eQuator.co.id – Pontianak-RK. Jauh sebelum sains meneliti fenomena Gerhana Matahari Total (GMT), Islam lebih dulu menerjemahkannya sebagai salah satu kekuasaan Allah SWT yang di dalamnya terdapat beberapa rahasia.
Maka, umat Islam sangat dianjurkan untuk mencermati fenomena gerhana dan mengagungkan kebesaran Allah. Salah satunya dengan cara melaksanakan sholat khusuf.
Harian Rakyat Kalbar mengajak umat Islam melaksanakan Sholat Khusuf di halaman Graha Pena Kalbar, Jalan Arteri Supadio KM 13,5, Sungai Raya, Kubu Raya pada Rabu (9/3) pukul 06.30 WIB.
“Ini merupakan warisan ilmu yang diajarkan Rasulullah SAW, namun banyak dilupakan oleh kaum muslimin dan mukminin. Karena memang kejadian ini tidak terjadi setiap hari, dia memiliki siklus tertentu,” kata Ustadz Rahmatullah, tokoh agama Islam Kalbar, Senin (7/3).
Rahmatullah mengatakan, kedudukan hukum sholat khusuf sama seperti sholat Jumat dan sholat dua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha, yakni sunnah muakkad. Jadi baik sholat gerhana matahari maupun sholat gerhana bulan keduanya berhukum sunnah muakkad. “Sunah muakkad, sunah yang sangat dianjurkan, sunnah yang sangat diperkuat,” jelas Rahmatullah.
Pelaksanaan sholat khusuf ini tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan sholat Jumat atau sholat kedua hari raya, baik syarat-syaratnya maupun rukun-rukunnya. Sholat khusuf juga memiliki khutbah.
“Kalau rukun-rukun khutbah sholat Jumat itukan ada membaca Hamdallah, membaca syahadat, shalawat, membaca salah satu ayat Al Quran dan kemudian wasiat taqwa. Seperti itu juga, sama. Demikian juga pelaksanaannya sama dengan dua hari raya. Khutbah dilakukan setelah sholat,” jelas Rahmatullah.
Hanya saja bedanya, sholat gerhana matahari atau gerhana bulan tidak harus ada bilal. Artinya tidak harus ada adzan dan tidak harus ada iqomah. Cukup imam mengucapkan “assholatu jamiah” (mari kita sholat berjamaah) sebanyak tiga kali.
“Hadits ini muktamat, dari Rasulullah langsung. Dan Rasulullah itu menurut riwayatnya, hanya melakukan sholat gerhana dua kali selama dalam hidupnya. Selama hidup Rasulullah terjadi empat gerhana matahari empat gerhana bulan, Rasulullah melaksanakan dua gerhana matahari dan dua gerhana bulan, selebihnya Rasulullah tidak melaksanakan sholat, karena sakit,” ujar Rahmatullah.
Rahmatullah menjelaskan, peristiwa gerhana matahari atau gerhana bulan murni dua kejadian alam. Melalui gerhana matahari dan gerhana bulan ini, Allah ingin memperlihatkan hukumnya, bahwa kejadian ini bukan karena disebabkan munculnya seseorang atau hilangnya seseorang, bukan sebabnya matinya seseorang atau hidupnya seseorang.
“Artinya bukan karena matinya seorang ulama besar, bukan karena kehadiran ulama besar. Kehadirannya murni merupakan fenomena alam yang patut kita cermati, patut kita teladani. Karena pasti dari setiap dari peristiwa alam itu mengandung rahasia,” paparnya.
Gerhana matahari besok, diperkirakan akan terjadi pada pukul 06.20 dan berakhir 08.30 atau sekitar dua jam. Maka selama dalam rentang dua jam itulah sholat gerhana dilakukan. Dengan kata lain, pada saat gerhana matahari sedang berjalan, pertengahan gerhana dan menjelang habisnya gerhana, selama kurang lebih dua jam itu. Dan berhentinya sholat atau tidak lagi dilaksanakaan, itu ditandai dengan hilangnya gerhana matahari atau tenggelamnya matahari.
“Hilangnya gerhana matahari artinya, sudah hilang gerhananya atau sudah pulih, kembali normal, kembali kepada garis orbitnya, kembali sepenuhnya mengeluarkan ultra violetnya. Atau yang kedua, karena tenggelamnya matahari, misalnya kejadiannya sore, sebenarnya masih beberapa persen menurut pengamatan, tapi tiba-tiba waktunya tenggelam, maka tenggelam lah dia, berganti waktu masuk waktu maghrib,” ujarnya.
