufiqur Rahman tiba-tiba mengirim pesan. “Saya tertarik dengan bamboo drip coffee. Coklat point bisa membuat menu barunya,” kata Rahman.

Rahman pengusaha muda yang tinggal di Semarang. Anak kyai pemilik Pondok Pesantren Bumi Bersolawat di Batu, Malang, Jawa Timur itu sudah memiliki lebih dari 200 outlet Coklat Point dengan sistem waralaba.

Lewat pesan pendek, Rahman mengabarkan akan ke Jakarta tanggal 29 Oktober. Khusus ingin bertemu saya. Membahas rencananya membuat menu kopi dengan saringan bambu sebagai menu baru di Coklat Point. Tentu saja dengan paket penjualan produk saringannya.
Tak lama berselang, masuk pula komentar Syahrul Rusli, direktur utama PT Pesonna Optima Jasa, anak perusahaan pegadaian. “Bamboo drip bisa dijual di Gade Cafe,” kata mantan GM Pemasaran Pegadaian itu.

Gade Cafe adalah cafe milik anak perusahaan Pegadaian. Cafe yang dibuka kali pertama di Galery 24 di Jl Wijaya 13, Blok M itu sekarang berkembang ke beberapa kota. Gade Cafe menjadi strategi Pegadaian untuk menarik kelompok milenial dan eksekutif muda mengenal Pegadaian.

Alhamdulillah. Respon positif begitu mengejutkan. Saya jadi tak sabar lagi untuk segera mulai memproduksi bamboo drip itu di Ciburial. (jto)

*Admin disway.id, redaktur tamu Rakyat Kalbar, pegiat sociopreneur

Exit mobile version