Peran Pendidikan Meningkatkan Taraf Budaya dan Wisata

TITIK TEMU. Kadisperindagkop dan UKM Singkawang, Hendryan mengutarakan pendapatnya saat diskusi Titik Temu, Setiap Masalah Ada Solusi, di ruang Balairung Kantor Walikota Singkawang, Kamis (3/11). SUHENDRA

eQuator.co.id – Singkawang-RK. Kegiatan Titik Temu, Setiap Masalah Ada Solusi hadir di Kota Singkawang. Diskusi yang digagas Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) bekerjasama. dengan Harian Rakyat Kalbar dan PonTV ini diselenggarakan di Ruang Balairung Kantor Walikota Singkawang, Kamis (3/11).

Singkawang yang lebih dikenal dengan Kota Amoy dan Kota Seribu Kelenteng ini memiliki daya tarik budaya dan wisata yang sangat luar biasa. Bahkan wisata alam dan budaya masyarakatnya sudah mendunia. Salah satu wisata budaya yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara itu adalah festival Cap Go Meh yang diselenggarakan setiap tahunnya. Maka dari itu, Titik Temu kali ini mengangkat tema “Peran Pendidikan dalam Meningkatkan Taraf Budaya dan Wisata di Kota Singkawang”.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen) Dinas Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Singkawang, Asmadi mengatakan, visi dan misi Kota Singkawang, terbentuknya insan yang berkarakter dengan berlandaskan gontong-royong. Mewujudkan akses yang luas dan pembelajaran yang bermutu dan  pengembangan bahasa.

“Menurut saya, sangat tepat apabila diskusi Titik Temu ini mengangkat tema tentang pendidikan dalam meningkatkan taraf budaya dan wisata di Kota Singkawang,” kata Asmadi selaku narasumber diskusi Titik Temu.

Menurutnya, perlu dilihat, sudah sejauh mana peran pendidikan dalam meningkatkan taraf budaya dan wisata. Tak dapat dipungkiri, peran dunia pendidikan sangat besar untuk mengembangkan aset budaya dan wisata alam yang ada di Kota Singkawang ini. Meskipun begitu banyak rintangan yang harus dihadapi. Khususnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yakni tenaga pendidik atau pengajar, serta sarana dan prasarana pendidikan.

“Tugas kita cukup berat, apalagi moratorium pengangkatan untuk guru ini terjadi di Indonesia,” ungkap Asmadi.

Idealnya, satu guru mendidik 15 siswa. Fakta yang terjadi, satu guru minimal mengajar 20 siswa. Apabila pola seperti ini masih dipertahankan, butuh perjuangan berat untuk melahirkan siswa yang mahir dalam bidang budaya dan wisata.

“Parahnya lagi, keberadaan guru semakin berkurang karena pensiun. Sementara jumlah penggantinya belum memadai, karena moratorium penerimaan guru berstatus ASN (Aparatur Sipil Negara),” jelas Asmadi.

Padahal pendidikan memiliki peran yang sangat penting, terutama tingkat SMA/SMK. Para siswa inilah yang nantinya berpotensi meningkatkan dunia wisata dan budaya di Kota Singkawang. “Mereka nantinya yang akan mendatangkan wisatawan ke Kota Singkawang lebih banyak lagi,” paparnya.

Seiring dengan peningkatan kualitas SDM pendidik, infrastruktur sarana dan prasarana pendidikan juga harus diperkuat. Selama ini Dinas Pendidikan Kota Singkawang sudah sangat konsen dalam pembangunan dibidang pendidikan. Apalagi Dinas Pendidikan menjadi tolok ukur maju mundurnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

“Untuk melihat kualitas IPM dilihat dari tingkat pendidikan. Makanya banyak hal yang harus dibenahi. Jangan pernah cukup puas dengan hasil yang ada saat ini, kalau kita ingin betul-betul konstribusi yang positif,” jelas Asmadi.

Upaya memajukan dunia pendidikan, telah dibangun gedung Akademi Komunitas di Singkawang Utara. Kuliah di Akademi Komunitas bukan berarti mencetak ASN atau PNS, tapi mendidik jadi mandiri, menciptakan lapangan kerja sendiri.
“Kami berharap, melalui forum (Titik Temu) ini, ada solusi agar bisa mewujudkan dunia pendidikan lebih baik lagi di Kota Singkawang,” harap Asmadi.

Sekretaris Disbudparpora Singkawang, Apriyanto mengatakan, saat ini pihaknya sedang berupaya melakukan perbandingan kemajuan dalam dunia pendidikan dari sepuluh tahun yang lalu. Semakin banyak penduduk, maka pemerintah semakin bekerja keras dalam meningkatkan pengetahuan warga dalam berbagai bidang. Bukan hanya melalui program luar sekolah.

“Kita juga melakukan upaya pemberantasan buta huruf hingga ke tingkat Lapas (Lembaga Pemasyarakatan),” kata Apriyanto.

Strategi Pemkot Singkawang meningkatkan dunia pendidikan hingga di atas usia rata-rata, membangun dari pinggir. Khususnya sarana pendidikan mulai dari SD hingga SMA. “Khusus menunjang pariwisata dan pertanian di Kota Singkawang, kita ada SMK,” jelas Apriyanto.

Sangat besar peran pendidikan di Kota Singkawang dalam upaya mewujudkan sapta pesona pariwisata dan budaya. Selain menumbuhkan tenaga professional di bidang itu, Pemkot juga menganggarkan hibah festival hampir Rp5 miliar.

“Singkawang merupakan tujuan wisata. Sangat penting sekali didukung oleh lintas instansi dan lembaga lainnya. Dinas PU (Pekerjaan Umum) membangun infrastrukturnya. Apabila wisatawan lama menginap ke Kota Singkawang, tentu ekonomi masyarakatnya akan meningkat,” tegas Apriyanto yang juga selaku narasumber diskusi Titik Temu.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Singkawang, Hendryan mengajak warga Kalbar datang ke Kota Singkawang. Tidak perlu jauh-jauh ketika ingin liburan. Apa yang diinginkan, sudah ada di Kota Singkawang.

“Kalau punya uang, namun waktunya sedikit, datang saja ke Kota Singkawang. Selain ada lokasi wisata, di sini juga ada mall, mereka dapat belanja ke Kota Singkawang,” ungkap Hendryan.

Setelah menikmati apa yang dimiliki Kota Singkawang, Hendryan berharap agar potensi yang ada di Kota Amoy itu dipromosikan ke daerah lainnya. Tujuannya agar warga Indonesia dan mancanegara tahu, bahwa Kalbar memiliki Kota Singkawang, kota wisata yang tak kalah saing dengan daerah lainnya.

“Kita berharap Kota Singkawang mendapatkan investasi yang lebih banyak lagi. Contohnya, investasi di Belitung hingga sebesar Rp300 miliar, lantaran booming-nya film Laskar Pelangi,” ujarnya.

Diskusi Titik Temu juga dihadiri Sekretaris BPD HIPMI Kalbar, Muhammad Qadhafy dan para civitas akademika, diantaranya mahasiswa STIH Singkawang, Akbid, Akper, Akdemi Komunitas dan mahasiswa dari berbagai kampus lainnya. Hadir juga kalangan perbankan dan pengusaha.

 

Laporan: Suhendra

Editor: Hamka Saptono