SAR Nasional Kurang Tenaga

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Wilayah Kalbar rentan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), banjir, putting beliuang dan tanah longsor serta kecelakaan pelayaran maupun penerbangan. Sayangnya, Badan Search and Resque (SAR) Nasional masing kekurangan tenaga.

Mewaspadai berbagai musibah, salah satunya menggunakan early warning system pada SAR Nasional, sehingga setiap bencana bisa segera ditangani. “Selin itu kekompakan instansi vertical dan horizontal, sehingga bisa berjalan baik dalam penanganan dan pelaporan penanganan bencana,” kata Gubernur Drs. Cornelis, MH, ketika membuka Rapat Koordinasi dan Pelatihan Potensi SAR daerah tahun 2016 di Mercure Hotel Pontianak, Selasa (26/4).

Rakor dihadiri Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo, S.Sos. Kepala Badan SAR menyerahkan buku SAR Goes to School kepada Gubernur Cornelis. Tujuannya upaya pengenalan SAR bisa disosialisasikan ke sekolah-sekolah.

Menurut Cornelis, antisipasi dini terhadap bencana, memerlukan pemikiran, tekad dan semangat, serta pengerahan segala sumberdaya. Semua pihak juga mesti dilibatkan, untuk memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi masyarakat Kalbar.

“Mengingat sekarang cuaca sudah tidak bisa diprediksi, gelombang tinggi di laut, sehingga memerlukan respon cepat dari Tim SAR, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap pelayaran dan penerbangan,” ungkap Cornelis.

Demikian juga antisipasi di daerah rawan banjir, tanah longsor dan kebakaran hutan dan lahan. Gubernur Cornelis juga meminta setiap maskapai, selalu mengecek kualitas pesawat terbang dan transportasi laut. Kemudian mengecek sarana angkutan, sehingga benar-benar layak untuk mengangkut orang dan barang.

Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo mengatakan, di Kalbar, petugas SAR sangat solid. Mereka sudah menjalankan system kerjasama empat komponen, yakni Basarnas, TNI/Polri, pemerintah daerah dan potensi SAR di masyarakat.

“Safety culture atau budaya keselamatan harus terus disosialisasi ke masyarakat. Sebagai upaya pencegahan dini terhadap berbagai macam bencana yang mungkin terjadi,” ungkap Soelistyo.

Jenderal bintang tiga yang juga pilot pesawat tempur TNI AU itu mengakui, SAR Nasional masih kekurangan tenaga. Saat ini baru ada 3.700 anggota SAR di seluruh Indonesia. Yang rescuer hanya 80 persen dari jumlah tersebut. Harusnya 5.700 personil rescuer. Karena moratorium PNS oleh pemerintah pusat, maka menggunakan tenaga kontrak untuk memenuhi kebutuhan tenaga Badan SAR.

“Saya bersyukur, secara Internasional, prestasi Basarnas membanggakan, karena berhasil masuk pada peringkat tujuh dunia. Ini tidak terlepas dari kerjasama semua pihak dan pemerintah daerah, seperti Kalbar ini yang proaktif,” sanjungnya.

Laporan: Isfiansyah

Editor: Hamka Saptono