Air Capai Dua Meter, Panik, Berlarian, Berlomba Cari Bukit

Getaran Terasa Sampai Kalimantan

eQuator.co.id – Donggala-RK. Jarum jam menunjukkan pukul 17.40 Wita. Sarmila (23), baru saja menelpon keluarganya di Pinrang, Sulsel. Mila, begitu dia dipanggil, tiba-tiba syok. Seisi rumah bergerak. Barang-barang berjatuhan. Dinding retak. Lantai bergoyang. “Lariiii….!” teriaknya.

Dua adiknya menyusul. Isma dan Ima. Plafon rumah telah runtuh. Sepeda motor di depan rumah segera dihidupkan. Tancap gas ke arah bukit.

Memang, gempa yang disusul tsunami, melanda Donggala dan Palu, Sulteng. Getarannya cukup hebat.

Mila tinggal di Perumahan Pesona Teluk Palu, Tondo, Palu Timur. Sekitar satu kilometer dari kampus Universitas Tadulako. Motor dikebut ke arah bukit di sebelah selatan kampus Untad.

“Banyak orang mengungsi ke sini. Kami bawa tikar,” beber Mila melalui telepon selulernya kepada FAJAR (Jawa Pos Group).

Jaringan telepon sempat drop dari provider pelat merah. Beruntung ada provider yang jaringannya tak terdampak. Ratusan kali dia mencoba menghubungi kembali keluarganya di Makassar dan Pirang, namun tak kunjung tembus.

Sekitar pukul 20.30 baru berhasil setelah mendapatkan pinjaman ponsel dari seorang warga yang menggunakan kartu XL. “Rumah hancur, Kak,” bebernya dengan suara masih tersengal-sengal.

Hingga pukul 23.00 Wita, mereka masih bertahan di Bukit Sofa, tak jauh dari Monumen Nosarara Nosabatutu  –sebuah monumen perdamaian nusantara– yang berada di puncak bukit.

RADIUS JAUH

Lain lagi dengan dr Andi Nila As’ad. Warga Jl Marthadinata, Kompleks Legenda Garden Permai Blok B No. 2, Kelurahan Rimuku, Kecamatan Mamuju, Mamuju, Sulbar ini, hingga tengah malam tadi tak berani masuk rumah.

Warga takut masuk ke dalam rumah. Gempa susulan masih terjadi. “Kami masih di teras ini. Jalanan ramai,” imbuh dokter asal Wajo yang bertugas di RS Mamuju ini.

Ridwan (28), warga Kelurahan Masigi, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, juga merasakan efek gempa Donggala-Palu. “Dari Palu ke sini itu jaraknya kurang lebih dua jam. Guncangan juga terasa sekali di sini,” akunya.

Warga sekitar juga ramai-ramai mencari dataran yang tinggi. Sebab, pascagempa warga berhamburan keluar dari rumahnya, banyak teriak bahwa air laut naik.

“Banyak teriak air naik dan tsunami. Jadi berhamburan orang. Alhamdulillah tidak terjadi di sini. Cuma tadi karena efek gempa beberapa rumah warga roboh. Saya lihat tadi ada warga tertimpa reruntuhan bagian pinggangnya,” terangnya.

Gempa berkekuatan 7,4 SR memang mengguncang wilayah Kabupaten Donggala kemarin sore. Berujung gelombang tsunami. Tsunami dengan ketinggian sekitar 1,5 meter hingga 2 meter menerjang Kota Palu. Dari sejumlah video yang beredar, warga Palu histeris ketika gelombang tsunami menerjang daratan.

Sebelum terjadi gempa berkekuatan 7,4 SR pukul 17.02 WIB, sejatinya Kabupaten Donggala telah diguncang gempa berkekuatan 5,9 SR. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga pukul 20.00 tadi malam menyebutkan daerah Donggala dan sekitarnya diguncang gempa sebanyak 22 kali.

Ketika terjadi gempa 7,4 SR, pihak BMKG sudah mengaktifkan peringatan dini (early warning) bahaya tsunami. Dalam pengumuman peringatan tsunami tersebut diterangkan bahwa untuk wilayah Donggala bagian selatan berstatus siaga. Kemudian di wilayah Donggala bagian utara, Mamuju bagian utara, dan kota Palu bagian barat berstatus waspada.

