Melihat Inovasi Siswa SMA di Metropolis Dari Tongsis Jadi Tongkat Deteksi untuk Tuna Netra

Ekstrakurikuler Klub Gemar Berpikir (KGB) SMA Plus Negeri 17 telah banyak menghasilkan inovasi. Salah satunya, tongkat tunanetra yang mampu mendeteksi keberadaan orang di depannya. Hebatnya, karya ini berhasil meraih juara III di tingkat nasional di Jogjakarta pada Agustus 2015 lalu.

Melihat Inovasi Siswa SMA di Metropolis salah satunya adalah siswa sma plus 17 palembang Tyrell pembuat Deteksi untuk Tuna Netra Dari Tongsis menJadikan Tongkat

eQuator.co.id – SEKELOMPOK siswa tengah memainkan alat musik, di salah satu sudut SMA Plus Negeri 17 Palembang. Ada pula yang berdiskusi sembari memegang buku. Sampai di perpustakaan sekolah, di bagian pojokan ruangan ada siswa yang lagi memperhatikan laptop. Ada pula yang lagi bimbingan dengan guru.

Pada bagian tengah ruangan, sekompok siswa yang tengah serius memelototi buku sembari sekali-kali mencatat. “Tyrell dan Alwan sini, Mbak ini mau ngobrol,” kata Ami, Humas SMA Plus Negeri 17 Palembang, sembari memperkenalkan koran ini yang datang.

Sembari mendekat malu-malu, kedua siswa ini menceritakan inovasi dan prestasi yang telah diraih. Menurut Tyrell, dirinya dan Alwan baru pulang dari Singapura pada 27 Januari lalu, setelah mengikuti Singapura Robotic Games se-Asia Tenggara pada kategori school robotic competition. Ada 33 peserta dan enam negara. “Tidak menang (partisipan), tapi cukup membanggakan bisa ikut kompetisi itu. Apalagi peserta dan karya mereka luar biasa,” kata Tyrell.

Menurut Tyrell, timnya kalah karena regulasi yang berubah. Pada saat uji lintasan, panjangnya sekitar 5 meter. Namun pada saat lomba ada 10 meter. Padahal, programming (setting) waktu hanya 8 detik, seharusnya 13 detik. Banyak juga peserta yang robotnya tidak mencapai garis finis. Meski begitu, Tyrell mengaku tidak kecewa, penting baginya ia punya pengalaman.

Sebelumnya, kata Tyrell, pada Agustus 2015 lalu, ia pun pernah mengikuti kompetisi Robot Low Cost. Dirinya dan rekan mengikuti kompetisi tersebut. Ide awal karena dirinya gemar bermain PlayStation (PS). Namun dirinya mengaku penasaran kalah analog stik remote bergetar. Lantaran rasa penasaran dirinya pun membongkar stik untuk dipelajari. “Saat itu masih duduk di kelas VIII, saya sharing dan bertanya. Dari situ muncul ide awal,” ucap remaja kelahiran Jambi, 10 Agustus 2000.

Kemudian, tambah siswa lulusan MTsN 1 Palembang, ketika SMA dirinya mengembangkan kembali stik tersebut menjadi tongkat yang bisa dipergunakan mereka yang mengalami ganguan penglihatan. Peralatan untuk membuat robot tersebut sangat simpel yakni bekas tongsis.

Kemudian menggunakan komponen robot yang sudah ada yakni robot sumo. Di antaranya, line follower, automatic sensor, saklar, kabel, kapasitor, resistor, transistor, led, dan papan PBb. “Total dana untuk membeli peralatan (komponen) hanya Rp32 ribu,” sebutnya.

Diungkapkan, proses perakitan ini terbilang tidak mudah dan butuh waktu sekitar tiga minggu agar berfungsi. Terutama, penyatuan komponen dan dudukan baterai. “Semua komponem ini disatukan (dirakit, red) dengan sederhana menggunakan lakban,” bebernya.

Meski sangat bermanfaat, lanjut dia, namun inovasinya masih banyak kelemahan dan perlu dilakukan pengembangan. Di antaranya, sensor tidak mampu membaca kaca bening, jarak sensor hanya 30 cm ke depan. Kemudian, bentuknya belum simpel dan masih gemuk karena dudukan beterai menghasilkan 12 volt dan komponen disatukan lem dan lakban.

Karena itu, sambung dia, ke depan inovasi ini akan dikembangkan yakni desain agar lebih simpel dan praktis, terutama komponen dan baterai. Rencananya akan menggunakan solar sail atau tanpa baterai, jarak sensor lebih panjang. “Paling penting, produk ini bisa dipatenkan dan diproduksi massal sehingga dapat bermanfaat bagi mereka berkebutuhan khusus. Ada juga ide untuk diaplikasikan kepada kursi roda,” ucap dia.

Pembimbing Ekstrakurikuler Klub Gemar Berpikir (KGB), Bahtiar, mengatakan, di sekolahnya ada banyak macam kegiatan ekstrakurikuler. Nah, eskul yang melihatkan inovasi ada dua yakni Karya Ilmiah Remaja (KIR) dan KGB. Klub ini terbagi terdiri atas robotik, sains aplikasi, programming komputer, menyusun kotak, desain grafis, dan web design. “KGB ini keberadaannya untuk memacu kreativitas anak,” tuturnya (*/air/ce1)