Beras Lokal Kalbar Hilang Jejak di Pasaran

Ilustrasi - NET

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar mendorong petani untuk membuat kemasan beras lokal. Hal ini bertujuan agar bisa menjadi suatu kebanggaan daerah dan meningkatkan nilai tambah petani.

“Sebab saat ini terkait kemasan beras lokal masih minim. Maka dari itu kita berupaya untuk terus mendorong agar Gapoktan atau Poktan maupun BUMDes bisa membuat kemasan beras lokal,” ucap Kadistan TPH Kalbar, Heronimus Hero, Selasa (9/4).

Akibat minimnya kemasan beras produksi lokal ini, tak pelak membuat jejak beras tersebut hilang di pasaran. Masyarakat pun akhirnya tidak mengenal apa saja beras lokal Kalbar.

“Selama ini beras lokal hanya dikemas dengan karung polos tanpa kemasan khusus dengan merk lokal. Sehingga kemana larinya beras kita di pasar hilang jejak,” ucapnya.

Menurut Hero, kemasan beras lokal juga harus memperhatikan kearifan lokal. Sehingga petani bukan hanya sekadar menjual beras namun juga mempromosikan daerah atau pun kearifan lokalnya.

“Misalnya,  nama berasnya dibuat nama kampungnya, seperti yang sudah ada Cap Dua Rusa, karena nama kampung Sungai Rusa. Kemudian juga ada di Sambas, Beras Polaria, nama pantai setempat. Intinya, nama ada filosofi dan kearifan lokal setempat agar bisa menjadi kebanggaan daerah,” saran Hero.

Hero menilai, dari sisi produksi beras di Kalbar surplus. Namun, ketika di pasar lebih banyak kemasan luar yang beredar sebagaimana yang sering diungkapkan masyarakat.

“Sekarang kita surplus namun di pasar banyak merk luar masuk. Kenapa bisa begitu karena beras kita dikemas ulang dikasih merk nasional atau tanpa identitas kita,” ujarnya.

Setelah pihaknya melakukan cek ke instansi terkait yang mengurus beras masuk ke Kalbar, didapati data bahwa jumlahnya sedikit. “Jadi dikemas ulang beras kita sangat betul adanya,” sebutnya.

Dengan persoalan yang ada, lanjut Hero, pengemasan beras ini dilakukan agar jejak beras lokal yang ada dan dapat memberikan rasa kebanggaan petani adalah dengan membuat kemasan dengan merk lokal.

“Merk lokal tentu kita bangga, kemudian nilai tambah yang didapat petani jauh lebih tinggi dari pada jual gabah dan beras tanpa identitas,” jelasnya.

Apalagi untuk saat ini, bantuan pemerintah pasca panen semakin gencar seperti vertical dryer dan RMU. Dengan dukungan mekanisasi tersebut dapat meningkatkan mutu beras.

Hero mengutarakan, untuk mutu beras Kalbar sebenarnya sudah tidak lagi bermasalah di beberapa daerah yang mendapat bantuan dari pemerintah. Hanya saja agar bantuan maksimal pemanfaatannya, maka pembuatan kemasan tersebut perlu dilakukan.

“Sehingga nilai jual beras petani tinggi. Dengan hal itu tentu juga akan meningkatkan nilai tambah petani dan bermuara kesejahteraan petani,” tandasnya.

 

Laporan : Nova Sari

Editor : Andriadi Perdana Putra