eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Program beras sejahtera (rastra) yang dibagikan pemerintah pusat melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) mendapat keluhan dari sejumlah warga RT 01/RW 17 Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara. Pasalnya, dari 33 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) penerima Rasta di wilayah tersebut, sekitar 30 menerima beras berkualitas buruk.
Beras yang dibagikan 10 kilogram per bulan itu dinilai tak layak konsumsi. Beras berwarna hitam, berdebu, berkutu, berbatu dan bau. Semestinya beras yang diterima jenis medium.
Ketua RT 01/RW 17, Nurahman menuturkan, warganya banyak yang komplain terkait Rastra yang dibagikan itu. Ia sendiri pun melihat beras yang dibagikan memang tidak layak untuk dikonsumsi.
“Kasihan warga, jadi warga ini seolah-olah atau mentang-mentang dapat Rastra masa disepelekan kayak gini, ada dua karung yang dikasihkan ke lurah sebagai sampel. Katanya mau ada penggantian, nanti tindak lanjut bagaimana dari kelurahan,” terangnya, Jumat (23/3).
Ketika akan dimasak, Rastra yang dibagikan kepada warga secara cuma-cuma itu perlu dicuci berkali-kali. Sebab sebagian beras memang sudah ada yang dimasak. “Karena warga memang membutuhkannya,” ucapnya.
Terkait timbangan beras, rata-rata warganya menerima 9 kilogram ke atas. Menurut Nurahman, itu pun bisa dimaklumi. Karena kekurangan itu bisa jadi akibat beras yang dikemas dalam karung sewaktu diturunkan menggunakan gancu. “Ini sudah kita disampaikan ke Lurah, karena titik distribusi ke warga dilakukan di sana,” tukasnya.
Diungkapkannya, kejadian menimpa warganya ini juga dialami rekan-rekan RT dia di wilayah lain, seperti Kelurahan Siantan Tengah dan Siantan Hilir. Untuk itu, ia berharap pemerintah lebih jeli dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat. “Jangan beri beras seperti ini, tolong lebih jeli lagi. Bulog juga kita minta yang kemarin ditarik dan ditukar,” pinta Nurahman.
Terpisah, Lurah Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara, Tirta Arifin ketika dikomformasi mengungkapkan, warganya sudah melapor perihal Rastra yang diterima tersebut. Diakuinya, kondisi beras Rastra memang kurang bagus. Hal itu ia dapatkan setelah ada seorang warga yang mengembalikan berasnya. “Saat dilakukan pengecekan warnanya memang agak kuning, baunya tidak fresh atau bau apek dan dibeberapa karung ada berkutu,” ungkapnya.
Pihak Kelurahan langsung melaporkan kondisi beras tersebut ke Bulog dengan harapan agar ditindaklanjuti dengan pengecekan.
“Kita tidak tega juga kasihkan beras dalam kondisi seperti itu, dari konfirmasi Bulog, Senin atau Selasa depan beras akan diganti,” jelasnya.
Mengingat buruknya kualitas beras, Tirta menghentikan sementara pembagian ke masyarakat sampai ada penggantian dari Bulog. Namun kata dia, hingga kini baru satu warga yang melapor dan mengembalikan beras ke Kelurahan Siantan Hulu. Bagi warga yang ingin mengambil jatah Rastra dirinya terlebih dahulu memberitahukan kondisi berasnya. Setelah itu, seandainya masih ingin mengambil, tetap dipersilahkan.
“Kita juga menginfokan bagi warga yang mau mengembalikan atau menukar kita persilahkan. Beras di-drop di kantor pada hari Selasa. Kalau memang kondisi berasnya bagus, Kamis mungkin sudah habis,” ujarnya.
Untuk saat ini, Tirta mengakui setidaknya masih ada sekitar 600-an karung beras yang tersimpan di kantornya. Kelurahan Siantan Hulu, setidaknya ada 1.433 KPM Rastra. Dia pun memastikan beras-beras tersebut tidak lama disimpan di kelurahan. “Paling tidak dalam dua hari distribusi ke warga selesai,” tuturnya.
Terkait timbangan Rastra, Tirta memastikan pada waktu pertama ngedrop dilakukan pengecekan ulang. Cuma untuk kualitas berasnya yang agak dikeluhkan.
“Alhamdulillah sudah sesuai semua beratnya. Untuk kualitas berasnya saja yang agak dikeluhkan, info kemarin di Siantan Tengah ada yang kurang beratnya, tapi sudah langsung diganti dan dikembalikan,” ucap Tirta.
Banyaknya kualitas beras yang buruk diakui Koordinator Pengawasan Bantuan Sosial Kementerian Sosial RI untuk Kota Pontianak, Gubrani. Itu setelah pihaknya mendapatkan laporan masyarakat dan monitoring yang dilakukan di 29 kelurahan dan enam kecamatan di Kota Pontianak. Rastra yang dibagikan mestinya jenis medium dan kategori baik, tapi sayangnya kata dia kualitasnya buruk. “Seperti di Kecamatan Pontianak Utara dan Pontianak Timur. Hal ini sudah terjadi sejak Januari 2018,” ungkapnya.
Bahkan kata dia, seharusnya 10 kilogram, nyatanya beras yang diterima warga cuma 7-8 kg. Persoalan ini ditemukan di beberapa kelurahan dengan jumlah penerima yang bervariasi. Terkait hal-hal tersebut, pihak kelurahan sudah memberi laporan. Termasuk pendamping juga telah melaporkan temuan itu ke Bulog.
