eQuator.co.id – Ketapang-RK. Temuan candi oleh ahli arkeologi di Desa Negeri Baru, Benua Kayong, Ketapang beberapa tahun silam, tidak dimanfaatkan dengan baik.
Ketika baru ditemukan, candi yang diberi nama Negeri Baru itu sempat membuat heboh dan banyak dikunjungi. Saat ini keberadaan candi tersebut terkesan menghilang.
“Saya berharap Candi Negeri Baru itu dikelola lebih maksimal,” kata Yudo Sudarto, Mantan Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Ketapang, Rabu (20/7).
Yudo mengatakan, pengelolaan Candi Negeri Baru dapat dilakukan pada tiga aspek, Meliputi nilai, fisik bangunan dan fungsi baru. “Pengelolaan nilai-nilai penting dari candi dapat dilakukan melalui penelitian,” papar Yudo.
Nilai kearifan budaya yang direpresentasikan pada candi, dapat ditransformasikan melalui sistem pendidikan. Pemahaman akan nilai kearifan budaya merupakan pilar utama dalam pembangunan karakter budaya masyarakat.
“Sedangkan aspek pelestarian fisik bangunan, dilakukan dengan melindungi bangunan candi dari ancaman kerusakan. Bangunan candi merupakan penanda jaman yang khas. Sebuah tanda simbolis, menunjukkan keberadaan budaya yang luar biasa pada masa sebelumnya,” ucap Yudo.
Menurutnya, aspek fungsi candi perlu ditempatkan pada konteks budaya sekarang. Memfungsikan keberadaan candi dapat dilakukan dengan pembangunan open site museum dan pengembangan pariwisata budaya.
“Sehingga kunjungan wisatawan ke situs Candi Negeri Baru akan memberikan nilai edukatif dan rekreatif. Bagi masyarakat di sekitarnya, akan mendapatkan keuntungan, bila mampu mengembangkan ekonomi kreatif,” jelasnya.
Dicontohkannya, ketika sedang heboh, berkah paling jelas tampak pada para juru parkir. Kemudian para pedagang minuman di sekitar candi. “Begitu banyaknya pengunjung, sehingga mereka mampu meraup ratusan ribu rupiah tiap hari,” ungkapnya.
Upaya mendapatkan berkah dari Candi Negeri Baru tidak bisa dilakukan beberapa pihak saja. Tapi diperlukan kerjasama yang sinergis dan terkoordinasi oleh berbagai kalangan. Bukan hanya pemerintah, masyarakat setempat juga harus terlibat aktif.
“Kerjasama dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Langkah awal telah dipelopori Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dengan melaksanakan program Rumah Peradaban. Tujuannya untuk mengelola situs Negeri Baru secara sinergis dan berkelanjutan. Jadi program itu harus didukung semua pihak, khususnya di Ketapang,” tegas Yudo.
Pengelolaan Candi Negeri Baru perlu dilakukan. Apalagi saat ditemukan, sudah tak ada pendukung budayanya. Apakah tidak mungkin berkah dari candi itu masih tersisa? “Jawabannya, apakah kita masih mau mengelola candi itu atau tidak?” ungkap Yudo.
Laporan: Jaidi Candra
Editor: Hamka Saptono