eQuator – Ketapang-RK. Jumlah kasus HIV/AIDS di Ketapang terus bertambahh. Sejak 2006 hingga Desember 2015, ditemukan tak kurang 58 pengidap HIV, 151 orang sudah sampai taraf AIDS, dan 53 orang meninggal.
Kasus pertama HIV di Ketapang ditemukan dari seorang nelayan di Pelapis (Sekarang KKU, red) pada 2006.
“Saya menilai penting merenungkan upaya pencegahan, dari masyarakat, sektor swasta dan pemerintah untuk saling bekerjasama, berkomitment secara sungguh-sungguh,” kata Kartius, Penjabat Bupati Ketapang dalam peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2015 di Pendopo Bupati Ketapang, Jumat (4/12) malam.
Menurutnya pencegahan yang efektif harus dimulai dari keluarga dan harus memperkuat ketahanan takwa dan iman. Dengan bekal keimanan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ketapang akan terhindar dari apa yang disebutnya ‘Kiamat AIDS’.
Karena itu, tahap awal yang harus dilakukan adalah memperkuat keluarga, satu di antara caranya dengan mengontrol pergaulan anak. “Anak tidak keluyuran sampai malam, sehingga dapat terhindar dari pengaruh negatif lingkungan,” katanya.
Selain itu, ia sependapat perlunya memperluas jaringan konseling, termasuk di Puskesmas secara bertahap. Demikian juga dengan pendanaannya difokuskan pada Dinas Kesehatan dan rumah sakit. Tak lupa pula ia mengajak untuk berperilaku hidup sehat.
“Mari bersama-sama memberantas dan mencegah penularan HIV. Kalau bisa tolong pertahankan ketakwaan dan iman keluarga, bapak sayangi anak, anak harus hormati orang tua,” kata pria yang juga Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kalbar ini.
Ketua Panitia Hari AIDS Sedunia 2015, Edi Junaidi menyebut beberapa kegiatan sudah dilakukan dalam peringatan Hari AIDS yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat sehingga dapat dilakukan pencegahan. “Kegiatan dilakukan di antaranya penyuluhan, talkshow dan lain-lain,” kata Edi. Sejumlah SKPD dilibatkan, terutama Dinas Kesehatan (Dinkes) selaku penyandang dana.
Kadinkes Ketapang dr. Heri Yulistio menyimpulkan bahwa penanggulangan HIV/AIDS haruslah dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluuh yang melibatkan semua unsur.
Mantan Direktur RSUD Agoesdjam Ketapang ini mengatakan banyaknya penderita pada usia produktif, perlu adanya pencegahan yang lebih dini yang dimulai dari isntansi pendidikan dengan memasukkan muatan lokal tentang pencegahan HIV/AIDS di sekoah-sekolah SLTP/SLTA.
Pada acara itu, ia juga menguraikan rantangan yang dihadapi, seperti masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum dalam pemeriksanaan HIV, tingginya perilaku berisiko khususnya di kalangan remaja yang sangat rentan penularan HIV, minimnya anggaran serta program yang dilakukan SKPD, swasta khusunya perusahaan dalam melakuan pencegahan. Termasuk juga, belum adanya payung hukum berupa peraturan daerah yang memperkuat program pencegahan dan lain-lain.
Sementara dr.Hadi Soeprapto dari VCT Bougenville Ketapang memaparkan bagaimana fungsi VCT dalam mendeteksi penyakit mematikan ini. Demikian juga upaya-upaya yang dilakukan para sukarelawan dalam mengungkap penyakit fenomena ‘gunung es’. Dari kasus yang terungkap, ia menyakini masih banyak penderita yang belum diketahui keberadaanya. Karena itu, jika ada gejala yang ditemukan, masyarakat diharapkan bisa memeriksakan ke klinik yang ada.
Dalam kesempatan itu juga disampaikan testimoni dari ODHA dari Pontianak sebut saja bernama Kumbang. Kumbang menceritakan ia terjebak narkoba sehingga menjadi penderita HIV. Testimoni dari salah satu penderita HIV ini, dipandu moderator drg Basaria Rajagukguk.
Reporter: Jaidi Chandra
Editor: Kiram Akbar