Nekat Naik ke Atas Kabin Bus

Penumpang Arus Balik Terlantar di Sekadau

NEKAT. Sejumlah penumpang nekat menumpang di atas kabin bus karena keterbatasan armada angkutan di Terminal Sekadau, belum lama ini. ABDU SYUKRI

eQuator.co.id – Sekadau-RK. Memasuki hari ke-4 atau H+4 Idul Fitri 1438 Hijriyah, lonjakan penumpang kendaraan umum di sejumlah daerah mulai terlihat. Di Terminal Lawang Kuari Sekadau, saking banyaknya, puluhan penumpang sempat terlantar.

“Ada banyak penumpang yang tak terangkut,” kata Aden, petugas booking tiket Bus ATS, kepada Rakyat Kalbar di Terminal Lawang Kuari Sekadau, Kamis (29/6).

Rata-rata penumpang yang tak terangkut itu merupakan mereka yang hendak balik ke Pontianak dan kota besar lainnya di Kalbar maupun luar Kalbar, setelah berlebaran di kampung halaman. Beberapa dari mereka bahkan menunggu sejak pagi hingga sore hari tapi tak kunjung mendapatkan kendaraan.

“Semuanya penuh. Kebanyakan penumpang yang tidak terangkut itu adalah mereka yang hendak pulang ke Pontianak,” sambung Aden.

Menurut dia, lonjakan penumpang sudah terjadi sejak H+3 lebaran. Tidak hanya kendaraan jenis bus, kendaraan jenis minibus atau taksi juga diburu. Dibandingkan hari biasa, peningkatan penumpang terjadi lebih dari 25 persen.

“Tapi dibandingkan tahun lalu, memang ada penurunan. Cuma untuk sekarang, penumpang memang tak terangkut,” sambungnya.

Man, salah seorang petugas booking tiket lainnya mengatakan, tingginya penumpang terjadi hingga beberapa hari kedepan. “Puncaknya hari Minggu nanti,” yakin dia.

Sementara itu, penumpang yang tidak kebagian tempat duduk di dalam bus, nekat naik ke atas kabin. Aksi itu dilakukan karena mereka takut tidak bisa kembali ke daerah tujuannya tepat waktu karena keterbatasan armada.

Hal tersebut mendapat sorotan dari Kapolres Sekadau, AKBP Yury Nurhidayat SIK. “Kepada para penumpang, kita minta jangan menjemput maut dengan menumpang di atas kendaraan,” tutur Yury kepada Rakyat Kalbar via selulernya.

Ia berharap semua penumpang untuk patuh dan taat dengan aturan lalulintas. Termasuk menumpang kendaraan dengan baik, sesuai ketentuan.

“Kalau sudah tidak dapat kursi, jangan memaksanakan diri naik ke atas kabin kendaraan. Itu bisa menimbulkan bahaya dan merugikan diri sendiri,” pintanya.

Kepada para sopir kendaraan umum dan pemilik perusahaan otobus, ia juga meminta mereka untuk mematuhi aturan lalulintas. Ia menyadari saat momen hari besar seperti ini, lonjakan penumpang pasti terjadi.

“Kita tidak melarang sopir atau perusahaan bus untuk mencari penumpang. Tapi jangan menaikkan penumpang di luar batas kemampuan. Apalagi sampai naik di atas kabin kendaraannya,” larang Yury.

Sebab, jika sampai terjadi kecelakaan, tentu akan merugikan perusahaan otobus itu sendiri. “Jangan demi mengejar keuntungan, keselamatan diabaikan,” tandasnya.

Yang terkesan mengabaikan keselamatan penumpang tak hanya pebisnis angkutan darat. Di Sambas, saking melonjaknya arus berlebaran maupun arus balik, pengemudi sampan di penyeberangan lintasan Tebas Kuala-Perigi Piai sampai memaksakan diri mengangkut motor di luar kapasitas normal.

“Penumpang di atas perahu ditambah dua kali lipat. Yang seharusnya untuk dua kendaraan, dipaksakan menjadi empat kendaraan. Bahkan ada yang sampai mengangkut lima sepeda motor untuk satu trip,” tutur warga Kecamatan Jawai, Joni, Rabu (28/6).

Alhasil, ia menilai pengawasan yang harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini dinas perhubungan, tidak dilakukan. “Jangan setelah ada korban nanti, baru turun tangan. Sebelum ada korban, sebaiknya Dinas terkait menegur atau menindaklanjuti hal ini,” pintanya.

Ongkos menggunakan perahu motor inipun mengalami kenaikan dari 50 hingga 100 persen. “Pertama kali terkejut ketika harus membayar Rp15 ribu untuk satu kendaraan dalam satu trip penyeberangan. Karena pada hari-hari biasa, tarif penyeberangan Rp9.000 untuk satu orang dan satu sepeda motor, sedangkan untuk dua orang dengan satu kendaraan dikenakan tarif Rp10 Ribu,” papar Joni.

Menurut dia, pada tiket penyeberangan yang diterimanya, tidak tertera kenaikan harga penyeberangan. Sehingga, Joni merasa keberatan.

“Namun tetap saja harus bayar Rp15 ribu,” tuturnya.

Nah, dengan kondisi tingginya arus kendaraan dan orang yang menggunakan jasa penyeberangan, sudah sepatutnya pembangunan jembatan di Sungai Sambas Besar segera dilakukan. “Agar tidak membebani masyarakat,” ujar Joni.

Salah seorang penambang perahu motor di penyeberangan lintasan Tebas Kuala-Perigi Piai yang enggan menyebut namanya menyatakan, mengangkut empat sepeda motor sekaligus dalam satu trip sudah biasa dilakukan saat lebaran. Alasan dia, jika tidak demikian, penumpang yang mau menyeberang akan menumpuk di dermaga.

“Sudah setiap tahun saat lebaran seperti ini,” tukasnya.

 

Laporan: Abdu Syukri, Sairi

Editor: Mohamad iQbaL