eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Sesar Naik Flores yang berada di sekitar Nusa Tenggara Barat (NTB) kemarin (6/12) menggeliat. Hal ini menyebabkan Mataram dan beberapa daerah disekitarnya diguncang gempa. Beruntung gempa dengan magnitudo 5,3 sekala richter (SR) tidak menimbulkan bencana.
Kepla Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan bahwa gepa tersebut sempat membuat warga panik. Namun kepanikan tak berlangsung lama. ”Gempa tidak berpotensi sunami,” ujar Sutopo. Peringatan tersebt yang membuat kepanikan mereda. Meski demikian sebagian sekolah memulangkan siswanya.
Gempa yang terjadi pada 09.02 WITA itu berpusat di 23 km Barat Laut Mataram. Pusat gempa berada pada kedalaman 10 km. ”Posko BNPB telah mengkonfirmasi dampak gempa. Guncangan gempa dirasakan kuat selama 5 detik di Kota Mataram,” ujarnya.
Selain Lombok, di Bali pun merasakan gempanya. Menurut Sutopo, gempa di Denpasar terasa sedang. ”Sebagian masyarakat keluar dari rumah dan bangunan,” bebernya.
Sementara itu Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono menyatakan bahwa gempa tersebut karena aktivitas sesar naik flores. Hal tersebut sama dengan gempa besar yang terjadi pada Agustus lalu. ”Hasil analisis mekanisme, gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan karena mekanisme pergerakan naik,” tuturnya.
Dia menambahkan bahwagempa yang terjadi kemarin pagi merupakan gempa susulan dari gempa besar aagustus lalu. ”Masih Rangkaian,” ujarnya. Hal itu diindikasi dari episenter, kedalaman hiposenter, mekanisme sumber gempa, dan arah patahan. Daryanto tidak ingin memprediksi sampai kapan gempa susulan terjadi.
Namun dia berpesan, gempa dikatakan susulam jika cirinya sama dengan gempa sebelumnya. Meskipun waktunya bejarak lama dengan gempa utama. ” 2 tahun masih bisa jika cirinya sama dengan yang sebelumnya,” ungkap Daryono.
Salah satu warga yang berhasil wartawan hubungi, Asmawi Asgar, menceritakan bahwa gempa sempat membuat khawatir. Dia yang baru saja selesai mandi segera keluar. ”Saya sempat loncati tembok gara-gara lupa,” tuturnya. Ternyata di luar rumah sudah banyak orang. ”Kira-kira 15 menitan dibluar rumah. Takut ada susulan,” ungkap warga Mataram itu.
Asmawi mengungkapkan bahwa tidak ada bangunan yang rusak akibat gempa. Selain itu titik pengungsian di Mataram pun sudah tidak ada.
Soal pariwisata, dia merasa masih sepi. ”Kalau turis internasional sudah mulai banyak. Yang lokal kurang,” ucap pria yang bekerja di agen travel itu. Dia melihat pusat toko oleh-oleh masih sepi. Meski demikian warga tetap bangkit untuk memutar sektor ekonomi. (Jawa Pos/JPG)