eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Tren Seismisitas di wilayah indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di tahun 2013 hanya terjadi 4.234 gempa. Jumlah tersebut terus meningkat tiap tahun hingga meroket ke angkat 11.577 kejadian pada tahun 2018. Hingga hari ketujuh di tahun 2018 saja, tercatat lebih dari 11 kali gempa di wilayah indonesia dengan magnitudo rata-rata 5 Skala Richter (SR).
Kepala Bidang Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengungkap data gempa di Pusat Gempa Nasional BMKG. Selama tahun 2018 di wilayah Indonesia terjadi aktivitas gempa sebanyak 11.577 kali dalam berbagai magnitudo dan kedalaman.
Sementara pada tahun 2017 jumlah aktivitas gempa yang terjadi hanya 6.929 kali. ”Artinya, selama tahun 2018 telah terjadi peningkatan jumlah aktivitas gempa yang drastis di Indonesia, yaitu 4.648 kejadian gempa tektonik,” katanya kemarin.
Berdasarkan magnitudonya, selama tahun 2018 telah terjadi 9.081 kali gempa kecil dengan magnitudo dibawah 4,0 Skala Richter (SR). Kemudian 2.273 kali gempa ringan dengan magnitudo 4 hingga 5 SR, 210 kali gempa menengah dengan kekuatan 5 hingga 6 SR, serta gempa kuat dengan magnitudo 6 hingga 7 SR terjadi selama 12 kali. “Untuk gempa dahsyat dengan kekuatan 8 hingga 9 selama 2018 belum terjadi,” jelas Daryono.
Pria yang juga menjabat sebagai Vice President Himpunan Ahli Geofisika (HAGI) Divisi Mitigasi Bencana Kebumian Indonesia ini mengatakan, hingga saat ini belum ada teknologi atau penjelasan ilmiah yang benar-benar valid untuk menjelaskan fenomena terus meningkatnya aktivitas kegempaan di indonesia.
Namun jika dianalisis berdasarkan kejadian, tingginya aktivitas gempa bumi di Indonesia selama tahun 2018 tersebut disebabkan karena adanya beberapa gempa kuat dan diikuti oleh rangkaian gempa susulan yang banyak.
Selain itu, adanya aktivitas gempa swarm di Mamasa, Sulawesi Barat juga memberikan tambahan jumlah gempa yang sangat signifikan. ”Sehingga jika dikumulatifkan seluruh aktivitas gempa yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018 menjadi jumlah yang sangat besar,” katanya.
Meski demikian, Daryono mengatakan, ada juga penjelasan dari ahli seismologi dari Cooperative Institute for Research in Environmental Science (CIRES) Roger Bilham. Menurutnya, ada korelasi antara kecepatan rotasi bumi dengan aktivitas gempa bumi kuat.
Dalam kondisi normal. Gempa bumi kuat terjadi rata-rata 15 kali per tahun. Namun dalam kondisi perlambatan rotasi bumi, bisa terjadi 20 hingga 30 kali gempa per tahunnya. “Menurut Billham tahun 2018 adalah awal dari siklus ini (perlambatan,Red),” jelas Daryono.
Selama tahun 2018, aktivitas gempa di Indonesia didominasi oleh gempa dangkal kurang dari 60 km yang terjadi 9585 kali. Selanjutnya gempa kedalaman menengah antara 61 – 300 km terjadi 1856 kali. Sedangkan gempa hiposenter dalam di atas 300 km hanya terjadi 136 kali.
Selama tahun 2018, di Indonesia terjadi gempa merusak sebanyak 23 kali. Termasuk Gempa Lebak, Aceh Barat, Lombok, dan Palu Donggala.(Jawa Pos/JPG)