eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Hujan sudah lama tidak turun. Kabut asap kembali mengancam. Kabut asap semakin tebal menyelimuti sebagian besar wilayah Kalbar.
Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar Dodi Riyadmadji mengaku musim kemarau selalu beriringan dengan banyaknya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Saya tiap hari memperoleh laporan helikopter bombing bekerja intensif untuk memadamkan api atau titik-titik hotspot. Seperti yang ada di Kapuas Hulu, Sambas, Kubu Raya dan lainnya,” ujarnya, Rabu (18/7).
Dodi berharap musim kemarau panjang ini tidak mengganggu penyelanggaraan Asean Games. Dimana Indonesia sebagai tuan rumah tahun ini.
“Semoga kerja keras kita dapat terus ditingkatkan. Sehingga kemarau ini tidak menganggu kegiatan Asean Games. Karena ini merupakan even internasional,” harap Dodi.
Kepala Dinas Kesehatan Kalbar Andy Jap menuturkan hingga saat ini belum ada kabupaten/kota yang melapor terjadinya peningkatan penyakit ISPA. “Saya yakin peningkatan kasus pasti ada namun belum terlalu signifikan,” ungkapnya.
Kendati begitu, Dinkes Kalbar memastikan stok masker dan obat-obatan masih mencukupi. Diakui dia juga belum ada permintaan stok masker dari kabupaten/kota. “Intinya daerah masih bisa mengantisipasi kabut asap ini. Tapi tetap terus kita monitor,” tandas Andy.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar TTA Nyarong mengatakan, pihaknya terus melakukan waterbombing di sejumlah hotspot yang telah ditandai melalui Satgas Operasi Udara dan Waterbombing/TMC.
“Kami juga mendorong optimalisasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi vertikal dan dinas badan di daerah sesuai dengan Inpres Nomor 15 Tahun 2016 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia,” ujar Nyarong.
Menurut prakiraan cuaca dari website Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalbar tidak ada tanda akan turun hujan. Selanjutnya, suhu di 14 kabupaten/kota pada Kamis (19/7) berkisar 24-34 derajat celcius. Sedangkan tingkat kelembaban mulai dari 50-95 persen.
Terpisah, Polsek Entikong kembali mencatat sembilan titik panas (hotspot) yang tersebar di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau. “Anggota Polsek dan Koramil sudah melakukan pengecekan langsung ke lokasi sekaligus melakukan pemadaman,” kata Kapolsek Entikong, Kompol Amin Siddiq, Rabu (18/7).
Titik panas yang terdeteksi pantauan satelit tersebut bersumber dari pembakaran lahan yang akan digunakan petani untuk berladang. Sebagaimana diketahui, geografis Entikong bukan tanah gambut. Ketika ada proses pembakaran, apinya langsung padam saat itu juga. “Yang kami pantau luasnya tidak lebih dari dua hektare. Istilahnya di aturan itu kearifan lokal,” tuturnya.
Meski begitu, Kapolsek terus mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan pertanian dengan cara dibakar. Pembakaran lahan maupun hutan berdampak besar terhadap kestabilan kehidupan sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat.
“Membakar bukan satu-satunya alternatif untuk membuka lahan. Masyarakat bisa menggunakan cara-cara lain yang lebih elegan sehingga dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir,” tutup Kapolsek.
Sementara itu, sudah sepekan Polsek Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya beserta seluruh stakeholder terkait melakukan patroli api guna mencegah Karhutla semakin meluas. Maraknya Karhutla yang terus terjadi di Kecamatan Sungai Raya menjadi perhatian banyak pihak terkait bagaimana penanganannya.
“Sudah seminggu ini kita tingkatkan patroli api, bersama seluruh stakeholder, dan kemarin juga Kapolresta Pontianak Kota bersama Pak Dandim juga turun,” kata Kapolsek Sungai Raya Kompol Suanto, Rabu sore (18/7).
Suanto menuturkan, saat ini pihaknya juga telah koordinasi dengan seluruh stakeholder. Mulai dari Camat, Danramil, BPBD, Manggala Agni dan Masyarakat Peduli api guna bersama-sama memadamkan api. Selain itu, tindakan preventif juga terus dilakukan dengan melakukan sosialisiasi kepada masyarakat, dengan membuat banner. Guna menyadarkan masyarakat akan sanksi membuka lahan dengan cara membakar.
“Setiap hari Bhabinkamtibmas kita terjun ke lapangan melakukan sosialisasi dan pemasangan banner spanduk dalam rangka mengantisipasi karhutla, dan besok juga kita akan lakukan sosialsisai ke Gunung Tamang, dengan Camat, Danramil, serta pihak perusahaan,” terangnya.
Tak cukup dengan tindakan pencegahan, pihaknya juga telah memberikan sanksi tegas kepada para pelaku pembakar lahan dengan sengaja di wilayahnya. Bahkan sebelumnya ada seorang warga diamankan. “Tetapi proses penyelidikanya di Polresta, untuk yang lain sementara belum ada. Kalau ditemukan kita juga akan memproses sesuai aturan,” tegasnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat Sungai Raya agar berhati-hati dan tidak membuka lahan dengan cara membakar. Karena saat ini Kalbar sudah memasuki musim kemarau.
“Kalau ada masyarakat yang membakar lahan dengan segaja melanggar pasal 187 KUHP dan denda Rp10 miliar serta kurungan selama lima tahun,” demikian Kapolsek.
Di Kabupaten Landak, pada 14 Juli, terdapat 21 hotspot. Tersebar di dua kecamatan. Satu di Kecamatan Sebangki. Sisanya di Kecamatan Air Besar. Beberapa pekan terakhir, memang hujan tidak turun.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Landak, Banda Kolaga, sudah mengimbau agar masyarakat siaga. Demi mencegah terulangnya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
“Sedangkan pada 15 Juli 2018, tinggal satu titik di Kecamatan Air Besar, selanjutnya pada 16 Juli 2018 terdapat 19 titik, yang di Kecamatan Menjalin satu titik, di Ngabang satu titik, Kecamatan Air Besar 17 titik. Data ini berdasarkan pantauan satelit Lapan,” jelas Banda, Rabu (18/7).
Menurut dia, dari hasil pemantauan Tim BPBD Kabupaten Landak bersama Polri dan TNI di lokasi, dari jalan Desa Munggu’ ke Desa Tenguwe dan Tengon, ditemui lahan yang sudah ditebas. Siap bakar di tepi jalan tersebut. Setelah didata, terdapat lebih kurang 36 petak lahan yang sudah ditebas.
“Kami dari tim yang terdiri dari BPBD, Polri-TNI menghimbau kepada masyarakat agar tidak membakar lahan secara sembarangan, harus dijaga dan dilaporkan lebih dahulu kepada Kades, Bhabinkamtibmas, dan Babinsa di kawasan lahan tersebut,” paparnya.
Selain itu, Banda meminta agar Muspika meningkatkan koordinasi dan dialog dengan masyarakat. Tentang bencana kabut asap.
“Kita sama-sama menjaga atau mencegah agar tidak terjadi Karhutla sembarangan yang bisa mengakibatkan dampak lain,” tandas mantan Kasat Pol-PP Landak ini.
Laporan: Rizka Nanda, Kiram Akbar, Andi Ridwansyah, Antonius
Editor: Arman Hairiadi