eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Peralihan program Bantuan Sosial (Bansos) Beras Sejahtera (Rastra) ke program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di tahun 2019, dikhawatirkan memicu kemelut. Terutama soal penyaluran beras Bulog di Kalbar yang dinilai bisa makin menyempit.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bulog Divre Kalbar, Bubun Subroto, kemarin. Dia berharap ada solusi lain dalam hal penyaluran beras Bulog ini.
“Kita harapkan ada solusi baru, dalam penyerapan beras Bulog. Sebab apabila penyaluran beras semakin sempit, dikhawatirkan penyerapan beras dari petani malah mengalami penurunan,” ungkapnya.
Seperti diketahui, untuk saat ini, stok beras di gudang Bulog masih cukup banyak. Penumpukan beras ini salah satu penyebabnya adalah karena terbatasnya penyaluran.
“Akan tetapi jumlah yang ada saat ini, tidak dalam kondisi over. Lantaran jelang Ramadan ini, Bulog diharuskan memiliki stok yang cukup guna memastikan ketersedian bahan pokok, terutama beras,” terangnya.
Sebelumnya, Direktur Operasional Perum Bulog, Judith J Dipodiputro dalam kunjungannya di Kalbar beberapa waktu lalu mengungkapkan, pihaknya saat ini berupaya untuk memperkuat Bulog dengan mengedepankan sisi komersial.
“Artinya mengedepankan sisi komersial. Namun, bukan malah mengurangi secara penuh tugas untuk menyalurkan bantuan sosial (Bansos) program Rastra, bahkan di tahun sebelum, program Rastra ini sudah dilepas dari Bulog. Sehingga ini menjadi pertanda bahwa semakin pentingnya Bulog bertahan dengan terus mengedepankan pelayanannya kepada masyarakat,” tandasnya.
Perum Bulog dalam laman resminya, siap memperkuat segmen komersial untuk mengantisipasi berkurangnya penyaluran beras karena program BPNT. Pada 2016, Perum Bulog masih harus menyalurkan Rastra fisik sebanyak 2,78 juta ton. Angka itu berkurang menjadi 2,54 juta ton pada 2017 menyusul beralihnya Rastra ke BPNT dan pada 2018 berkurang lagi menjadi hanya 1,80 juta ton.
Dalam catatan Bulog, pada 2016, penyaluran Rastra fisik sebanyak 2.782.326 ton dan pada 2017 menjadi 2.542.405 ton. Pada awal 2017, jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BPNT yang beralih dari Rumah Tangga Sasaran (RTS) Rastra sebanyak 1,40 juta. Hingga pada 2018, volume Rastra yang harus disalurkan Bulog berkurang menjadi hanya 1,80 juta ton. Berdasarkan perhitungan 15,50 juta KPM kali alokasi 10 kilogram (kg) per bulan dalam setahun.
Untuk 2019, per Mei, 100 persen RTS Rastra beralih ke BPNT. Jumlah pagu Bansos Rastra periode Januari-April 2019 sebanyak 213.520 ton untuk 5,30 juta KPM yang berlokasi di daerah yang belum terjangkau e-warong dengan pagu Bansos Rastra setiap bulannya 53.380 ton.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh, peralihan RTS Rastra sepenuhnya ke KPM BPNT menjadi tantangan bagi Bulog guna memanfaatkan dan memperkuat posisi BUMN pangan itu di pasar komersial.
“Stok milik Bulog itu kan ada beras premium, ada beras medium. Kalau kami disuruh jaga stok 1,50 juta ton, tapi ternyata bisa lebih, yang lebih itu bisa kami jual dengan harga komersial,” katanya.
Pihaknya juga terus menjaga agar kualitas beras Bulog tetap bagus, sehingga bisa masuk ke pasar komersial untuk menjaga siklus penyaluran mencegah stok yang terlalu lama.
Per Februari 2019, sebanyak 73 ribu ton beras Bansos Rastra telah disalurkan atau baru sekitar 69 persen dari target Januari-Februari 2019. Hal itu karena masih ada beberapa data yang membutuhkan verifikasi by name by address.
Dia menerangkan, Operasi Pasar (OP) yang saat ini sudah sekitar 177 ribu ton dan ditambah Rastra maka penyaluran beras Bulog sudah sekitar 250 ribu ton. Bulog terus melakukan OP setiap hari dengan target penyaluran 1,50 juta ton hingga akhir Desember 2019.
Selain itu, juga melalui saluran komersial. Semacam ritel modern, Rumah Pangan Kita (RPK), pasar daring, atau misalnya kegiatan seperti dalam rangka Pesta Ulang Tahun BUMN yang mana partisipasi Bulog dalam pesta ulang tahun BUMN nanti ada sekitar 1.000 ton.
Deputi bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, Bulog harus bisa bersaing untuk bisa memasok ke e-warong. Apabila Beras berkualitas bagus maka tidak perlu takut untuk melakukan suplai ke e-warong.
Laporan : Nova Sari
Editor : Andriadi Perdana Putra