Tapi sayang kata dia, jawaban yang diterima kurang memuaskan. Bulog seperti tidak ada beban sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan distribusi Rastra.
“Meskinya mereka turun sampai ke lapangan juga melihat kondisi beras memastikan timbangan itu tidak berkurang sedikit pun, sehingga tidak terjadi komplain. Banyak laporan dari warga bahkan pihak kelurahan juga melaporkan ke kita, saya anggap 29 Kelurahan itu terjadi juga kekurangan timbangan,” terangnya.
Ia menambahkan, pihak Bulog hanya memberikan saran jika jumlah timbangan kurang dan kualitas beras buruk dikumpulkan ke kelurahan, kemudian dibuatkan berita acara. Sejatinya kata dia, tidak mungkin selamanya bisa begitu (lapor dan ditukar). “Seperti malinglah kita anggap, ketika ketahuan baru dikembalikan, itu kan tidak bisa juga kita akomodir hal-hal yang seperti itu. Apalagi ini menyangkut hak orang banyak,” lugasnya.
Gubrani berharap, Bulog melakukan pengawasan melekat mulai dari pengemasan sampai beras diterima masyarakat. Menurutnya aneh jika kekurangan jumlah beras dalam karung dan kualitas jelek ini terus berulang. Pihaknya juga sering menyampaikan kepada masyarakat ketika menerima Rastra yang timbangannya kurang atau kualitas buruk agar dikembalikan. “Jangan berdiam diri menerima apa adanya, karena itu hak mereka,” pesannya.
Gubrani memaparkan, di Kota Pontianak jumlah KPM sebanyak 15.334 Kepala Keluarga (KK). Beras yang diterima tersebut tanpa biaya tebus alias gratis.
Dikonfirmasi, Kepala Divisi Regional Bulog Kalbar, Sabaruddin Amrullah menjelaskan, pihaknya ditugaskan pemerintah melalui Kementerian Sosial menyalurkan program Rastra. Bulog dalam hal ini menyiapkan barang (beras) dan mengantar sampai ke titik distribusi. Lantaran program nasional, pastinya banyak lembaga yang terkait. Tim koordinasi tiap daerah adalah Sekretaris Daerah pemerintahan setempat. Untuk Bulog ia katakan, tiap tahun ada audit dari Inspektorat dan BPKP. Jika ada keluhan terkait timbangan kurang atau kualitas jelek bisa menyampaikan ke BPKP atau Inspektorat.
“Tapi secara pedoman umum disampaikan bahwa kalau misalnya yang ada tidak sesuai standar, timbangan tidak sesuai. Kami wajib mengganti. Kami siap mengganti 1×24 jam,” katanya.
Berkaitan dengan itu kata dia, sudah disampaikan ke tim koordinasi tingkat camat dan kelurahan. Apabila ada yang tidak standar, baik berat maupun kualitas jangan dibagikan, karena pihaknya siap untuk menggantinya. “Tapi jangan sampai barang sudah dipakai, baru meminta ganti. Itu tak bisa dilakukan,” sebutnya.
Sabaruddin mengaku sudah memberikan instruksi kepada kepala gudang agar berat untuk Rastra di isi penuh. Dalam artian 10 kilogram beras yang ditimbang merupakan beras sebelum masuk dalam karung. Hanya saja kata dia, apabila terdapat Rastra yang kualitas dan timbangan kurang, kemungkinan karungnya bocor dalam perjalanan atau kualitasnya tidak pas karena dalam perjalanan terkena hujan. Untuk mengantisipasinya, dia sudah menganjurkan ke masing-masing titik distribusi agar Rastra langsung dibagi begitu datang.
Menurut Sabaruddin, menyimpan beras terlalu lama akan berpengaruh pada berat dan kualitas. Di titik distribusi, beras disimpan di lantai. Beras yang berada di lapisan paling bawah akan cepat rusak. “Potensi gangguan tikus pun lebih besar,” ucapnya.
Sejauh ini ia telah mewajibkan kepada tim baik dari gudang dan seluruh anggota harus net 10 kilogram, kemudian kualitas harus sesuai standar mendium. Setelah itu baru jalan. “Semua wajib, kalau ada keluhan tetap diganti dan kami komit, karena semangat kami adalah kualitas pelayanan antara masyarakat,” serunya.
Sabaruddin menambahkan di Kota Pontianak penerima Rastra berjumlah 15.334 KPM. Setiap bulan Bulog melepas 153 ton 340 kilogram beras medium untuk warga. Pada Maret ini semua jatah telah dibagikan.
Rastra 2018 ini kata dia, beda dengan tahun 2017. Perbedaan paling utama, Rasta tidak lagi dengan harga tebus alias semua gratis. Namun tahun ini beras yang diterima hanya 10 Kg. Sedangkan tahun sebelumnya Rastra yang diterima masyarakat seberat 15 kilogram.
Dijelaskannya, se Kalbar total KPM Rastra sebanyak 221.065 KK. Setiap bulan, untuk wilayah Kalbar pemerintah menyiapkan sebanyak 2.200 ton 650 kilogram Rastra. Menurut dia, bisa dibayangkan kalau masyarakat sebanyak 221.065 orang secara bersama masuk ke pasar mencari beras, maka harga akan bergerak naik. “Ini salah satu yang diharapkan, kehadiran Bansos ini akan mendorong stabilisasi,” demikian Sabaruddin.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Arman Hairiadi