eQuator.co.id – JAKARTA – Kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Syiria) masih masif melakukan rekrutmen pengikut di tanah air. Polri telah mendeteksi setidaknya ada lima masjid yang digunakan untuk merekrut anggota untuk diberangkatkan ke Syiria.
Salah satu masjid yang digunakan untuk rekrutmen itu bernama As Syuhada di Jakarta. Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan mengatakan, Polri melakukan pendalaman pada rekrutmen ISIS di masjid-masjid itu. Informasi ini sudah dicek kebenarannya dan dilihat siapa saja yang terlibat. ”Informasi semacam apapun tentu perlu dikroscek,” terangnya di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.
Polri bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya mencegah rekrutmen ISIS. ”Karena ini soal ideologis, maka masyarakat diharapkan membantu. Kalau ada kegiatan mencurigakan tentu perlu untuk diinformasikan,” jelasnya.
Anton menuturkan belum menjerat pelaku rekrutmen itu. ”Tapi kalau memang ada pidananya, tentu akan dijerat,” janjinya.
Menurut dia, perlu ada pertahanan masyarakat dan lingkungan. Misalnya, kembali menghidupkan budaya keamanan. ”Kalau dulu itu, ada kecurigaan pasti lapor ke RT dan RW. Lalu diteruskan ke kepolisian. Budaya semacam itu tentu bagus untuk dipertahankan,” paparnya.
Perekrutan terbuka di masjid ini sebenarnya sudah sangat biasa. Ada pula perekrutan yang jauh lebih manjur yang terus dilakukan ISIS. Yakni, melalui propaganda dunia maya. ”Rekrutmen ini semua orang bisa melihatnya, bahkan bisa sampai jutaan orang yang membaca rekrutmen ini,” paparnya.
Dia menjelaskan, kendati banyak situs ISIS yang telah diblokir, situs itu terus muncul dengan alamat yang berbeda. ”Ini masalah tersendiri yang harus diatasi,” paparnya ditemui di Komplek Mabes Polri kemarin.
Bila dipelajari, saat ini perekrutan ISIS bergeser pada orang-orang awam yang tidak memiliki pengetahuan mendalam soal agama. Orang awam ini mudah untuk dikelabui dengan dalil-dalil agama. ”Kalangan pesantren sekarang jauh dari rekrutmen tersebut,” ujarnya.
Sementara terkait masalah penangkapan teroris di Malang, Jawa Timur, dia menjelaskan ada fakta baru kelima teroris. Salah satunya pernah berlatih bersama Santoso cs. Ada pula informasi bahwa mereka juga terlibat dalam penembakan trerhadap anggota polisi di Poso. ”Kami terus periksa mereka,” terangnya.
Perlu diketahui, hingga saat ini sudah ada lebih dari 40 orang yang telah ditangkap, baik terlibat dengan aksi teror Thamrin dan kasus kepemilikan senjata yang direncanakan untuk aksi teror pasca teror Thamrin. (idr/sof)