Adilla Nafisah segera genap berusia delapan bulan. Namun, suara tawa belum pernah terdengar dari mulutnya. Tersenyum pun dia masih enggan. Lantaran, virus rubella yang sudah membuatnya tak berdaya.
SUTRISNO, Banjarbaru
eQuator.co.id – Tidak seperti bayi normal lainnya, di mana pada usia delapan bulan sudah bisa tengkurap atau bahkan merangkak. Putri ketiga dari pasangan Sri Utami dan Surya Budi ini masih menghabiskan hari-harinya dengan berbaring.
Tubuhnya terlihat lemas dan kurus. Selain itu, mengangkat tangan dan kakinya pun dia kesulitan. Penyakit rubella benar-benar memengaruhi perkembangannya.
Meski begitu, Sri Utami ibunya tampak sabar merawat Adilla Nafisah. Dia bersama suaminya berusaha keras membesarkan buah hatinya tersebut, meski mengalami beberapa kelainan bawaan akibat virus rubella.
Sri mengungkapkan, lantaran virus kelompok TORCH (toksoplasma, rubella, sitomegalo virus, dan herpes simpleks) itu. Bayi mungilnya, menderita mata katarak dan kelainan jantung sejak lahir. “Dari hasil screening rumah sakit, kedua matanya katarak dan jantungnya berlubang. Kini, kami sedang berupaya menyembuhkan matanya dengan tahapan operasi,” ungkapnya.
Baca Juga: Rubella Penyakit Mematikan Nomor Tiga di Indonesia
Dia menambahkan, beberapa pekan yang lalu mata sebelah kanan bayi yang memiliki nama panggilan Nafisah itu telah dioperasi di RSUD Ulin. Kemudian, selanjutnya giliran mata sebelah kirinya. “Usai dioperasi, mata sebelah kanannya sudah mulai merespon. Sebelumnya, tidak merespon sama sekali,” tambahnya.
Sementara untuk jantungnya, Warga Kompleks Wengga Kuda, Kelurahan Guntung Manggis ini menuturkan bahwa sesuai keterangan dokter. Jantung bayi berusia di bawah satu tahun, kemungkinan bisa tertutup sendiri apabila berlubang. “Mudah-mudahan saja nanti tertutup,” harapnya.
Dia tak menyangka Nafisah lahir menderita penyakit rubella. Sebab, kedua kakaknya terlahir normal. “Kata dokter, Nafisah menderita rubella. Lantaran, waktu saya mengandung dia. Saya terserang virus rubella,” ucapnya.
Ketika Nafisah baru lahir, 4 Desember 2017 lalu. Utami mengira, buah hatinya itu menderita down syndrom. Namun, ketika pihak RSUD Ulin melakukan pemeriksaan laboratorium. Ternyata, ada virus rubella di dalam tubuhnya.
“Mungkin ini sudah jalan hidup kami,” keluhnya.
Dia mengaku kewalahan membiayai pengobatan Nafisah. Sebab, diharuskan rutin kontrol ke RSCM Jakarta. Sementara, suaminya hanya bekerja sebagai sekuriti di salah satu bank di Banjarbaru. “Kenapa kontrolnya ke Jakarta. Sebab, di RSUD Ulin tidak lengkap resepnya. Seharusnya, setelah operasi katarak ada resep kacamata. Tapi, di RSUD Ulin tidak ada. Jadi, kami putuskan untuk pengobatan lanjutan ke RSCM,” ujarnya.
Ditanya apakah ada bantuan dari pemerintah. Jawabnya, tidak ada. Bahkan, saat berobat ke Puskesmas katanya vaksin baru akan diberikan pada bulan Agustus. “Kenapa harus menunggu Agustus. Sementara, kondisi anak saya sudah begini,” pungkasnya. (Radar Banjarmasin/JPG)