eQuator.co.id – BANJARNEGARA-RK. Gempa-gempa susulan terus mengguncang wilayah Kecamatan Kalibening, Banjarnegara pasca gempa berkekuata 4,4 Skala Richter (SR) kamis lalu. Meskipun rata-rata berskala kecil, namun letaknya yang dangkal membuat getaran masih terasa kuat.
Warga masyarakat pun dilaporkan masih was-was untuk masuk kembali ke rumahnya. BMKG melakukan konfigurasi jaringan sensor seismik sejak kemarin pagi (22/4) dan membuat klaster khusus wilayah patahan di Kalibening.
Sebanyak 5 buah portabel seismograf disebar di sekeliling klaster gempa susulan.
“Hingga minggu pagi jumlah gempa susulan di Kalibening Banjarnegara yang sudah teranalisa dengan baik dan terjadi sebanyak 13 kali,” kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemarin.
Guncangan gempa berlangsung fluktuatif dengan magnitudo terkuat 3,4 SR dan terlemah 1,4 SR.
Gempa susulan yang dampaknya signifikan terjadi pada Sabtu (21/4) pukul 18.19 lebih 40 detik WIB, dengan magnitudo 3,4 SR. Episenter gempa berada pada koordinat 7,20 Lintang Selatan (LS), dan 109,66 Bujur Timur (BT). Lokasinya berada di darat 25 km arah utara Banjarnegara dengan kedalaman 1 Km.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, gempa terasa kuat selama 10 detik di Desa Kasinoman dan Sidokangen Kecamatan Kalibening. ”Suara bergemuruh. Warga panik dan berhamburan ke luar rumah,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kapusdatin dan Humas BNPB sabtu malam (21/4).
Akibat gempa ini, 6 orang dilaporkan luka-luka dan sempat dibawa ke puskesmas. 5 orang diantaranya sudah pulang sementara 1 orang masih dirawat di puskesmas.
Warga yang menderita luka ringan disebabkan karena terkena rubuhan bangunan yang memang sudah retak saat terjadi gempa utama pada hari Rabu (18/4) lalu.
Hingga saat ini, masih banyak anak-anak dan lansia di tenda dengan fasilitas minim. Sutopo menyebut mereka masih trauma. Warga juga masih belum berani masuk ke rumahnya sejak gempa utama para Rabu (18/4).
Gempa susulan ini dirasakan di Kecamatan Kalibening dalam skala intensitas III Modified Mercalli Intensity (MMI). ”Seluruh warga Kalibening merasakan guncangannya,” kata Daryono.
Daryono menjelaskan, karakteristik gempa di Kalibening cukup unik karena kedalaman hiposenter yang sangat dangkal sehingga guncangannya terasa kuat meski magnitudonya kecil.
BMKG juga menurunkan petugas untuk mengecek ke lapangan di zona episenter gempa signifikan. Petugas melakukan rekonfigurasi sensor seismik utk meningkatkan akurasi monitoring gempa susulan (aftershocks).
”Ini penting dilakukan agar sensor seismik BMKG mengelilingi klaster episenter gempa susulan. Biar lebih akurat dalam penetuan lokasi, episenter, maupun kedalamannya,” kata Daryono.
Sebelumnya, seismometer BMKG tersebar mengelilingi dugaan seismogenic zone yaitu zona graben Kalibening. ”Tetapi kita ubah mengelilingi klaster gempa susulan,” jelasnya.
Data parameter ini, kata Daryono akan sangat bermanfaat itu kajian lebih lanjut terkait sumber gempa pembangkit gempa Kalibening yang sangat menarik bagi para ahli kebumian.
Daryono menjelaskan, kesimpulan yang diambil pada Minggu sore menunjukkan bahwa gempa susulan mulai mengecil. ”Sangat kecil potensi untuk terjadi gempa dengan kekuatan yang lebih besar dari gempa utamanya yang terjadi pada hari rabu,” kata Daryono.
Daryono menambahkan, masyarakat tidak perlu takut dengan aktivitas gempa susulan. Warga yg rumahnya masih kokoh tidak perlu ikut mengungsi. ”Sebaiknya kembali ke rumah masing masing dan beraktivitas seperti biasa,” katanya.
Sementara warga yg rumahnya mengalami kerusakan sepertt retak retak dihimbau mengikuti arahan pemda dan BPBD setempat untuk tinggal sementara di tempat evakuasi hingga dilakukan perbaikan rumah yang aman. (Jawa Pos/JPG)