Inggris vs Skotlandia

Tekad Demi Southgate

England's goalkeeper Joe Hart (L) and England's midfielder Dele Alli react after loosing 1-2 to Iceland in the Euro 2016 round of 16 football match between England and Iceland at the Allianz Riviera stadium in Nice on June 27, 2016. / AFP PHOTO / PAUL ELLIS

eQuator.co.id – Lupakan hancurnya London tiga tahun lalu setelah fans Skotlandia membuat kisruh. Tidak perlu mengingat juga kekalahan satu-satunya atas Tartan Army – julukan timnas Skotlandia – pada laga resmi di Wembley, London, 17 tahun lalu. Ketika itu Inggris dipermalukan Skotlandia 0-1 di kualifikasi Euro 2000.

Karena, laga matchday keempat Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona UEFA dini hari nanti WIB lebih dari sekedar gengsi Inggris yang disebut Skotlandia sebagai auld enemy. Dari laga inilah tim yang dikapteni Wayne Rooney tersebut bisa segera merealisasikan harapannya memiliki sosok nahkoda baru.

Dan, Gareth Southgate-lah orangnya. ”Saya yakin Gareth (Southgate) akan menjawab tantangan itu (menang untuk mempermanenkan statusnya), kami siap bertarung untuknya,” koar gelandang serang Inggris Adam Lallana dalam pernyataannya sebagaimana dikutip The Telegraph. Ya, laga ini sudah jadi syarat dari Federasi Sepak Bola Inggris FA sebelum mempermanenkan status Southgate.

Sebelum laga ini, Southgate sudah bekerja 180 menit. Hasilnya, tidak ada rapor merah di dalam dua ujian pertama mantan tactician timnas Inggris U-21 itu. Lallana mengungkapkan, dia dan rekannya di timnas Inggris sudah mulai memahami bentuk permainan seperti apa yang dimau Southgate. ”Dalam persiapan untuk dua laga ini (laga lainnya beruji coba kontra Spanyol, 16 Nopember) dia bicara banyak tentang semuanya. Ini saatnya kami mencari identitas permainan kami bersamanya (Southgate),” lanjut Lallana.

Di atas kertas, Southgate tidak mengalami masalah dengan komposisinya. Karena, dari penjaga gawang hingga ujung tombak timnya tidak mengalami kendala apapun. Itu termasuk kembali turunnya Harry Kane pasca mengalami cedera engkel parah. Dengan seperti itu, dia bisa kembali menerapkan 4-2-3-1 andalannya.

Bersama Kane, ada harapan ekspolsivitas Inggris di era Southgate kembali menggila. Dibanding era Sam Allardyce, pada kualifikasi Piala Dunia kali ini agresivitas Inggris lebih sangar. Apabila dalam satu laga Allardyce Inggris mencatatkan 12 kali upaya mencetak gol, maka dari dua laga Southgate bisa di angka 15 kali tembakan per laganya.

Kane bakal ditopang dengan dua sayap, Lallana dan Raheem Sterling. Lantas, di belakang Kane kembali Rooney mendapatkan kepercayaan dari Southgate. Pelatih berusia 46 tahun itu seperti dilansir Daily Mail menyebut, Rooney akan memberi irama serangan Inggris bersama Kane. ”Apapun itu, peran dia di tim ini tidak bisa dilupakan. Pengalamannya yang kami harapkan bisa mengangkat tim ini,” tutur Southgate.

Bukan hanya memberi efek positif dengan statusnya di kursi pelatih timnas Inggris, dengan tiga poin di laga ini maka Inggris semakin kokoh di puncak klasemen sementara Grup F. Untuk saat ini, dari tiga matchday pertama Inggris sudah mengumpulkan tujuh poin. Terpaut dua poin dengan Lithiania dan Slovenia di peringkat dua dan tiga.

Hanya, Southgate tidak ingin pemainnya terbebani dengan ekspetasi atas dirinya. Selain itu, pria yang pernah 57 kali bermain untuk timnas Inggris tersebut meminta pemainnya supaya tidak terpancing dengan panasnya tensi pertemuan kedua negara Britania Raya ini. Ingat, rivalitas Inggris-Skotlandia ini adalah rivalitas tertua di dunia.

Histori mencatat, sudah 112 kali negara bertetangga ini saling bentrok. Dalam dua duel terakhir di laga persahabatan tahun 2013 dan 2014 rata-rata penggawa Inggris yang sering terpancing emosinya. Dari dua kali bentrok itu, per laganya bisa ada 13,5 kali pelanggaran yang dilakukan Inggris. Meskipun tidak ada kartu merah yang diberikan wasit.

”Saya tidak memandang laga ini sebagai laga penentu. Saya ingin pemain menikmatinya, tetap jalani saja pengalaman ini dengan saya. Tidak penting saya jadi pelatih atau tidak, saya hanya berharap kami bisa memenangkan laga besok (dini hari nanti WIB),” tutur Southgate dalam wawancaranya sebagaimana dilansir The Sun.

Nasib Southgate lebih baik dari Gordon Strachan yang berada di belakang Skotlandia. Jika Southgate tidak terkalahkan, maka Strachan susah memenangkan laga. Dari tiga matchday pertama, Skotlandia hanya mampu mengalahkan negara kecil sekelas Malta 5-1. Sisanya, Darren Fletcher dkk ditahan Lithuania 1-1 (9/10) dan dilibas Slovakia 0-3 (12/10).

Strachan pun juga digoyang posisinya. Kalah lagi, maka pelatih yang pernah seklub dengan Lallana di Southampton itu bakal didepak. Berat sepertinya. Apalagi Inggris juga tidak terkalahkan dalam 32 laga kualifikasi major tournament. Baik itu kualifikasi Piala Dunia ataupun di kualifikasi Euro.

Kali terakhir Inggris tumbang di kualifikasi major tournament itu pada kualifikasi Piala Dunia 2010 atas Ukraina 0-1, 10 Oktober 2009. ”Kami tidak perlu memandang tim itu susah dikalahkan. Kami tidak perlu takut dengan Inggris,” ungkap pemain yang merumput di Inggris bersama Fulham di Championship itu kepada Sky Sports.

Menurutnya, dengan rata-rata pemain Skotlandia merumput di Inggris itu bisa jadi keuntungan tersendiri. Dari 26 pemain yang dipanggil Strachan, 17 di antaranya bermain di Inggris. Baik itu main di Premier League, ataupun di Championship. Artinya, 65 persen mereka paham dengan permainan di tim Inggris. (ren)