eQuator.co.id – MEDAN- Pernyataan Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut, Kombes Pol Nur Fallah yang menyatakan, pelaku IAH (18) disuruh oleh seseorang untuk melancarkan aksi teror bom ke Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur, Kecamatan Medan Selayang, kemarin (29/8), perlahan mulai terkuak. Disebut-sebut, pelaku IAH mendapat upah senilai Rp10 juta.
Namun, Kapolresta Medan, Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto menepis hal tersebut. Saat ditanya kebenaran Rp10 juta yang diterima oleh pelaku, Mardiaz hanya menjawab normatif. “Masih didalami soal itu,” kata Mardiaz usai melakukan olah Tempat Kejadian Perkara di lokasi kejadian, Senin (29/8).
Informasi dihimpun, sebelum kejadian tepatnya Kamis (25/8) pukul 13.00 WIB, pelaku tengah melintas di Jalan Dr Mansyur. Tujuannya, untuk melihat-melihat kios yang menjual telepon genggam. Sebab, telepon genggam milik IAH sedang rusak. Disebut-sebut, pelaku dihampiri oleh seseorang laki-laki yang tak dikenalnya dengan mengendarai sepedamotor Honda Supra tepat di depan Komplek Kolam Renang Selayang sewaktu mencari kios telepon genggam tersebut.
Ciri-ciri orang yang tak dikenal oleh pelaku IAH itu, bercirikan kulit sawo matang, berjenggot, berkumis dan memakai baju koko serta helm. Kepada pelaku, sosok yang tak dikenal itu menawarkan uang senilai Rp10 juta. Dengan catatan, pelaku dapat meledakkan Gereja Katolik Stasi Santo Yosep tersebut.
Tawaran dari sosok yang tak dikenal oleh pelaku IAH, membuatnya untuk berpikir sejenak. Namun, lantaran pelaku membutuhkan uang untuk mengganti telepon genggam itu, pelajar yang lulus di salah satu SMA di Medan ini tak menolak permintaan dari sosok yang tak dikenalnya.
Selanjutnya, orang yang tak dikenal oleh pelaku, memberikan kantong plastik berisi bubuk seberat 2 kilogram dan memberikan panduan untuk cara merakit bom dengan cara mencampurkan bubuk dan pentolan korek api yang sudah ditumbuk. Dalam panduan itu, disebut campuran bubuk dan pentolan korek api itu dimasukan ke dalam tabung. Oleh pelaku cara itu dilakukannya hingga akhirnya tabung itu disambung dengan kabel serta baterai.
Namun, menurut informasi, pelaku masih dijanjikan uang Rp10 juta tersebut. Artinya, pelaku belum menerima upah tersebut. Sosok yang tak dikenal oleh pelaku ini akan menyerahkan uang tersebut jika berhasil meledakkan Gereja Katolik Stasi Santo Yosep dan uang akan diserahkan di tempat ketemu mereka bertemu di awal.
Oleh pelaku IAH, kemudian melakukan uji coba merakit bom di lantai II rumahnya, Sabtu (27/8). Kala itu, pelaku berhasil melakukannya dengan cara menghubungkan pipa yang sudah bercampur bubuk dan pentolan korek api yang ditumbuk itu, dengan baterai dan kabel tersebut. Namun, ledakan bom rakitan itu diketahui oleh kakak pelaku.
Tak berhenti disitu, pelaku kemudian kembali merangkai bom di dalam kamarnya dengan memasukkan bubuk ke dalam tabung besi dan pentolan korek api yang sudah ditumbuk. Selain itu, pelaku juga merangkai dengan kabel serta baterai. Jadi bom yang dirakit IAH, kemudian dimasukkannya ke dalam tas yang akan dibawanya untuk menuju TKP.
