Gempa 5,1 SR di Kendawangan, Seakan-akan Rumah Ditabrak Truk Besar

GARA-GARA GEMPA. Dinding pagar pasar di Kecamatan Kendawangan yang roboh akibat gempa bumi berkekuatan 5,1 SR, Jumat (24/6) pagi. Warga Kendawangan for Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – Ketapang-RK. Masyarakat Kampung Sukun, Desa Kendawangan Kiri, Kecamatan Kendawangan, Ketapang, dikejutkan dengan guncangan cukup kencang pagi kemarin. Spontan mereka berhamburan keluar rumah.
“Rumah kami sampai bergoyang. Saya menyuruh anak saya keluar rumah, takut rumah saya roboh,” tutur Samsul, salah seorang warga warga Kampung Sukun, via telpon kepada Rakyat Kalbar, Jumat (24/6).
Menurut dia, seakan-akan rumahnya ditabrak truk besar. Namun, ia bersyukur tidak terjadi apa-apa. “Tetangga kami semuanya berhamburan keluar. Takut roboh rumahnya,” jelasnya.
Seisi warung milik Razali, warga Desa Mekar Utama di kecamatan yang sama, pun berantakan. “Barang-barang jatuh dari tempatnya. Pokoknya berantakan setelah guncangan,” terangnya.
Ia baru pertama kali merasakan gerakan tanah sekuat itu. Menurutnya, beberapa warga enggan masuk ke dalam rumah sekitar 30 menit setelah kejadian. Takut ada guncangan susulan.
“Semoga ini yang pertama dan terakhir. Semoga ini juga menjadi peringatan untuk kita semua dan ambil hikmahnya, apalagi terjadi pada bulan Ramadan ini,” ucap Razali.
Usut punya usut, berdasarkan informasi dari Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Rahadi Oesman Ketapang, Nur Alim, Jumat (24/6) pagi memang terjadi gempa bumi tektonik berkekuatan 5,1 skala richter (SR). Pusat gempanya di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah.
“Yang paling kuat merasakan untuk di Ketapang itu di Kecamatan Kendawangan dengan kekuatan getarannya 5 sampai 6 MMI (Modified Mercalli Intensity/skala mengukur gempa bumi). Maksudnya, getaran di Kecamatan Kendawangan kuat dan semua orang ikut merasakannya,” tutur Nur Alim.
Menurut dia, gempa bumi memang terjadi pada pukul 07.41.36 WIB dengan episenter terletak pada koordinat 2,61 LS dan 110,19 BT. Tepatnya di darat pada jarak sekitar 10 kilometer arah barat daya Kota Kandawangan, Ketapang, Kalimantan Barat, pada kedalaman hiposenter 10 kilometer.
Dari Peta Tingkat Guncangan (shake map), Nur Alim menyatakan, getaran dirasakan oleh semua penduduk di Kendawangan. Menurut laporan yang ia terima, banyak warga setempat panik dan berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Juga diakui terjadi kerusakan ringan berupa keretakan pada beberapa bangunan rumah di sana. Namun, korban jiwa dipastikan tidak ada.
Pascagempa itu, Nur Alim meminta masyarakat khususnya di Kecamatan Kendawangan untuk tidak panik. Kabar adanya gempa susulan yang akan terjadi pada pukul 16.00 WIB pun disebutnya tidak benar.
“Itu hanya informasi palsu yang disebarkan oknum tidak bertanggung jawab,” tegasnya.
Ia juga menyatakan, belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan gempa terjadi. “Namun, jika kita melihat dari kebiasan yang terjadi, kalaupun ada gempa susulan biasanya kekuatannya jauh lebih kecil dari gempa utama,” tutup Nur Alim.
Senada, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ketapang, Maryanto. Pihaknya juga mendapatkan laporan dari BMKG terkait gempa yang terasa di Kecamatan Kendawangan. Tapi, menurut dia, dampak gempa di kendawangan itu tidak besar, tidak seperti gempa yang terjadi di Kabupaten Sukamara.
“Kita masih menunggu apakah ada laporan kerusakan berat atau tidak akibat dampak gempa ini,” ujar Maryanto.
Terpisah, Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya belum mendapat informasi yang pasti. “Tapi saya sudah memerintahkan BPBD Provinsi Kalbar untuk siaga atau siap ketika pemerintah daerah Ketapang meminta bantuannya,” ujar dia, kepada wartawan usai menghadiri pelantikan Sekretaris KPU Kalbar.
Wagub meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan isu gempa susulan. Sebab, ia yakin gempa susulan tak sebesar gempa pertama. Namun, tetap saja, ia meminta masyarakat waspada.
“Kita harap masyarakat kita di Ketapang tidak panik berlebihan menanggapi gempa tersebut,” ujar Christiandy.

Laporan: Jaidi Chandra dan Isfiansyah
Editor: Mohamad iQbaL