eQuator.co.id – Kubu Raya-RK. Setakat ini Kubu Raya terus melakukan pembenahan terutama dalam mengatasi masalah stunting. Apalagi saat ini angka stunting di Kubu Raya mencapai 7.000 lebih yang tersebar di Sembilan kecamatan di Kubu Raya.
“Jadi, di Kubu Raya ini kalau secara angka balitanya kurang lebih sekitar 27.000. Kemungkinan besar stunting yang ada kisarannya antara 7 sampai 8 ribuan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya, dr Berli Hamdani, Kamis (21/3).
Sedangkan untuk pengentasan stunting, Berli menjelaskan, tahun ini pihaknya sudah menyiapkan program-program. Terutama pemeriksaan secara gratis di semua puskesmas di seantero Kubu Raya.
“Tahun 2018 yang sudah ditangani sekitar 300-an, karena keterbatasan anggaran. Mudah-mudahan tahun ini bisa tertangani semua, karena ada alokasi DAK untuk stunting,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Berli mengakui bahwa daerah yang paling banyak menderita stunting yakni daerah Kecamatan Sungai Raya, karena daerahnya cukup luas.
“Intinya dari seribu hari pertama masa kelahiran bayi harus mendapatkan asupan makanan yang bergizi. Terutama orangtuanya harus banyak makan sayur-sayuran serta makan-makanan yang berprotein tinggi,” terangnya.
Sementara itu, Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan menegaskan, hal tersebut perlu diantisipasi. Dimana agar desa membuat regulasi serta menganggarkan asupan makanan tambahan.
“Makanya kami minta dengan desa agar buat aturan regulasi anggarannya. Sediakan makanan berprotein tinggi untuk diberikan kepada orang hamil. Terutama kacang hijau, susu dan telur ayam kampung,” ucap Muda Mahendrawan.
Menurutnya, Kubu Raya menjadi termasuk penyumbang terbesar penderita stunting, sehingga harus dijadikan referensi bersama dalam mengatasi stunting.
“Apalagi stunting di Kubu Raya saat ini sudah hampir mendekati 10 ribu. Makanya kita harus lebih menjaga kesehatan terutama makan-makanan tambahan yang bergizi,” harapnya.
Tak hanya itu, Muda berharap petugas kesehatan. Terutama puskesmas dan pustu agar sering turun langsung ke lapangan, sehingga mengetahui kendala yang ada ditengah-tengah masyarakat.
“Tak hanya stunting, tapi juga penyakit lain. Tapi, saya juga ingatkan kepala desa agar fokus pelayanan dasar, stunting, pendidikan dan kesehatan,” ulasnya.
Sementara itu, Camat Kuala Mandor B, Yansen Sibarani mengungkapkan, wilayah Kuala Mandor B yang menderita stunting mencapai 300 orang lebih, sehingga pihaknya terus bekerja sama dengan pemerintah desa untuk menekan angka stunting tersebut.
“Ini harus kita lakukan bersama agar generasi penerus tidak menjadi stunting,” ungkapnya. (sul)