eQuator.co.id – Ngabang-RK. Berdasarkan penanggalan Lunar, 2017 disebut sebagai tahun ayam api. Ayam jago merupakan simbol astrologi, diperkirakan tahun ini masih diwarnai dengan pertarungan. Sebagaimana karakteristik ayam jago saling membusungkan dada dan gemar bertarung memenangkan egonya.
“Imlek tahun 2568 ini tentu menjadi momen penting untuk masyarakat Tionghoa, sebagaimana sahabat muslim menyambut Idul Fitri. Melalui refleksi Imlek tahun ayam ini, diharapkan masyarakat semakin kuat melakukan dialog dan kerjasama, berjuang bersama mengatasi persoalan bangsa dan memajukan Indonesia,” kata Daniel Johan, anggota DPR Dapil Kalbar, Kamis (26/1).
Di tahun ayam api ini, Daniel mengajak warga untuk sama-sama melakukan pengendalian diri. Senantiasa menampilkan politik yang santun, sama-sama menjaga kondisi sosial yang penuh kebersamaan, tetap memperkuat persaudaraan dan solidaritas sesama anak bangsa. “Terlebih pada tahun 2017 ini juga berlangsung Pilkada secara serentak,” jelas legislator PKB tersebut.
Kontestasi politik ditingkat daerah yang dilakukan secara serentak, ikut mendorong politik nasional menjadi menghangat. Khususnya ekses dari Pilkada DKI Jakarta. Berdampak munculnya semangat etnoprimordialisme yang memisahkan dan mengkotak-kotakkan di antara sesama anak bangsa. Melunturkan semangat toleransi dan solidaritas, sebaliknya memunculkan fanatisme atas dasar kesukuan dan perbedaan latarbelakang.
“PKB menolak etnoprimordialisme ini, karena cenderung memisah-misahkan kita, baik sebagai sesama insan manusia maupun sebagai sesama anak bangsa Indonesia,” tegas Daniel.
“Karena siapa pun kita, dengan latarbelakang agama, etnis dan budaya apa pun, kita tetap disatukan oleh rasa kemanusiaan dan ke-Indonesiaan yang sama. Politik dalam merebut kekuasaan, dalam memenangkan kontestasi dan dukungan rakyat, jangan sampai memecah-belah persatuan, persaudaraan dan kebhinekaan yang selama ini sudah terbangun dengan baik,” sambungnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR itu menyatakan, partainya senantiasa mendorong berkembangnya politik kebangsaan. Menempatkan kepentingan rakyat sebagai yang utama, hasil kerja di atas pencitraan dan kemanusiaan di atas kekuasaan. Politik kebangsaan harus berorientasi pada kepentingan setiap warga negaranya, bukan kepentingan sekelompok orang separtai, sesuku atau seagama. “Kita bisa belajar banyak dari Gus Dur, Presiden keempat Republik Indonesia, mengenai hal ini,” katanya.
Politik seharusnya mampu memberikan kepastian kesetaraan bagi setiap anak bangsa. Memberi perlindungan terhadap semua agama yang ada, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, merawat rasionalitas dan budi pekerti, anak-anak generasi yang akan datang sebagaimana menjaga para lanjut usia, membebaskan dan mencerahkannya.
“Semoga tahun ayam api ini akan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk kembali pada politik kebangsaan. Sehingga mozaik indah khatulistiwa ini benar-benar dapat kita bangun bersama-sama tanpa pembedaan agama, suku dan lainnya. Mari kita bangun Indonesia secara bersama-sama dengan semangat itu,” harap Daniel.
Doa Malam Imlek
Pengurus yayasan kelenteng Hati Murni, Ngabang melakukan persiapan menyambut Tahun Baru Imlek 2568, Kamis (27/1) malam. Kelenteng sudah dihiasi pernak-pernik Imlek dan lampion.
Di pasar Kota Ngabang juga sudah dipasang lampion dan tampak indah pada malam hari. Banyak masyarakat, khususnya kalangan pemuda berkumpul di bawah hiasan lampion. Terutama di kawasan terminal Kota Ngabang. Mereka berfoto di bawah lampion yang tidak ditemukannya setiap saat.
Ketua Yayasan klenteng Hati Murni Ngabang, Sugiman Aleng mengatakan, perayaan Imlek di Kota Ngabang tidak ada yang terlalu istimewa. Semua acaranya tidak jauh beda dengan tahun lalu.
“Semua ruangan kelenteng sudah dibersihkan. Pada malam Imlek diadakan sembahyang,” ujar Aleng.
Malam Imlek, dimulai pukul 21.00 hingga 24.00 diadakan acara bakar kembang api. Setelah itu warga Tionghoa sembahyang Imlek. “Selain kembang api, kita juga mempersiapkan lilin dan hio besar,” jelasnya.
Diakui Aleng, lilin di kelenteng merupakan sumbangan dari masyarakat Tionghoa Kota Ngabang. Pukul 24.00 atau memasuki Tahun Baru Imlek pada 28 Januari, lilin itu akan dinyalakan. Kemudian berdoa supaya diberikan kemurahan rezeki. Umat Konghucu akan berdoa supaya situasi di Kota Ngabang dan Landak maupun Kalbar serta Indonesia tetap aman, tentram dan sejahtera.
“Kita harus saling hormat menghormati antarumat beragama dan antartokoh agama. Dengan demikian, kita bisa hidup tenang dan damai,” ujar Aleng.
Tokoh masyarakat Tionghoa Ngabang, Budi Santoso menjelaskan, malam Imlek, sekitar pukul 24.00 umat Konghucu akan melaksanakan sembahyang menyambut kedatangan dewa di bumi. “Dengan kedatangan dewa itu, berarti membawa rezeki untuk manusia. Dewa datang dari kayangan turun ke bumi untuk manusia,” jelas Budi.
Menurutnya, Imlek kali ini menyambut tahun sio ayam. Siapa yang banyak bekerja pasti ada rezeki. “Memang rezeki itu sudah ada yang mengaturnya. Tapi kalau kita banyak berusaha atau berkerja, rezekinya pasti ada,” katanya.
Tradisi warga Tionghoa, menyambut Imlek memasang kimhoa di depan pintu. Kimhoa adalah tanda kebesaran warga Konghucu. “Tujuannya untuk meminta rezeki, berkah dan dijauhkan dari bahaya,” ucap Budi.
Pagi harinya warga Tionghoa kembali sembahyang bersama keluarga. Disusul acara sungkeman dengan orangtua. Siangnya barulah mengundang tamu untuk datang ke rumah.
“Kita mengundang tamu, atau kita jalan ke rumah keluarga atau kawan. Karena hari lainnya kita sibuk dengan pekerjaan, maka jarang bisa ketemu. Pada saat itulah kita bertemu dan silaturahmi bersama,” jelas Budi.
Laporan: Syamsul Arifin, Antonius
Editor: Hamka Saptono