eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Bandar narkotika terus mencari cara menyelundupkan narkotika. Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Dittipid Narkoba) mendeteksi metode baru berupa pemecahan pengiriman narkotika untuk memuluskan masuknya barang haram.
Direktur Dittipid Narkoba Bareskrim Brigjen Eko Daniyanto menjelaskan, memang petugas telah mendeteksi adanya strategi baru dari bandar. Yakni, memecah pengiriman barang haram menjadi beberapa rute. ”Strategi ini dipilih setelah kasus pegiriman 1,5 ton menggunakan satu kapal terungkap,” paparnya.
Dari kegagalan itu, bandar ternyata meninggalkan cara mengirim dalam satu pengiriman besar. Maka, yang terjadi saat ini pengungkapan kasus penyelundupan hanya 50 kg. ”Itu karena misalnya beberapa ton, dipecah dikirim dengan sepuluh kapal,” jelasnya.
Yang lima kapal tertangkap oleh petugas, namun lima kapal lainnya lolos masuk. Memang strategi ini harus dicari solusinya agar bisa dicegah. ”kami terus berupaya,” papar jenderal berbintang satu tersebut.
Menurutnya, salah satu cara untuk menghentikan strategi semacam itu bekerjasama dengan kepolisian asal narkotika. Saat ini Dittipid Narkoba terus memperkuat kerjasama dengan berbagai negara. ”Misalnya, Malaysia yang menjadi salah satu transit pengiriman narkotika,” tuturnya.
Kerjasama lainnya juga terus dilakukan, dengan target untuk bisa menangkap bandar utama yang mengirim narkotika ke Indonesia. ”Kami sedang berusaha keras untuk ini,” tuturnya mantan Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN tersebut.
Selain itu, yang juga dilakukan adalah melakukan pemetaan sepanjang pantai Timur pulau Sumatera. Dari Aceh, Medan hingga Batam. Sebab, wilayah itu merupakan tempat favorit pengiriman barang oleh bandar narkotika. ”Sistemnya mereka dari Myanmar memakai kapal ke wilayah laut internasional, berdekatan dengan Malaysia dan Indonesia,” ujarnya.
Di wilayah laut internasional ini, bandar melakukan pemindahan narkotika dengan sistem ship to ship. Dari kapal besar ke kapal kecil yang jumlahnya banyak. ”Dipecahnya diproses ini,” tuturnya.
Biasanya, bandar narkotika ini bekerjasama dengan bandar asal Malaysia untuk mengirim masuk ke Indonesia. Saat sampai di wilayah pantai Timur Sumatera, barulah bandar narkotika Indonesia menerima dan mengirim barang ke wilayah yang dituju. ”Tentu dengan kurir yang diperbantukan,” ujarnya.
Untuk kurir sendiri, ada fenomena menarik. Petugas menemukan fakta bahwa ada satu kurir yang bekerja untuk beberapa bandar. Hal tersebut menunjukkan seakan-aan ada jasa kurir untuk bandar narkotika. ”Ini yang akan kami kejar juga,” tegasnya. (Jawa Pos/JPG)