Bisnis Jangan Banyak Spekulasi Perubahan Akan Sulit Diprediksi

Good Bye Kambing Kayu, Welcome Monyet Api

TUMPLEK DI KRIDASANA. Suasana pembukaan Festival Imlek dan Cap Go Meh 2016 di Stadion Kridasana, Singkawang, Minggu (7/2). SUHENDRA

eQuator.co.id – Singkawang-RK. Tahun kambing kayu yang konon merupakan tahun ketenangan telah berlalu. Bagi warga Tionghoa, Imlek selalu membawa harapan baru meskipun dominasi karakter monyet api yang dinamis pada tahun ini membuat sejumlah kalangan waspada.

“Karakter monyet itu sendiri lincah dan sedikit liar, jadi susah untuk diprediksi, baik secara bisnis maupun politik serta kehidupan. Tentu kita harus siap dengan berbagai perubahan yang terjadi,” ujar Budayawan Tionghoa Singkawang, Wijaya Kurniawan, kepada Rakyat Kalbar di Vihara Tri  Dharma Bumi Raya Singkawang, persimpangan Jalan Sejahtera dan Budi Utomo, Senin (8/2).

Ketika diajak ngobrol, Wijaya memang baru saja menunaikan rutinitas sembahyang paginya. “Kita memohon doa agar di tahun baru ini diberikan kebaikan dan keberkahan, agar lebih damai dan lebih harmonis mengarungi kehidupan,” ungkapnya.

Sesuai tingkah polah monyet, ia melanjutkan, tahun ini akan banyak perubahan yang susah diprediksi. Meskipun kehidupan sulit untuk diperkirakan, ada harapan apabila dipimpin orang yang bijaksana.

“Selain itu, karena monyet bersifat bandel, tentu untuk generasi muda haruslah banyak dibimbing,” tutur Wijaya.

Dalam bidang ekonomi, ia menyarankan para pelaku usaha bermain aman. “Untuk bisnis agar jangan banyak berspekulasi, karena akan terjadi perubahan-perubahan yang tanpa kita prediksi bisa terjadi,” paparnya.

Senada, tokoh masyarakat Singkawang, Tjhai Cui Mie. Bagi dia, tahun baru Imlek adalah sebuah harapan dan evaluasi.

“Namun di tahun monyet ini memang selalu ada peluang. Dengan sifat monyet yang cekatan, maka kita harus siap dengan berbagai perubahan-perubahan agar tidak mengalami kemunduran dan ketertinggalan akibat perubahan itu,” tuturnya ketika dikunjungi di kediaman, kemarin.

Perubahan-perubahan itu, jelas anggota DPRD Singkawang ini, bisa terlihat dengan hadirnya kebijakan masyarakat ekonomi Asean (MEA) yang sudah berjalan. “MEA merupakan satu contoh bahwa kita harus tetap berubah dan mengikuti perubahan, tentu kita harus mempersiapkan diri menjadi lebih baik lagi,” papar Tjhai Cui Mie.

Mungkin menyadari banyak yang meramalkan kehidupan tahun ini sulit diprediksi, warga Tionghioa tampak memadati kelenteng-kelenteng di Singkawang. Tak hanya dewasa, anak-anak dan kalangan lanjut usia (Lansia) menyalakan hio, berdoa.

Pusat-pusat perbelanjaan pun tutup, hanya beberapa toko saja yang dibuka setengah pintu. Sisa-sisa mercon yang dinyalakan menyambut Imlek masih terlihat di beberapa titik jalan, sementara sebagian besar warga Singkawang memanfaatkan momen libur ini untuk berekreasi.

Sebelumnya, Festival Imlek dan Cap Go Meh 2016 Kota Singkawang dibuka Walikota Awang Ishak di Stadion Kridasana, Minggu (7/2) malam. “Mari kita sama-sama meramaikan dan mendukung perayaan ini agar tercipta rasa aman dan nyaman,” ajak Awang saat memberikan sambutan.

Ia memuji panitia yang menyemarakkan perayaan Imlek dan Cap Go Meh dengan memasang sepuluh ribu lampion. “Ini sangat luar biasa, saya ucapkan terima kasih kepada panitia dan para donatur yang turut menyukseskan perayaan ini,” ujarnya.

Tak lupa walikota dua periode ini mengingatkan bahwa pesta demokrasi Singkawang tidak lama lagi, 2017 mendatang. “Jadi pilihlah pemimpin yang betul-betul mempunyai niat untuk membangun Singkawang kedepan,” pinta Awang.

Dalam laporannya, Ketua Panitia Festival Imlek dan Cap Go Meh Singkawang, Janto Tjahjadin mengatakan, perayaan kali ini mengangkat tema “Kebahagiaan Persaudaraan dalam NKRI”. Makna dari tema ini adalah terus membina dan menyatukan pluralism.

“Terlebih, perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang memiliki keunikan karena seni dan budayanya yang sakral. Jadi mari kita lestarikan kekayaan budaya Singkawang yang telah berkembang selama ratusan tahun ini,” paparnya.

Acara pembukaan disemarakkan lampion raksasa dan ditandai permainan barongsai serta pemukulan gong berikut pesta kembang api. Ribuan warga dari berbagai etnis terlihat memadati Stadion Kridasana. Good bye Kambing Kayu, welcome Monyet Api.

Laporan: Suhendra

Editor: Mohamad iQbaL