Kemudian tepat pukul 17.36 WIB BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami. Beberapa saat kemudian beredar video terjadinya gelombang tsunami di kota Palu. Kondisi ini sempat membuat bingung masyarakat. Sebab ada yang menduga tsunami terjadi setelah peringatan dini tsunami diakhiri.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa peringatan dini tsunami diakhiri setelah air tsunami surut. ’’Bukan saat air laut surut. Tetapi setelah air tsunami surut,’’ katanya saat menjalankan sampungan video telekonferensi tadi malam. Pada saat itu Dwikorita sedang berada di Jogjakarta.

Berdasarkan hasil pemodelan tsunami oleh BMKG, mereka memperkirakan bahwa tsunami dengan level siaga (0,5 meter – 3 meter) bakal terjadi di Palu. Dengan estimasi kedatangan gelombang tsunami pukul 17.22 WIB. Tim BMKG juga melakukan pengecekan tinggi muka air laut di Mamuju pada pukul 17.27 WIB. Hasilnya ada kenaikan sekitar 6 cm.

Dwikorita mengatakan berdasarkan hasil update mekanisme sumber gempa, observasi ketinggian gelombang tsunami, dan telah terlewatinya waktu kedatangan tsunami, maka peringatan dini tsunami diakhiri pada pukul 17.36 WIB. Dari kronologi tersebut sudah jelas bahwa peringatan dini tsunami diakhiri setelah air laut yang sebelumnya sampai ke daratan kembali surut.

BMKG juga melakukan analisis penyebab gempa bumi. Dwikorita mengatakan berdasarkan episenter dan kedalaman hiposenter, maka gempa bumi yang terjadi berjenis gempa bumi dangkal. Gempa ini terjadi akibat aktivitas sesar Palu Koro. Gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendata (slike-slip).

“BMKG menghimbau masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan BPBD setempat,’’ jelasnya.

Dampak dari gempa tersebut antara lain ditutupnya Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri. Kepala Bagian Kerjasama dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Sindu Rahayu menyatakan bahwa pemerintah telah mengeluarkan Notam Nomor H0737/18 untuk penutupan tersebut. ”Ditutup dari 28 September pukul 19.26 WITA sampai dengan estimasi 29 September pukul 19.20 WITA karena terdampak gempa bumi,” katanya kemarin.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan gempa dirasakan di wilayah Kabupaten Donggala, Kota Palu, dan Parigi Moutong. Secara umum gempa dirasakan berintensitas sedang selama 2 hingga 10 detik. ”Gempa dirasakan beberapa kali karena adanya gempa susulan,” ungkapnya.

Di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala yang paling dekat dengan pusat gempa terdapat beberapa rumah roboh dan rusak. Saat kejadian, menurut Sutopo,masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah.

”Berdasarkan data sementara dari BPBD Kabupaten Donggala tercatat satu orang meninggal dunia, 10 orang luka-luka, dan puluhan rumah rusak. Korban tertimpa oleh bangunan yang roboh,” ujarnya. Jumlah tersebut masih ada kemungkinan bertambah mengingat pendataan dan penanganan darurat masih dilakukan.

Gempa besar ini melumpuhkan banyak infrastruktur kelistrikan dan telekomunikasi. Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN Syamsul Huda mengatakan, lima gardu induk (GI) milik PT PLN (Persero) diketahui terdampak dan kehilangan tegangan. Kelima gardu induk tersebut antara lain GI Sidera, GI Silae, GI Pasangkayu, GI Talise dan GI Parigi. Saat ini masih tersisa 2 GI yang masih bisa beroperasi antara lain GI Pamona dan GI Poso.

Menurut Syamsul, kedua GI tersebut mensuplai Rayon Poso sehingga Palu dan sekitarnya padam sekitar 113 MW. “Saat ini listrik kota Palu sebagian besar padam karena gempa,” ujarnya kemarin (28/9). Pada kondisi normal beban puncak di kota Palu dan Poso mencapai 125 MW.

Saat ini, dari dua GI yang masih beroperasi hanya mampu menyokong beban puncak sebesar 12 MW yakni GI Pamoma sebesar 4 MW dan GI Poso sebanyak 8 MW. PLN pun masih mendata dampak lain untuk sektor ketenagalistrikan akibat gempa yang mengguncang timur laut Donggala, Sulawesi Tengah tersebut. “Mohon doanya semoga cepat pulih,” pungkasnya.

