Berkah Perajin Trasi Nikmati Panas Menyengat

REBON - Pengrajin terasi saat menjemur udang rebon di sepanjang jalingkut sebagai bahan baku dengan mengandalkan panas menyengat matahari.

SYAMSUL FALAK/RATEG REBON - Perajin terasi saat menjemur udang rebon di sepanjang jalingkut sebagai bahan baku dengan mengandalkan panas menyengat matahari kemarin (15/3).

eQuator.co.id – Meski terkadang masih diselingi hujan, mulai panasnya cuaca di wilayah Kota Tegal membawa berkah tersendiri bagi pengrajin terasi di Kota Bahari yang mulai memanfaatkan terik mentari untuk menjemur udang rebon sebagai bahan baku pembuatan terasi.

LAPORAN: SYAMSUL FALAK

SEBAB, meski panas menyengat sinar matahari terpancar tak menyurutkan tangan terampil dan cekatan pengrajin yang berharap bisa mempercepat proses pengeringan.

Tiwi, 32, warga RT 4 RW 2, Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat yang sudah menekuni profesi turun temurun sebagai pengrajin terasi rumahan sejak 13 tahun lalu.

Menurutnya, dengan kondisi dan cuaca panas terik justru membawa keuntungan dalam proses penjemuran udang rebon sehingga kualitas trasi yang dihasilkan lebih bagus dan awet. Saat kondisi terik, dia mengaku bisa langsung menjemur udang rebon sebanyak 8 -10 basket yang dibeli seharga Rp 75 ribu -Rp 80 ribu perbasketnya.

“Kalau panasnya matang (menyengat-red), cukup dijemur tiga jam keringnya sudah merata. Tapi, kalau panasnya biasa butuh 4-5 jam,” ungkapnya, kemarin.

Dalam proses penjemuran dan pengolahan udang rebon, Tiwi melanjutkan, pihaknya mengaku tidak memiliki resep rahasia untuk mengawetkan dan menjaga kualitas terasi yang diproduksi karena memang hanya mengandalkan proses penjemuran dan kebersihan bahan baku.

Terkait proses produksi, dari hasil penjemuran yang sudah kering dari satu basket udang rebon biasanya menyusut menjadi 7-8 kilogram. Jumlah tersebut, akan menjadi 3-5 kilo terasi dan layak jual di pasaran.

Hal senada, juga disampaikan Sulastri, 41, pengrajin terasi rumahan yang juga memanfaatkan panas matahari untuk menjemur udang rebonnya di sepanjang jalan lingkar utara (jalingkut) tepatnya di sebelah utara Taman Bung Karno turut Kelurahan Pesurungan Lor.

Menurutnya, dengan status janda beranak tiga yang semuanya masih duduk di bangku sekolah dia hanya mengandalkan keahliannya membuat terasi udang untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga sebagai orang tua tunggal.

“Untuk modal, paling banyak buat beli jaring jemuran satu rol (100 meter) selain bahan baku. Hasilnya, terasi dijual Rp 25 ribu/kg dan rebon kering Rp 13 ribu-Rp 17 ribu/kg,” tandasnya. (syf/wan)

SYAMSUL FALAK/RATEG