Pelatihan Manajemen Ritel Bagi Pedagang Kecil

PELATIHAN. Sutarmidji dan Ivan Hermawan berfoto bersama pedagang kecil usai pelatihan manajemen ritel di Aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Wali Kota Pontianak, Kamis (16/8). Ivan Hermawan for RK.
PELATIHAN. Sutarmidji dan Ivan Hermawan berfoto bersama pedagang kecil usai pelatihan manajemen ritel di Aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Wali Kota Pontianak, Kamis (16/8). Ivan Hermawan for RK.

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Usaha warung eceran yang menjual kebutuhan sehari-hari kerap kali menjadi pilihan bagi starup. Selain modal relatif kecil, pengelolaan mudah, dan keuntungannya relatif besar.

Sayangnya, tidak sedikit usaha mikro kecil dan menengah tersebut tidak berkembang, bahkan merugi. Karena pengelolaan yang tidak baik.
“Salah satu contoh penyebab kerugian yakni karena tidak ada pencatatan dan pemisahan antara barang yang menjadi modal usaha dengan yang dikonsumsi sendiri,” tutur Corporate Communication General Manager Alfamart, Ivan Hermawan saat pelatihan manajemen ritel modern di Aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Wali Kota Pontianak, Kamis (16/8).

Pelatihan yang digelar PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) ini diikuti puluhan pelaku pemiliki usaha warung. Tujuan pelatiham untuk mengajak para UMKM agar memahami manajemen ritel modern. Khususnya yang juga memiliki bisnis ritel. “Ritel tradisional dan ritel modern sudah saatnya tumbuh berdampingan. Keduanya harus bersinergi,” gugahnya.
Dalam pelatihan tersebut para peserta memperoleh materi terkait manajemen penataan barang, pengaturan stok barang, dan manajemen keuangan (cash flow). Bahkan diberikan tips mengamati tren pasar terkait produk yang sedang diminati serta pelayanan kepada konsumen.
Menurut Ivan, mayoritas pedagang telah menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip manajemen ritel modern. Namun tidak mengetahui mengapa hal tersebut harus dilakukan. Contohnya dalam hal menata atau mendisplay barang dagangan. Mayoritas pemilik warung tak menerapkan prinsip penanggalan kadaluwarsa produk atau yang dikenal dengan first in first out. Kemudian tidak memisahkan antara produk makanan dan bukan makanan. “Padahal penataan barang dengan mengacu pada penanggalan kadaluwarsa dapat membantu kita memastikan produk layak jual,” jelasnya.
Dalam pelatihan tersebut peserta juga diberikan pemahaman mengenai pentingnya menata barang agar menarik konsumen. Bukan hanya menjaga kebersihan, pemilik warung harus segera mengisi barang yang cepat habis. “Agar jangan terjadi lost sales atau kehilangan potensi penjualan,” jelasnya.
Pelatihan manajemen ritel ini merupakan salah satu Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan Alfamart. Pelatihan ini sebagai bentuk dorongan pada usaha ritel tradisional. Alfamart juga memiliki program yang berorientasi membantu UMKM dengan membantu pemenuhan pasokan barang melalui program Outlet Binaan Alfamart (OBA). Pelatihan yang melibatkan para pelaku UMKM ini digelar rutin setiap bulan secara bergantian di setiap wilayah yang memiliki jaringan toko Alfamart. (lid)