PSSI Abaikan Persebaya

Batal Disahkan di Arena Kongres

PSSI.JPNN

eQuator.co.id – Hari Pahlawan 10 November kemarin seharusnya menjadi kado manis bagi Persebaya Surabaya. Sebab, di hari yang sangat bersejarah dan terkenal dengan heroisme perjuangan Arek-Arek Suroboyo tersebut, PSSI menjanjikan akan mengakui kembali status Persebaya sebagai anggota sekaligus bermain di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia musim baru nanti.

Namun, otoritas tertinggi sepak bola tanah air itu kembali ingkar janji. Padahal, pada Kongres Luar Biasa (KLB) 3 Agustus lalu, PSSI berjanji untuk memasukan Persebaya Surabaya, Arema Indonesia, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, serta Lampung FC dalam kompetisi kasta kedua Liga Indonesia. Pemerintah melalui Menpora Imam Nahrawi juga tidak kurang-kurang mendesak pengesahan kembali klub-klub yang pernah ditendang oleh PSSI tersebut.

Dalam kongres yang berlangsung di Mercure Hotel, Jakarta, kemarin (10/11), kentara sekali PSSI, baik mayoritas voters maupun pengurus lama, tidak punya iktikad untuk memenuhi janji. Agenda pemulihan status Persebaya dan lima klub lain justru dihapus dari agenda. Kongres hanya mengagendakan pemilihan ketua umum, wakil ketua umum, dan pengurus executive committee (exco).

Tanda-tanda PSSI ingkar janji sudah terlihat dalam penyusunan agenda kongres. PSSI dengan sengaja tidak memasukan Persebaya ke dalam agenda keenam. Yakni, pemutihan klub beserta orang yang sebelumnya berstatus terhukum. Mereka hanya memasukan Persema dan Persibo. Sedangkan Persebaya, Arema Indonesia, Lampung FC, dan Persewangi diletakan di agenda ketujuh. Yakni, pengesahan calon anggota baru. Persebaya sendiri bahkan diberikan nama baru oleh PSSI biar seolah olah adalah klub baru. Yaitu, Persebaya 1927.

Saat agenda-agenda itu ditawarkan oleh Hinca Panjaitan, pimpinan sidang, drama terjadi. Hidayat, manajer Persebo Bondowoso, interupsi. Dia meminta kongres tidak membahas agenda-agenda selain pemilihan. “Kami datang ke sini untuk melakukan pemilihan, bukan untuk membahas agenda yang lain. Saya pikir, agenda ke enam dan ketujuh ini sebaiknya dibahas saja di kongres berikutnya karena butuh kajian mendalam,” katanya.

Hinca sebenarnya telah menyampaikan bahwa agenda-agenda itu sudah direkomendasikan oleh Kongres Luar Biasa (KLB) 3 Agustus lalu dan hanya perlu untuk disahkan tanpa perlu diperdebatkan lagi. Belum sempat Hinca mengetukkan palu, Manajer Madura United FC Haruna Soemitro yang dalam kongres menjadi voter mewakili Pelita Bandung Raya (PBR) dan sebagai anggota komite pemilihan, mengiterupsi. Mantan manajer Persebaya itu mengungkapkan bahwa tidak semua keputusan Exco PSSI bisa disahkan begitu saja oleh peserta kongres.

Menurut Haruna, kongres adalah forum tertinggi sehingga bisa memutuskan apa pun. “Jadi, saya minta ditawarkan kepada peserta apakah agenda ini disepakati atau tidak,” katanya.

Pernyataan Haruna itu langsung mendapat sambutan setuju dari mayoritas voters yang tergabung dalam Kelompok (K)-85 alias pendukung Edi Rahmayadi. Karena terus didesak, voting pun dilakukan. Hasilnya, dari total 107 voters, 86 tidak setuju agenda keenam dan ketujuh dibahas dalam kongres, 14 setuju, , serta 7 voters abstain.

Direktur Bisnis dan Pengembangan Persebaya Kardi Suwito yang datang sebagai peninjau sempat maju ke mimbar memprotes keputusan kongres tersebut. Dia mengingatkan bahwa pemulihan status Persebaya sudah dijanjikan baik oleh PSSI maupun pemerintah. Pendukung fanatik Persebaya juga sudah menantikan hal itu. Kardi juga menunjukkan SK Ditjen HAKI Kemenkum HAM tentang hak merek dan logo Persebaya dan putusan pengadilan niaga Surabaya.

Upaya Kardi gagal. Dia justru diusir oleh Hinca dari mimbar dan diminta kembali ke tempat duduk. Akhirnya Kardi hanya bisa menyerahkan dokumen hukum itu kepada Agum Gumelar, ketua komite pemilihan, yang duduk di barisan depan.

Tony Aprilani, mantan anggota Exco PSSI, tidak erkutik saat ditagih janjinya untuk mengesahkan Persebaya. “Kami sudah memasukannya. Tapi, ini ada kesengajaan dari pihak kesekjenan terkait ini. Saya akan ikut memperjuangkan ini kembali,” katanya. Pada 3 Agustus lalu, Tony tampil di depan ribuan Bonek di Stadion Tugu Jakarta. Dia menjanjikan kembalinya Persebaya ke Divisi Utama.

Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot Dewa Broto yang hadir di lokasi kongres sebagai peninjau tak bisa berbuat banyak. Menurut Gatot, pemerintah tetap sesuai komitmen semula meminta Persebaya dan lima klub lain dipulihkan statusnya. ‘’Kami belum bisa mengambil langkah lebih lanjut. Nanti menpora akan membahas ini segera,’’ katanya.

Drama di arena Kongres PSSI mencuatkan pesimisme untuk perbaikan sepak bola Indonesia. ”Kongres manjadi ajang mempermalukan pihak-pihak yang sebelumnya sudah disepakati untuk dikembalikan keanggotaannya,” kata Akmal Marhali, koordinator Save Our Soccer (SOS).

Dia menyayangkan sikap PSSI yang terkesan memaksakan kehendak. Padahal, kongres ini seharusnya menjadi ajang rekonsiliasi stakeholder sepak bola nasional. ”Masih ada dendam di dalam kongres. Ini tidak bagus bagi perbaikan sepak bola Indonesia,” kata Akmal. (ben/tom/ca)