eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Mengantisipasi lonjakan arus mudik dan balik Idul Fitri, PT Perum Damri Pontianak optimalkan armadanya. Sebanyak 101 unit bus diterjunkan melayani 27 trayek, baik untuk rute dalam dan luar provinsi maupun luar negeri.
Asisten Manager Palayanan Jasa Perum Damri Pontianak, Dedi Iswandi mengatakan, pihaknya telah membentuk Satgas Angkutan Hari Raya. Mulai dari H-8 hingga H+8 Idul Fitri.
“Satgas ini baik kita yang dibagian tenaga operasional, teknik, terus bekerja baik siang hingga tengah malam untuk melayani penumpang yang hendak melakukan mudik dan balik. Upaya ini juga memang telah diintruksikan dari pusat,” terangnya kepada Rakyat Kalbar, Jumat (22/6).
Dijelaskan dia, dibanding tahun sebelumnya arus mudik dan balik rata-rata waktunya bersamaan, Namun berbeda tahun ini, karena waktu libur yang cukup panjang. Penumpang yang memesan tiket bus tidak menumpuk, karena ada yang sudah mudik jauh-jauh hari. “Ada yang pas libur. Aarus baliknya juga demikian, ada yang pulang ketika usai hari raya, ada yang usai libur, jadi tidak menumpuk,” tuturnya.
Kendati melayani 27 trayek, namun yang aktif hanya 21 trayek. Itu pun dikelompokkan beberapa segmentasi layanan. Dalam provinsi, luar provinsi, dan luar negeri. Dalam provinsi seperti rute Pontianak-Sintang, Pontianak-Nanga Pinoh, Pontianak-Putussibau, Putussibau-Badau, Putussibau- Nanga Kantu, Putussibau-Nanga Jongkong. “Kalau segmen luar provinsi antara lain Pontianak-Pangkalanbun. Kemudian luar negeri, Pontianak-Brunai Darussalam dan Pontianak-Kuching,” jelasnya.
Sebenarnya PT Damri sempat wacanakan untuk melakukan penambahan armada dari luar Kalbar. Namun diurungkan lantaran jumlah angkutan Damri yang masih mencukupi dan dapat dimaksimalkan. “Bersyukur sampai hari ini semua penumpang Damri dapat terlayani,” ucapnya.
Kelancaran arus mudik dan balik tahun ini kata Dedi, juga didukung dengan diresmikannya unit baru. Yaitu rute Bandara Supadio-Sambas pada awal Juni lalu.
“Sehingga hal ini juga mendukung kelancaran Damri untuk mengangkut penumpang yang dari arah Bandara ke kabupaten Sambas,” tukasnya.
Meskupun terjadi lonjakan penumpang, PT Damri terus berupaya meningkatkan kualitas layanannya. Pihaknya juga memberikan promo harga tiket, memberikan fasilitas layanan terbaik. “Baik dari segi service armada juga layanan fasilitas, seperti penyediaan wifi, selimut, makanan serta tempat duduk yang nyaman bagi penumpang,” tuntas Dedi.
Sementara itu, arus mudik dan balik Idul Fitri masyarakat di Kalbar melalui jalur laut menurun 70,07 persen. Hingga H+4 Lebaran, total arus mudik dan balik via jalur laut sebanyak 7.025 orang.
“Turun 3.083 orang.Meski baru di hari H+4 belum smpai H+15,” kata Kepala Lalu Lintas Angkatan Laut KSOP Kota Pontianak, Dharmapala ketika ditemui di Posko Lebaran Pelabuhan Dwikora Pontianak, Kamis (21/6).
Dijelaskannya, tahun 2017 hingga H+15 Lebaran mencapai 17.719 orang. Naik-turunnya sampai 10.300 orang. Puncak arus balik mencapai 1.407 penumpang dengan jumlah rata-rata mencapai 321.875 orang. “Sementara tahun 2018, rata-rata penumpang hanya 96,34 orang,” jelasnya.
Arus mudik dan balik H-15 sampai H+15 dibandingkan dengan tahun lalu menurun. Pada 2017, arus puncaknya naik dan turunnya ada di H-8. Sedangkan untuk arus baliknya ada di H+12.
Tahun ini tertinggi di H-6 arus naik. Turunnya H-11. “Sementara untuk arus balik belum ada lonjakan,” ucapnya.
Dharmapala memprediksi, penurunan terjadi akibat persaingan harga tiket kapal dengan transportasi lainnya. Padahal kata dia, PT Pelindo sudah meningkatkan fasilitas dan pelayanan.
“Harga tiket pesawat yang mungkin tidak jauh beda. Kalau pesawat hanya beberapa jam sudah sampai, kalau naik kapal beberapa hari dan perlu biaya juga dan alternatif lebih memilih pesawat,” paparnya.
Pihaknya menjamin keamanan di pelabuhan. Dalam menjaga keamanan, melibatkan kepolisian dan yang lainnya. “Kita libatkan semua untuk keamanan kita jamin. Untuk penumpang paling banyak dari Surabaya dan Semarang,” urai Dharmapala.
Salah seorang penumpang kapal laut, Amin Riyanto. Pria asal Kabupaten Sintang ini menggunakan jalur laut, karena harga tiket relatif murah. “Mau ke Semarang mau ngantar anak ke pondok, dari subuh sudah di Pelabuhan,” ungkapnya.
Dia mengaku sering naik kapal laut. Hampir bisa dikatakan setiap tahun. “Lihat keadaan juga kalau pesawat mahal, maka lewat air,” tukas Amin.
Laporan: Nova Sari, Rizka Nanda
Editor: Arman Hairiadi