eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Gempa dengan magnitude 3,1 di Bukit Kelam, Kabupaten Sintang tergolong intensitasnya kecil. Melihat struktur batuan pulau Kalimantan, gempa susulan diprediksi sangat mungkin terjadi.
Begitu ditegaskan Agus Suwarno, Dosen Pendidikan Geografi IKIP-PGRI Pontianak. Dia menuturkan secara geologi, Kalimantan merupakan bagian dari Lempeng Eurasia. Kalimantan dikenal sebagai daratan yang luas, jauh dari wilayah subduksi atau zona subduksi.
Zona subduksi di Indonesia, terang dia, dikenal dengan daerah cincin api (ring of fire) yang dapat dijumpai di tepian Lempeng Eurasia, bertemu dengan Lempeng Indoaustralia di sepanjang Sumatra, Jawa dan seterusnya hingga berakhir di Laut Banda.
Di daerah tersebut, kata Agus, setiap kali terjadi aktivitas tektono vulkanik. Tak hanya itu, daratan Kalimantan juga dikenal sebagai craton (benua kecil) tanpa jalur gunung berapi aktif. “Ini yang menyebabkan banyak orang menganggap Kalimantan serta merta aman dari gempa bumi,”ujarnya.
Padahal kata Agus, sebenarnya peristiwa gempa bumi bisa terjadi dimanapun di atas permukaan bumi, yang menopang pada kerak/lempeng bumi. “Namun untuk masalah intensitasnya bisa dikatakan di Kalimantan relatif kecil, dan dianggap tidak pernah terjadi,” ungkapnya.
Agus menuturkan, gempa sudah pernah terjadi di beberapa titik di Kalbar, misalnya saja di Kabupaten Ketapang, Kota Singkawang dan di salah satu wilayah di Kalimantan Timur dalam beberapa tahun terakhir.
Sehingga pengalaman ini menepis asumsi, bahwa Kalimantan menjadi wilayah yang aman dari gempa. “Sekali lagi gempa biasanya terjadi karena aktivitas lempeng/kerak bumi, “jelasnya.
Dia memaparkan, secara umum, penyebab utama terjadinya gempa adalah fenomena dimana permukaan bumi mengalami getaran. Getaran itu, ungkap dia, diakibatkan oleh tenaga endogenik yang berasal dari dalam bumi dan tenaga lain yang memicunya. Dengan kekuatan atau intensitas tertentu, maka gempa dapat menyebabkan terjadi bencana.
Sementara itu, penyebab utama gempa bumi adalah aktivitas endogenik itu sendiri, yang terdiri dari aktivitas tektonik dan vulkanik. “Tetapi pada kasus lain, gempa bumi bisa terjadi karena pemicu lainnya, misalkan karena penggunaan bahan peledak ataupun karena adanya tumbukan benda langit (meteorid) yang masuk kedalam orbit bumi. Tenaga ini disebut dengan tenaga ekstraterestrial,” terangnya.
Namun demikian, gempa bumi yang sering terjadi dan yang dikenal selama ini, merupakan gempa bumi yang terpicu oleh tenaga endogenik.
Gempa bumi, kata dia, terdiri berbagai macam. Mulai dari gempa bumi vulkanik, yakni gempa bumi yang disebabkan aktifitas gunung berapi. Selain itu, ada pula gempa bumi tektonik, gempa bumi yang terjadi karena aktivitas tektonik. Kemudian gempa bumi runtuhan, yang terjadi karena jatuhnya kerak bumi ke dalam inti bumi. Selain itu, gempa bumi tumbukan, gempa bumi yang terjadi karena tumbukan meteorid. “Khusus gempa bumi yang terjadi di Sintang merupakan jenis gempa bumi yang termasuk dalam jenis gempa runtuhan. Runtuhnya sebagian lapisan litosfer kedalam dan sudah dijelaskan, dalam berbagai media, serta penjelasan resmi dari BMKG,” ungkapnya.
Gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal dan episentrumnya jauh dari perairan, sehingga tidak berpotensi tsunami. Kendati demikian, ia menilai kondisi ini pun masih bisa kembali terjadi. “Gempa susulan saya pikir masih bisa terjadi. Cuma mungkin dengan intensitas kecil. Sementara untuk struktur batuan Kalimantan relatif aman, karena tidak terpengaruh langsung oleh zona,” pungkasnya.
Laporan: Andi Ridwansyah
Editor: Yuni Kurniyanto