eQuator.co.id – Pontianak-RK. Pelayanan Palang Merah Indonesia (PMI) Pontianak yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani kembali mendapat sorotan. Kali ini, keluhan dirasakan oleh Kepala Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP), Bruder Stephanus Paiman OFM Cap.
Kepada harian ini, Stephanus mengaku kesal karena pada saat hendak mendonorkan darahnya dia justru mendapat sambutan wajah masam dan jawaban ketus oleh petugas PMI. Singkat ceritan, Selasa (13/9) pagi, Bruder menerima pesan singkat dari Whats App bahwa rekannya bernama H Hatta meminta tolong mendonorkan darah O untuk Yuliana sebanyak 2 kantong di Rumkit. Permintaan itu pun segera ditanggapi dan disebarkan pula kepada seluruh angota forum.
“Saya sendiri pukul 10.15 Wib ke PMI untuk donor, setelah isi formulir saya periksa tensi. Ternyata tensi saya 150/100, saya pun diminta istirahat dulu. 10 menit saya istirahat kemudian dicoba lagi, hasilnya masih tetap sama, maka saya pulang,” katanya, Rabu (14/9).
Setelah pulang dan rehat, sekitar pukul 19.55 Wib Stephanus datang kembali dengan 10 anggota forum. Saat datang ke PMI, dia melihat PMI sedang ramai, antri untuk donor dan mengambil darah. Namun petugas yang melayani donor hanya seorang pemuda. Dengan ramah dia melayani pendonor satu per satu.
Hingga tiba giliran, petugas tadi berganti shift.
Setelah lama, seorang gadis berkerudung muncul menggantikan pemuda yang bertugas tadi. Dari wajah dan kata-katanya tidak tampak keramahan. Anehnya, saat tiba giliran Stephanus dan anggota mau diperiksa, petugas tersebut mengatakan bahwa nama yang mau didonor tidak ada. Masih dengan wajah tak bersahabat, petugas tersebut terus membolak-balik buku dan melihat komputer.
Ternyata darah untuk Yuliana sudah terpenuhi dan tinggal diambil.
Mereka pun pulang. Apesnya, saat hendak pulang, helm milik siswa dari Sekolah Pertukangan St. Yusup Sungai Raya yang juga salah satu anggota FRKP, hilang diparkiran.
“Diupayakan lah petugas yang ramah dan berdedikasi dengan pekerjaannya, mengingat orang datang untuk menyumbangkan darahnya dengan suka rela. Jika petugasnya kurang ramah, membuat orang enggan ke PMI,” lugasnya.
Soal keamanan pun, Stephanus mengaku bahwa dirinya sudah cukup sering menyarankan ke PMI agar ada Pos Satpam dan petugasnya, sehingga kendaraan dan helm pendonor atau tamu dapat terjaga. Sayang sampai saat ini tidak mendapat respon.
Sementara itu, Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Pontianak, dr Darmanelly MKes menanggapi positif keluhan, masukan maupun kritikan dari masyarakat. Terkait petugasnya, dia menyampaikan kemungkinan terjadi miskomunikasi.
“Sebenarnya petugas kita cukup. Kita berganti shift tiga kali dalam sehari. Pagi 8 orang, sore 4 orang dan malam 4 orang. Dan memang tidak selalu lengkap, kadang ada juga petugas yang keluar gedung jemput bola, mengambil donor di tempat lain,” paparnya.
Darmanelly sadar bahwa PMI sangat membutuhkan sukarelawan donor darah. Makanya, PMI selalu menekankan kepada setiap petugasnya agar selalu memberikan pelayanan terbaiknya, dengan ramah dan senyum.
“Untuk kejadian kemarin, mungkin kebetulan petugas kita yang lagi kurang baik modd-nya. Tapi kita tetap tekankan, supaya dalam menjalankan tugas harus ramah dan senyum,” serunya.
Terkait keamanan, sebenarnya sudah lama pihaknya mewacanakan mendirikan Pos Satpam. Bahkan penerimaan petugas Satpam terus dibuka. Hanya saja, sampai saat ini belum ada pelamar yang memenuhi syarat, diantaranya memiliki sertifikat Satpam.
Sejauh ini, pengamanan yang dilakukan hanya terbatas pada pantauan atau penjagaan petugas yang ada. Petugas pun sering berkoordinasi terkait keamanan dengan Polsek Selatan, karena kantornya hanya berjarak beberapa puluh meter.
“Pernah kemarin, ada orang (gelagatnya) mau curi motor. Kita koordinasi dengan petugas Polsek, kebetulan tidak jauh. Untuk helm memang kita sarankan agar dibawa ke dalam jangan simpan di luar,” ucapnya.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Arman Hairiadi