Cara Pemkot Melestarikan Budaya Melayu Pontianak

Festival Arak-arakan Pengantin

ARAK-ARAKAN PENGANTIN. Peserta Festival Arakan Pengantin mengikuti pawai dari Museum Kalbar menuju Masjid Raya Mujahidin, Minggu (15/10). HUMAS FOR RK

eQuator.co.id –Pontianak-RK. Tak hanya Khataman Alquran massal dan ribuan pokok telok (telur), iring-iringan pengantin juga menjadi budaya khas melayu Kota Pontianak. Budaya melayu tersebut menjadi ikon Hari Jadi (Harjad) Kota Pontianak ke-246.

Kawasan Car Free Day Jalan Ahmad Yani Pontianak Selatan tiba-tiba dipadati warga yang mengantar iring-iringan pengantin, Minggu (15/10). Pasangan pengantin tersebut menggunakan gaun khas melayu. Bahkan masing-masing rombongan yang mengantar juga mengenakan pakaian Telok Belanga’, termasuk Wali Kota H. Sutarmidji, SH, M.Hum dan Wakil Wali Kota Ir. H. Edi Rusdi Kamtono, MT yang mengikuti iring-iringan pengantin.

Pasangan pengantin itu bukanlah sungguhan. Mereka merupakan peserta Festival Arak-arakan Pengantin yang digelar Pemkot Pontianak dalam rangka menyambut Harjad Kota Pontianak ke-246. Festival yang rutin digelar setiap tahunnya itu diikuti delapan kelompok yang terdiri dari kecamatan se-Kota Pontianak dan Bank Kalbar. Bahkan pasangan pengantin dari Kabupaten Kayong Utara turut serta memeriahkan festival tersebut.

Peserta Festival Arak-arakan Pengantin dilepas langsung oleh Wali Kota Sutarmidji. Start dari halaman Museum Kalbar menuju Masjid Raya Mujahidin. Wali Kota Sutarmidji dan Wakil Wali Kota Edi Rusdi Kamtono didampingi istri juga berbaur bersama para peserta menuju Masjid Raya Mujahidin. Iring-iringan rombongan itu terdiri dari pasangan pengantin didampingi orangtua masing-masing, pembawa pohon manggar dan pokok telok, serta pembawa barang hantaran dari calon pengantin pria. Mereka diiringan musik tanjidor yang juga Orkes khas melayu Kota Pontianak.

Wali Kota Sutarmidji mengatakan, Festival Arak-arakan Pengantin ini bukan hanya mementingkan lombanya semata. Namun lebih kepada melestarikan kreasi pengantin khas melayu Kota Pontianak. Dia mengajak seluruh peserta yang terlibat dalam kegiatan arakan pengantin, para pecinta atau pemerhati pengantin melayu, terutama dalam segi tata rias dan busana agar selalu berinovasi.

“Bagaimana mengkreasikan pakaian pengantin tetap berciri dan berpenampilan tradisional tapi kelihatan modern, sehingga menjadi daya tarik tersendiri,” kata Sutarmidji.

Pernak-pernik yang bisa menjadi pemikat bagi yang melihat arakan pengantin adalah warna-warna yang ditampilkan beserta aksesorisnya. Tampilannya tetap berciri khas melayu Kota Pontianak, tapi dengan sentuhan kreasi yang bisa menjadi daya tarik bagi yang melihatnya. “Mulai dari sepatu sampai jamang (perhiasan) itu semua bisa dikreasikan,” sebutnya.

Tahun depan Sutarmidji akan menggelar lomba dengan kriteria terpisah antara arakan pengantin dan pasangan pengantin. Penilaiannya pada penampilan pengantin pria dan perempuan menonjolkan kreasi-kreasi yang pakem, tetapi ciri khas tradisionalnya tidak hilang.

“Sebenarnya kan sudah ada kriteria bagaimana pengantin melayu Kota Pontianak, tinggal bagaimana mengkreasikannya. Itu yang penting, sehingga dari kreasi itu bisa berkembang di seluruh Indonesia,” imbuh Sutarmidji.

Salah seorang juri, Slamet Joesoef Alkadrie mengatakan, ada tiga unsur menjadi penilai dalam Festival Arak-arakan Pengantin. Meliputi tempat sirih, bokor uang asap dan mahar berupa perhiasan atau cincin kawin. Kendati para peserta sudah mengetahui hal tersebut, namun Simon, sapaan akrabnya, mengatakan, beberapa peserta mengabaikan ketiga unsur yang menjadi kriteria penilaian utama. Bahkan, kata dia, ada peserta yang mengganti tempat sirih menggunakan barang bekas berupa tempat sabun yang terbuat dari plastik.

“Tetapi kami sebagai juri tetap berpatokan pada kriteria utama yang menjadi penilaian,” tegasnya.

Festival Arak-arakan Pengantin kali ini, Bank Kalbar meraih juara pertama. Disusul Kecamatan Pontianak Utara dan Pontianak Timur. Sedangkan pasangan pengantin favorit diraih Kecamatan Pontianak Selatan dan hantaran favorit Pontianak Barat.

Laporan: Humas Pemkot Pontianak

Editor: Hamka Saptono