Dongkrak Harga Karet, Perhatikan Peremajaan dan Produktivitas

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Wacana Presiden Joko Widodo untuk menyerap hasil produksi karet untuk bahan baku aspal pembangunan jalan pemerintah disambut baik. Mengingat selama ini komoditas karet di Kalbar masih mengandalkan pasar luar negeri.

Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Kalimantan Barat, Jusdar Sutan A mengatakan, bila permintaan domestik tinggi, maka harga karet akan melonjak di tingkat petani. Apalagi pemerintah berniat membelinya dengan harga di atas rata-rata.
“Dengan wacana tersebut tentu ini akan membantu dengan naiknya harga karet, sebab dapat dilihat sekarang untuk harga karet juga terjadi penurunan, dengan pemerintah membeli hasil karet lokal, tentu ini sangat membantu,” ujarnya kemarin.
Jusdar mengatakan, selama ini harga karet sangat sulit sekali untuk naik. Karena masih bergantung dari permintaan pasar internasional. Dalam hal ini Gapkindo berupaya untuk mendorong pemerintah untuk bisa menyerap hasil karet produksi dalam negeri melalui berbagai macam program.
“Terutama penggunaan karet sebagai bahan baku aspal, akan tetapi keputusan ini menunggu hasil penelitian yang dilakukan pemerintah soal kelayakan dan efisiensi penggunaan karet sebagai bahan baku aspal,” terangnya.
Jusdar mengatakan, potensi yang dimiliki karet sebenarnya cukup besar. Lantaran beberapa produk yang digunakan masyarakat dan perusahaan besar berasal dari karet alam. “Sampai saat ini karet alam tetap dibutuhkan dunia, tidak dapat digantikan oleh produk lain,” ungkapnya.
Apalagi Jusdan menilai, Kalbar memiliki yang cukup baik sektor perkebunan salah satunya sawit yang dinilai cukup menjanjikan. Namun ia mandang sampai saat ini dilihat dari sisi produktifitas masih dikatakan rendah. “Umumnya perkebunan rakyat, karena kesadaran masyarakat juga masih kurang, apalagi dalam melakukan permajaan kebun mereka, bahkan jika dilihat rata-rata produksi karet secara nasional masih rendah,” tuturnya.
Jusdar mengatakan, terjadi penurunan harga karet diantaranya akibat pengaruh perekonomian. Kemudian terjadi pelemahan khususnya di China, sehingga berpengaruh pada harga karet.
“Sedangkan pelemahan ekonomi di China di sisi lain muncul negara-negara seperti Vietnam, Loas dan Kamboja sebagai penghasil karet yang baru,” sebutnya.
Selain itu, dia juga meminta kepada pemerintah dan para petani agar melakukan peremajaan pohon karet. Menurutnya di Kalbar, sudah banyak pohon yang harus diremajakan, agar getah yang dihasilkan meningkat kuantitas dan kualitasnya.
“Dengan adanya peremajaan maka produktivitas akan meningkat dan berkorelasi positif terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani, kita bersyukur Menteri Pertanian sudah berencana meremajakan sejuta hektar karet di Indonesia dan itu kita apresiasi,” katanya.
Menurutnya, harga karet bisa lebih tinggi lagi bila perekonomian global membaik. Sehingga pada Desember ini permintaan meningkat, namun belum sebesar beberapa tahun silam.
“Penyebabnya negara-negara pengimpor tengah mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang berdampak langsung kepada produksi barang-barang dari karet di negara mereka. Kita melihat ke depan tren harga naik. Namun semua tergantung perekonomian global juga semoga lebih baik dan pulih,” terangnya.
Dia juga mengimbau kepada para petani dan penyadap untuk menjual karet dengan kualitas bagus, agar harga yang diberikan dari produsen tinggi.
“Harga tergantung kepada kadar karet keringnya (K3). Semakin tinggi K3, semakin tinggi harganya. Jangan mencampur karet dengan sampah atau hal yang membuat timbangannya menjadi lebih berat, karena akan ketahuan,” lugasnya. (nov)