Selama di Melano—Kayong Utara, rumah orangtuanya, Agol murung. Terlintas dibenaknya ingin menikah lagi. Sayangnya, dia selalu ingat anaknya. Tetap menikah sih, tapi dengan Agil, istrinya.
Ocsya Ade CP, Kubu Raya
eQuator – Sabtu malam lalu angin tepian Pelabuhan Rasau Jaya bikin menggigil. Namun Agol tetap mengisahkan rumah tangganya. Enam bulan sudah dia pisah ranjang dengan Agil, istrinya. Sejak terbongkarnya asmara terlarang dengan mantan kekasihnya, Agnes.
Sejak itu pula Agol gegana (gelisah, galau dan merana). Dia dihadapkan dengan dua pilihan. Menikahi Agnes, atau kembali menikahi istrinya yang sudah enam bulan tidak mendapatkan nafkah batin darinya. Satu sisi sang istri minta dicerai. Di sisi lain Agnes siap menerima Agol dalam kondisi apapun.
Agol mengaku mencintai Agil istrinya, juga Agnes cinta pertamanya. Tentulah ini pilihan yang berat. “Harus satu, tak mungkin keduanya,” ucapnya sambil meneguk kopi pancung.
Di meja 07 Cafe Lembayu samping Gedung Kota Terpadu Mandiri (KTM) Rasau Jaya, Agol menceritakan nasib rumah tangganya dengan mata berkaca-kaca. Dia tak mau kehilangan istrinya, apalagi anak-anaknya. Sudah 15 tahun dia menjalani bahtera rumah tangga.
Karena selalu teringat dengan anak-anaknya, Agol memutuskan memperbaiki hubungan dengan istrinya, menikahi kembali Agil. “Itu harus, karena sempat pisah lama,” ujar Agol.
Menunjukkan kalau dia kapok menduakan istrinya, Agol pun menandatangani kontrak rumah tangga atau pernyataan tertulis kepada Agil. “Ini penting, bentuk komitmen saya kepada istri,” ungkap Agol, bak politikus yang menandatangani kontrak politik saja.
Komitmen itu juga bukti keseriusan Agol di hadapan anaknya. Apalagi putra sulungnya yang baru kelas 1 SMP itu berceloteh, tidak mau menganggap Agol sebagai ayahnya, jika menduakan ibunya.
“Kata si Abang (panggilan anak pertamanya), kalau bapak nikah lagi, jangan anggap abang anak lagi. Abang pun laki-laki,” ucap Agol mengulangi kata anaknya. “Sedih saya. Ini yang omong darah daging saya,” sambungnya.
Meskipun Agol terus diuber Agnes yang terlanjur cinta kepadanya, namun dia tetap mempertahankan rumah tangganya. Meskipun bagi Agol, kecantikan dan rasa sukanya kepada Agnes tak ada habisnya. “Saya hanya bisa menghindar bila diuber dia (Agnes),” tegasnya.
“Yang sudah berlalu, ya sudah lah”. Kalimat itu terus dikatakan Agol. Dia berharap Agnes melupakannya dengan mancari lelaki lain. “Meskipun istri saya sudah sulit percaya full kepada saya, masa lalu biarlah berlalu,” ujar Agol.
Agol mengingatkan para suami, janganlah bermain hati. Kalau sudah terbuai, cepatlah berubah. Karena itu kesenangan sesaat saja. “Kuncinya, ingat anak,” pesannya. (selesai)