Sayang, aksi yang hendak dilancarkan pelaku IAH tak berhasil. Malah pelaku IAH bonyok dipukuli jemaat Misa saat berada di TKP. Disebut-sebut pupuk Con3 yang dikirim oleh jasa pengiriman kilat dan diterima oleh ibu pelaku, dibeli oleh IAH melalui situs online senilai Rp90 ribu. Sementara, pipa kuning yang ditemukan di lokasi oleh polisi dan diamankan sebagai barang bukti itu, diambil pelaku dari jendela rumahnya.
Aksi percobaan bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, membuat personel polisi dan Brimob melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), Senin (29/8). Bahkan, tim dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri), turun ke lokasi kejadian.
“Jadi hari ini, dari tim gabungan yang terdiri dari Polresta Medan, Polda Sumut yang dibekap Mabes Polri, melakukan PP TKP (proses penyelidikan tempat kejadian perkara, red) di tempat kejadian. Dan tadi dari TKP sudah kita bersihkan bekas-bekas kejadian kemarin,” jelas Kapolresta Medan, Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto usai melakukan olah TKP.
Informasi diperoleh, ledakan dari bom rakitan yang dirakit oleh pelaku IAH terjadi dua kali. Alhasil, campuran-campuran dari bom rakitan yang meledak itu menyebar hingga ke 25 titik di dalam tempat ibadah tersebut. Seperti adanya ditemukan serbuk, mor, dua buah pipa warna kuning, paku, kabel, baterai, paku, baut diikat dengan kabel, kampak hingga pisau untuk melukai korban pastor Albert Pandiangan.
Saat ditanya itu, Mardiaz belum bersedia menjabarkannya secara rinci. “Macam kau yang lebih tahu, atau kau aja yang aku perika,” singkat Mardiaz.
Lebih jauh, Mardiaz mengatakan, kalau polisi telah menyerahkan kembali sepenuhnya kepada pengurus gereja untuk dapat diaktifkan kembali melaksanakan ibadah seperti biasanya. Kata Mardiaz, pihaknya berencana akan menggelar rapat internal guna membahas tentang keamanan rumah-rumah ibadah di Kota Medan. “Sehingga kita harapkan, pengamanan-pengamanan rumah internal daripada rumah ibadah sendiri agar bisa kordinasi dengan pihak kepolisian. Sementara untuk motifnya, seperti saya sampaikan kemarin malam, bahwasanya pelaku ini simpatisan dan terinsipirasi daripada kejadian-kejadian yang ada di luar negeri. Sehingga tersangka ini mendownload dari situs-situs yang ada di internet,” tambah Mardiaz.
Untuk keterlibatan dari pihak-pihak lain, kata Mardiaz, itu masih didalami. “Karena sampai tadi malam dan tadi pagi, masih trauma dan shock (tersangka). Karena saat pada diamankan oleh jemaat, sudah ada sedikit kekerasan fisik. Hari ini kita akan melanjutkan (pemeriksaan),” kata Mardiaz.
Mardiaz pun meminta awak media bersabar. Soalnya, petugas saat ini tengah melakukan penyelidikan dan pengembangan. “Tidak ada CCTV dalam gereja. Tidak ada (temuan baru), jadi kita sudah kita ketahui barang kemarin dan begitu juga teridentifikasi kemarin juga. Namun, hari ini kita olah TKP guna mendukung pembuktian dan juga olah TKP ini, mengerahkan arah penyelidikan kita,” sambung dia.
Kata Mardiaz, sejauh ini belum ada penambahan tersangka. Mardiaz juga bilang, pihaknya akan melakukan kordinasi dengan napi teroris guna mengungkap kasus tersebut. “Belum, belum. Masih didalami,” jawab Mardiaz ketika ditanya apakah sosok yang menyuruh pelaku IAH, sudah teridentifikasi atau belum. (ted)
—
Sesuai rekomendasi Dewan Pers, berita ini telah dikoreksi pada tanggal 6 Desember 2023 dengan mempertimbangkan kewajiban perlindungan terhadap anak.