eQuator.co.id – Namanya boleh saja tak lazim, mengingatkan pada jenis narkotika. Hanya saja, Danau Sabu yang terletak di Desa Bunut Hilir, Kecamatan Bunut Hilir, sungguh menakjubkan.
Danau Sabu satu dari empat danau lindung di sana, kebanggaan masyarakat setempat. Selain panoramanya yang membuat pengunjung betah, sangat potensial dikelola sebagai objek wisata. Di sana tersimpan kekayaan biota danau yang masih terjaga dengan baik oleh masyarakat sekitar.
“Jadi danau ini jika pandai dalam pemanfaatannnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat mencari ikan saja, melainkan memiliki fungsi sebagai tempat wisata yang dapat menghasilkan pendapatan bagi kami,” tutur Geboy, warga Bunut Hilir, Sabtu (21/5).
Dijelaskan pria yang akrab disapa Boy itu, untuk sampai di Danau Sabu tidaklah sulit. Bisa ditempuh menggunakan transportasi air dan darat dengan berjalan kaki dari Desa Bunut Hilir.
“Kalau airnya sedang pasang kita bisa menggunakan perahu dengan menyusuri anak sungai yang kecil sambil melihat pohon kayu yang tinggi dan besar beserta pemandangan dan hewan-hewan yang ada. Namun kalau musim kemarau bisa berjalan kaki melewati jalan tani yang telah dibuat warga,” terangnya.
Senada, warga lainnya, Suhaini. Menurut dia, jika dibandingkan tempat wisata lainnya di Kapuas Hulu, Danau Sabu jauh lebih menarik karena memiliki nilai eksotik dengan bentukkan danau alami. “Rugi danau yang indah seperti ini tidak dimanfaatkan dan dikelola untuk kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Ia sangat berharap danau tersebut bisa jadi objek wisata. Diyakininya, dampak positif bakal dirasakan warga setempat. Roda perekonomian berputar, juga menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kapuas Hulu.
“Kalau dibuat rumah pohon, lanting apung, tempat pemancingan, tempat hiburan, dan bebek engkol, plus penginapan, pasti di sini akan banyak pengunjungnya,” tutur Suhaini.
Sekarang saja, kata dia, meski belum dikelola maksimal, Danau Sabu kerap jadi tujuan beberapa masyarakat se-Kalbar yang tahu akan keberadaannya. “Mereka yang dari Pontianak, Sintang, sering datang dan memuji keindahan Danau Sabu,” pungkasnya. (*)
Andreas, Putussibau
Editor: Arman Hairiadi