eQuator – Belawan-RK. Siti Zaleha, 55, mengaku membunuh suaminya menggunakan martil seberat 5 kilogram (Kg), karena sakit hati sering dianiaya pasangan hidupnya itu, Ali Rahman.
Kemarin, Siti tampak tenang saat menjalani gelar rekontruksi di Mapolsek Medan Labuhan. Dalam rekontruksi 10 adegan itu, nenek bercucu satu memperagakan bagaimana awal dari pembunuhan terhadap suamniya, Ali Rahman.
Berawal saat terlibat cekcok dengan suaminya, Sabtu (17/10) sekira pukul 04.00 itu, Siti sempat menjadi sasaran pemukulan dan wajahnya diludahi oleh korban.
Lantas, tersangka membersihkan kotoran ludah di wajahnya di kamar mandi. Usai itu, dia duduk termenung di ruang tamu rumahnya yang berada di kawasan Dusun 6 Rawa Badak Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang.
“Sempat aku menangis dan berucap dalam hati, ya Allah kapan siksaan ini berakhir. Kenapa aku selalu jadi korban penyiksaan suamiku,” sebutnya.
Setelah itu, Siti Zaleha mencoba tetap bersabar dan kembali tidur bersama Ali Rahman, suaminya. Rasa sakit hati tersebut rupanya terbawa mimpi. Dalam mimpinya ia berteriak minta tolong karena dipukuli korban, sampai akhirnya tersangka terjaga dari tidurnya.
“Aku tak sadar kalau itu mimpi, makanya aku bangunin dia dan bilang kenapa bapak memukuli aku lagi. Tapi, wajahku malah diludahi dan kepalaku dipukul sama dia,” tutur tersangka.
Siti Zaleha kembali duduk termenung di atas ranjang di kamar tidurnya. Sedangkan, Ali Rahman kembali yidur tanpa memperdulikan istrinya. Tersangka terbalut emosi kemudian mengambil sebuah martil yang berada tak jauh dari lemari di kamar tersebut.
“Awalnya, aku pukul kepalanya dua kali pakai martil, karena dia bangun merintih kesakitan aku pukul lagi kepalanya sampai dia terkapar,” ungkapnya.
Melihat suaminya masih bergerak sambil merintih kesakitan, tersangka kembali memukul dada dan kemaluan korban berulang kali menggunakan martil.
Untuk memastikan suaminya telah tewas, Siti Zaleha menghantamkan martil ke arah kening korban. “Aku sudah capek, dan sakit hati karena selalu dipukuli dan dimarahinya. Itu terjadi sejak kami menikah tahun 1987 lalu,” ucapnya lagi seusai rekontruksi digelar. (jpnn)