Terkait jaringan telekomunikasi, GM External Corporate Communication Telkomsel Denny Abidin mengkonfirmasi bahwa bencana alam gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Donggala mengakibatkan gangguan terputusnya pasokan Listrik PLN, sehingga berdampak pada menurunnya kualitas layanan telekomunikasi, termasuk Telkomsel. Gangguan jaringan telekomunikasi terjadi khususnya di sekitar Kabupaten Donggala, Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong.

Saat ini, lanjut Denny, Telkomsel tengah berupaya secara maksimal dengan mengerahkan Mobile Back up Power untuk mengurangi dampak gangguan tersebut. ”Kami memohon maaf atas ketidaknyaman yang terjadi,” ujar Denny.

Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo menambahkan, layanan telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Telkom) di wilayah Kota Palu dan sekitarnya terkena dampak gangguan pasca gempa bumi berkekuatan 7.7 SR yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah.

”Hingga saat ini layanan telekomunikasi yang menghubungkan Palu hanya menggunakan sistem komunikasi radio yang diprioritaskan untuk layanan voice Telkomsel. Dalam kondisi normalnya layanan telekomunikasi dari dan menuju Palu ditunjang menggunakan kabel serat optik,” ujar Arif.

Menurut Arif, sejak kemarin TelkomGroup telah mengirimkan bantuan tim teknis untuk mempercepat pemulihan layanan telekomunikasi TelkomGroup dari dan menuju Palu. “Kami telah mengirimkan tim bantuan teknis yang juga membawa mobile power sebagai perangkat penunjang catuan listrik untuk keperluan proses recovery infrastruktur dan layanan TelkomGroup di wilayah Kota Palu, dan sekitarnya,” pungkasnya.

Di Kalsel, Tak lama setelah getaran terjadi, beredar di media sosial foto sebuah kanopi toko di Jl Pangeran Kesuma Negera Kelurahan Kotabaru Tengah, dengan keterangan dampak gempa sampai Kotabaru. Setelah ditelusuri, ternyata kejadian kanopi roboh tersebut tidak terkait dengan kejadian gempa. “Kanopi roboh kena angin sekitar pukul 16.00 Wita tadi, tiangnya kurang kuat,” ujar sumber Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group).

Meski demikian, informasi yang didapat wartawan koran ini menyebut, beberapa warga di Desa Rampa, sekitar 2 kilometer dari pusat kota, mengaku merasakan getaran seperti gempa. Hal serupa juga diakui Danramil Kelumpang Hilir, Kapten Zulkipli. “Sekitar pukul 18.00 Wita ada getaran terasa, saat kami berada di Desa Semayap Kecamatan Pulau Laut Utara, sekitar empat kilometer dari pusat kota,” ujarnya.

Informasi getaran yang dirasakan di wilayah Pulau Laut Kotabaru ini diakui Plt Kepala BPBD Kotabaru Rusian Ahmadi Jaya. “Getaran memang terasa di daerah Rampa Baru, jelang pukul 18.00 Wita,” ujarnya.

Namun menurutnya tidak ada kerusakan yang terjadi. Termasuk kanopi roboh yang beradar di sosial media, bukan karena gempa. “Tidak ada hubungannya,” tegasnya.

Sementara itu, Elok Suci, Observer BMKG Tarakan, Kalimantan Utara menyebut, getaran gempa juga terasa di wilayahnya, namun hanya sebagian warga yang bisa merasakan. Ditanya potensi gempa dan tsunami di Kaltara, dijelaskan Elok, gempa tidak bisa diprediksi.

“Gempa belum bisa diprediksi, tapi karena gempanya dangkal dengan magnitudo 7.7 SR, sebagian orang bisa merasakan getaran-getaran di Tarakan,” urai Elok kepada Radar Tarakan (Jawa Pos Group), Jumat (28/9).

Selain Kaltara, Kaltim juga ikut merasakan getaran gempa. Seperti diungkapkan Kepala Seksi Operasi, Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Balikpapan (Kaltimra), Octavianto. “Gempa sempat terasa di daerah Balikpapan, Samarinda dan sekitarnya,” ungkap Octa. (FAJAR/ Jawa Pos/Radar Banjarmasin/JPG)