Evakuasi Jenazah Santoso Gunakan Helikopter

Medan Sulit Dilewati

Kedatangan jenazah Santoso dan Mukhtar di Bandara Mutiara SIS Aljufri.

eQuatorco.id – POSO – Pasukan operasi Tinombala pada Selasa (19/7) pukul 12:30 Wita akhirnya berhasil mengevakuasi dua jenazah teroris yang tewas dalam kontak tembak dengan pasukan Raider Batalyon Infanteri 515 Kostrad Jember Jawa Timur di pegunungan dusun Kuala desa Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara pada Senin (18/7) sore. Karena medan yang berat dan harus menyeberangi sungai Tambarana yang sedang banjir, evakuasi terhadap jenazah dengan menggunakan dua helicopter milik TNI dan Polri. Evakuasi dilakukan setelah hujan yang turun sejak pagi hari di wilayah Tambarana berhenti. Proses evakuasi dilakukan tertutup untuk wartawan dan public. Sejumlah wartawan yang sejak Senin malam menunggu liputan di Mapolsek Poso Pesisir Utara (PPU) hanya bisa menyaksikan evakuasi jenazah dari jalan trans Sulawesi depan Mapolsek yang berjarak sekitar 500 meter dari helipad. Posisi heliped sendiri berada ditanah lapang eks perkantoran perusahaan kayu PT Gulat. Tak diketahui persis di helicopter mana dua jenazah teroris tersebut di angkut. Apakah di heli milik TNI atau milik Polri. Yang terlihat dari kejauhan dua heli mendarat di heliped PT Gulat secara berurut-turut. Pertama mendarat adalah heli milik Polri, dan menyusul kemudian heli milik TNI AD. Sekitar 15 menit mendarat di heliped PT Gulat, dua heli milik Polri dan TNI itu kemudian terbang kembali mengangkut dua jenazah teroris menuju Palu.

Siapa sebenarnya dua teroris yang berhasil ditembak mati pasukan Satgas Tinombala 2016? Dari informasi dan bisik-bisik antar perwira dan anggota TNI/Polri yang dihimpun memastikan satu dari dua jenazah itu adalah Santoso alias Abu Wardah, teroris mujahidin Indonesia timur (MIT) nomor satu yang paling diburu polisi. “Selamat. Sudah A1 yang satu itu S (santoso),” bisik seorang perwira menengah pertama TNI kepada beberapa prajurit TNI. Bisikan perwira TNI ini di ucap dengan mimic wajah sumringah sambil menyalami tangan prajuritnya.

Meski untuk memastikan 100 persen bahwa satu korban tewas itu merupakan Santoso harus menunggu tes DNA, namun tes DNA itu dipandang hanya prosedur formlitas saja. “Tes DNA itu satu persen saja. 99 persennya sudah S,” ujar anggota pasukan Tinombala.

Jika satu jenasah dipastikan sebagai Santoso, maka satu jenasah lain masih simpang siur. Tapi dari informasi yang lagi-lagi diperoleh di TKP evakuasi Mapolsek PPU terungkap bahwa satu jenasah lain tersebut adalah Basri alias Bagong. Basri merupakan narapidana kasus terorisme yang kabur dari rumah tahanan kelas IIb Ampana kabupaten Tojo Unauna pada sekitar tahun 2012 silam. “Yang satu Basri,” sebut seorang pasukan Tinombala kepada rekannya. Tapi menurut anggota pasukan lain bahwa satu teroris lain yang tewas merupakan Mukhtar.

Kepala Polres Poso AKBP Ronny Suseno mengatakan satu dari dua teroris yang tewas dalam kontak tembak sangat mirip dengan Santoso. Kemiripan dilihat dari cirri wajah dan jenggot serta rambut korban. Tapi guna memastikannya masih harus dilakukan tes DNA. “Diduga salah satu DPO yang tewas adalah Santoso. Tapi untuk pastinya kita tunggu tes DNA dulu,” sebutnya pada wartawan. Sementara untuk satu korban teroris tewas lainnya, Kapolres Ronny belum mengetahui apakah itu Basri atau Muhtar.

Terkait kronologis terjadinya kontak tembak pada Senin sore, Kapolres menyebut berawal dari pengintaian pasukan yang dilakukan sejak Sabtu (9/7) lalu. “Sudah ada penampakan mereka sejak tanggal 9 Juli. Di kejar dan dikejar, maka di dapatlah kemarin (Senin, 18/7),” jelasnya. Jumlah tertoris yang saat itu terlibat baku-tembak dengan pasukan satgas tinombala berjumlah lima orang. Dari informasi yang diterima, lima orang teroris tersebut terdiri dari tiga pria dan dua wanita. Dengan tewasnya dua orang, sisa DPO teroris kelompok Santoso yang tersisa di hutan sekarang menyisakan 19 orang.

Soal situasi Poso pasca kontak tembak, Kapolres Ronny memastikannya tetap aman dan kondusif. Tak terkecuali di Tambarana dan wilayah PPU. Aktifitas masyarakat juga berlangsung normal. “Sejauh ini situasi keamanan Poso tetap kondusif. Tidak terpengaruh dengan kontak-tembak yang terjadi kemarin,” pastinya.

Terpisah, Kepala Oprasi Daerah (Kaopsda) Tinombala Tinombala Kombes Leo Bona Lubis memastikan jika dua jenazah teroris yang tewas adalah Santoso dan Mukhtar. Kepastian diperoleh dari identifikasi luar (fisik) terhadap kedua jenasah dimaksud. Kepastian juga diperoleh dari pengakuan kerabat dan keluarga masing-masing yang menyebut bahwa korban tewas adalah Santoso dan Mukhtar. “Tidak lagi di duga. Tapi sudah dipastikan kalau DPO yang tewas merupakan Santoso dan Muhtar,” jelasnya pada wartawan di Mapolres Poso. Kata Wakapolda Sulteng ini, jumlah DPO yang terlibat bakutembak dengan pasukan tinombala berjumlah lima orang dengan dua diantaranya adalah perempuan. “Tapi satu laki-laki dan dua perempuan berhasil lolos,” ujarnya. Dua perempuan yang ada saat itu diduga kuat sebagai isteri Santoso dan Basri. Dan seorang pria lain yang berhasil lolos diduga kuat sebagai Basri alias Bagong. “Awalnya kita duga bahwa satu DPO lain yang tewas adalah Basri. Tapi setelah diperiksa badan jenasah tidak terdapat tato, maka perkiraan kita adalah bahwa satu pria yang berhasil lolos bersama dua perempuan dalam kontak tembak adalah Basri,” urai Bona. Pria yang berhasil lolos di duga Basri tersebut lari meloloskan diri dengan membawa satu pucuk senjata laras panjang. Sementara dari TKP baku tembak, pasukan tinombala mengamankan senjata api organis M-16 .

Pantauan Radar Sulteng, aktifitas warga masyarakat di kecamatan PPU, khususnya di desa Tambarana memang berjalan normal. “Tidak ada pengaruh. Sudah biasa seperti itu ada baku tembak,” aku warga di salah satu rumah makan di jalan trans Sulawesi depan SPBU Tambarana. Menurut wanita yang tidak mau namanya dikorankan ini, aktifitas warga Tambarana tetap berjalan seperti biasa. “Yang petani tetap ke kebun. Yang pegawai juga seperti itu, tetap masuk kantor. Tidak ada yang berubah,” tutupnya. (bud)

BUDIYANTOWIHARTO