Hirup Asap, Wisatawan Mana yang Mau Datang ke Kalbar?

BAHAYAKAN PENERBANGAN. Pembakaran lahan yang terjadi di beberapa tempat sekitar Bandara Supadio, Kubu Raya, dapat membahayakan aktivitas penerbangan yang setakat ini telah terganggu. Foto diambil dari pesawat Hawk Lanud Supadio Kubu Raya, Selasa (13/2). Penerangan Lanud Supadio for Rakyat Kalbar

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Pembangunan di Kalbar untuk sektor pariwisata berikut promosinya hanya sebuah kesia-siaan belaka. Gara-gara kondisi Kalbar yang berlangganan kabut asap akibat Karhutla setiap tahun.

“Berbagai fasilitas fisik yang mendukung pariwisata sudah dibangun sedemikian rupa, namun itu tidak menghasilkan apapun saat terjadi bencana tersebut (Karhutla). Sebaik apa pun fisik usaha kami, sebaik apapun pelayanan kami, serta banyaknya event-event yang dibuat pemerintah tidak akan punya arti kalau bencana asap ini selalu ada,” cetus Yuliardi Qamal, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalbar, Sabtu (17/2).

Sebab, menurut dia, pengaruh kabut asap yang rutin setiap tahunnya ini sangat berpengaruh dengan kedatangan tamu-tamu yang berkunjung ke Kalbar. “Yang mana diketahui sektor ini memiliki efek yang besar bagi banyak pelaku usaha. Dapat dikatakan bencana kabut asap mengganggu roda perekonomian kita,” tukasnya.

Wisatawan menjadi tidak nyaman karena udara yang tidak bersih dan tidak sehat. Apalagi, tamu mancanegara sangat sensitif dengan masalah seperti ini. Pun citra negatif Kalbar sebagai produsen kabut asap yang bakal mencuat di mata dunia. Bukan sisi positifnya.

Untuk itu, Qamal berharap banyak kepada pemerintah dan instansi terkait lain untuk mengatasi Karhutla ini sesegera mungkin. Menurutnya, jika hal ini terjadi karena faktor alam, upaya maksimal harus dilakukan guna mencegah kabut asap semakin menebal.

“Jika hal ini disebabkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan membakar hutan dengan sengaja, maka pemerintah harus mengambil tindakan tegas,” desaknya.

Sementara itu, Ketua Association of the Indonesia Tour and Travel Agencies (ASITA) Kalbar, Nugroho Henray Ekasaputra, mengatakan dampak kabut asap dominan pada sektor penerbangan. Sektor ini pun diakuinya juga akan berimbas pada usaha-usaha travel. Dengan kata lain, pariwisata Kalbar bakal terpuruk.

“Pengaruhnya lebih ke penerbangan, kalau penerbangan bermasalah otomatis kita travel terkena imbasnya juga. Seperti contoh penerbangan yang delay sampai dibatalkan, otomatis kami juga jadi dibatalkan,” paparnya.

Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar, TTA Nyarong, mengatakan saat ini Kalimantan Barat memang sudah memasuki musim kemarau dan beberapa daerah di Kalbar sudah mulai terjadi Karhutla. Pemerintah pusat, khususnya Presiden Joko Widodo, kata dia, juga  meminta Kalbar waspada karena lebih cepat kemarau dibandingkan provinsi lainnya.

“BPBD Kalbar, melalui Kepala Badan  telah mengikuti rapat kordinasi tingkat Nasional di Istana Negara beberapa waktu yang lalu untuk mendengar arahan dari Presiden mengenai penanganan Karhutla 2018,” tutur TTA Nyarong, di Pontianak, kemarin.

Ia menyebut arahan Presiden terkait penanganan Karhutla itu. Diantaranya pencegahan dini potensi Karhutla, koordinasi, dan kerja sama dengan instansi terkait TNI/Polri, Manggala Agni, dan masyarakat. Serta meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat.

“Membentuk Pokmas dan pemberian peralatan pemadaman,” jelas dia.

BPBD Kalbar, lanjut Nyarong, juga, telah menetapkan status siaga Karhutla sejak Januari hingga Desember 2018 ini. “Kami mensiagakan personil, peralatan, dan logistik, serta koordinasi lintasinstansi,” terangnya.

Selain dari itu, lanjut dia, BPBD melibatkan masyarakat dalam mengatasi karhutla seperti pembentukan Pokmas, pelatihan pemadaman api, bekerjasama dengan Manggala Agni patroli bersama di daerah potensi tinggi karhutla. “Bahkan saat ini tim TRC BPBD Manggala Agni TNI/Polri masyarakat sekitar telah bekerja memadamkan api di daerah Kubu Raya,” ujar Nyarong.

Ditambahkannya, dari seluruh kabupaten/kota di Kalbar, Kubu Raya memang merupakan kabupaten yang memiliki kerawanan paling tinggi terjadinya Karhutla karena wilayahnya memiliki lahan gambut cukup luas.

 

Laporan: Gusnadi, Rizka Nanda

Editor: Mohamad iQbaL