“Kalau gerhana bulan juga sama, itu karena tenggelamnya bulan. Karena bisa jadi kejadiannya subuh setelah fajar atau menjelang terbitnya matahari. Maka dari itu, selesailah anjuran melaksanakan sholat itu,” sambung Rahmatullah.
Untuk anjuran salat gerhana, apakah hanya bagi mereka yang melihat gerhana atau kepada seluruh umat Islam termasuk yang tidak melihat gerhana, kata Rahmatullah, dalam hal ini ulama berbeda pendapat.
Ada yang berpendapat ketika muslim tidak sedang melihat gerhana, maka sholat tidak boleh dilaksanakan.
Ada juga ulama yang berpendapat tidak harus melaksanakan, dan sholat gerhana hanya dapat dilaksanakan di wilayah atau tempat terjadinya gerhana, atau bagi yang menyaksikan saja.
“Itu secara syariat atau hukumnya. Tapi kalau ditinjau dari keilmuan, sholat gerhana dilakukan oleh seluruh kaum muslimin, apabila mendengar peristiwa itu. Jadi secara ilmu, Indonesia itu muakkad melaksakan sholat. Misalnya seperti saat ini, peristiwa gerhana sudah diketahui jauh sebelum gerhana,” katanya.
Imbuh dia, “Jadi, boleh. Kalau tidak salah saya Pontianak itu (magnitudo) 92,26 persen, Kendawangan itu 100 persen, jadi misalnya masyarakat muslim yang berada di luar Kendawangan, seperti Mempawah, Sambas, dimana-mana boleh, walaupun tidak melihat langsung. Artinya melaksanakan ilmunya, secara hukumnya orang yang melihat”.
Rahmatullah juga menjelaskan, terdapat beberapa kemuliaan atau keutamaan umat Islam yang melaksanakan sholat ini. Sebagaimana hukumnya, sunnah muakkad, tentu bagi yang melaksanakannya akan mendapatkan fadhilah-fadhilah atau keutamaan.
Pertama, mereka yang melaksanakana sholat akan mendapat tausiyah atau peringatan dari para ulama setempat tentang bagaimana cara bertaubat, mempercepat melakukan taubat dan mendapatkan antar dua pihak yang bersengketa. Karena pada isi khutbah yang disampaikan pada waktu sholat khusuf, menganjurkan tentang kewajiban mengingat Allah.
“Beberapa poin tadi merupakan hikmah terjadinya gerhana matahari. Kaum muslimin memahami ketika tidak terjadi keseimbangan alam, maka ia segera mengingat Allah. Karena umumnya ketika terjadi ketidaksesuaian alam, maka timbul rasa khawatir, maka diajarkan oleh Rasulullah untuk segera mengingat Allah. Karena bisa saja bagi Allah matahari tidak dihadirkan lagi. Maka dari itu dengan kejadian ini kita diajak dan diingatkan kembali tentang kekuasaaa Alah,” ungkapnya.
Selanjutnya, pada hari terjadinya gerhana, umat Islam sangat diajurkan memperbanyak sedekah. Karena sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Quran dan hadits, sedekah yang diberikan dapat menolak bala dan bencana.
“Karena sedekah itu menolak bala. Artinya kalau ini tragedi alam, umat Islam berbondong-bondong melakukan sedekah, maka murka Allah dalam artian distorsi alam ini terhindari. Itu fungsi sedekah,” katanya.
Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Kalbar telah mengeluarkan surat edaran di 14 cabangnya se-Kalbar, agar memberikan imbauan di masjid dan surau untuk melaksakan sholat gerhana matahari berjamaah pada Rabu besok, tanggal 9 Maret 2016.
Sementara di Kota Pontinak sendiri, sholat khusuf atau sholat gerhana ini rencananya akan dipusatkan di Masjid Raya Mujahidin, Jalan Ahmad Yani I Kota Pontianak.
“Kalau untuk laporan khusus sejauh ini belum ya. Tapi informasinya di Mujahidin. Dimulai dari sholat subuh berjamaah dulu, kemudian langsung berkumpul dan dilanjutkan dengan sholat gerhana berjamaah sekitar pukul 06.20 sampai 08.30. Kanwil bersama rombongan juga akan hadir di Mujahidin,” kata Kakanwil Kemenag Kalbar, H Syahrul Yadi, Senin (7/3).
Gerhana matahari merupakan salah satu fenomena alam yang sangat langka terjadi. Dimana posisi bulan terletak diantara bumi dan matahari, sehingga menutup sebagian atau seluruh sinar matahari yang terpancar ke bumi.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Hamka Saptono