eQuator – Ketapang-RK. Belasan anak di Yayasan Panti Asuhan Nurul Iman yang berada di Jalan Lingkar Kota Kelurahan Sukaharja Kecamatan Delta Pawan memutuskan untuk keluar dan berhenti dari Yayasan tersebut.
FA, 16, salah satu anak yayasan panti asuhan Nurul Iman asal Desa Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan (MHS) yang memutuskan untuk keluar dari yayasan tersebut. Ia mengaku tidak tahan lagi berada di yayasan lantaran merasa tidak betah.
“Banyak masalahnya, misalnya kalau ada bantuan apa-apa jarang dibagi ke kita, seperti makanan, sabun, buku, itu semua di simpan di gudang,” katanya, Rabu (30/12).
Ia mengaku memang untuk makan sehari-hari tidak di pungut biaya, hanya saja makanan yang diberikan sudah tidak layak konsumsi seperti ikan busuk, terus sayur bekas yang seperti sudah terinjak-injak. “Biasa juga di kasi makan mie, tapi mienya sudah kadaluarsa biasanya,” ujarya.
Ia pun mengaku, memang masuk ke yayasan panti asuhan Nurul Iman tidak dipungut biaya, ia menceritakan dulu pihak yayasan pernah mendatangi desanya dengan membagikan brosur yang isinya semua biaya gratis. Terlebih juga di panti asuhan ada sekolah dan biaya sekolah dalam brosur gratis.
“Masuk memang tidak bayar, awal-awal biaya sekolah seperti LKS, SPP dibayarkan, tapi akhirnya pihak sekolah minta uang LKS, uang SPP.Makanya kami bingung mau bayar pakai apa, dulu katanya gratis.Makanya sudah banyak yang keluar, kami saja di Desa Pelang ada sekitar 11 orang yang memutuskan keluar dari yayasan,” katanya.
Sementara itu, IN, 14, yang juga merupakan salah satu anak yayasan nurul iman berasal dari Desa Pelang g juga memutuskan untuk berhenti dan keluar mengeluhkan hal yang sama, menurutnya dirinya masuk ke yayasan tersebut sejak Kelas 6 SD pada tahun 2013, dan memutuskan keluar dari yayasan pada kelas 1 SMP.
“Saya sudah tidak betah, makanya keluar, kami makan ikan busuk, sayur bekas, itu pun kami yang mengambil di pasar, sebab kata pengurus yayasan kalau tidak mau mengambil sayur atau ikan bekas di pasar kami tidak makan,” jelasnya.
Sepengetahuannya pihak yayasan memang kerap mendapat bantuan dari luar, terutama barang-barang sehari-hari, hanya saja bantuan jarang sekali disalurkan ke mereka.
“Karena biasa kalau ada yang bantu, kita yang mengemaskan barang-barangnya, kalau duit kami tidak tahu ada atau tidak bantuannya, kami mau mengeluh atau bertanya takut, karena sering dimarah,” ungkapnya.
Sementara IR, 18, juga salah satu anak yayasan Nurul Iman yang memutuskan keluar, mengaku dirinya yang kerap disuruh mengambil ikan bekas dan sayur bekas di pasar.
“Kalau tidak ngambil sayur sama ikan di pasar nanti tidak makan kata pengurus yayasan, makanya terpaksa mengambil, makan ikan bekas yang biasa sudah busuk, dua hari sekali makan ikan dan sayur bekas,” ujarnya.
Akibat memakan ikan dan sayur bekas, ia mengaku dirinya juga kerap kali mengalami sakit perut, bahkan pernah ia sampai kerumah sakit dan mengeluarkan biaya sendiri.
Sementara Pimpinan Yayasan Panti Asuhan Nurul Imam, Ustad Abdul Azis Noor membantah pernyataan yang mengatakan pihaknya memberikan makanan seperti sayur bekas dan ikan busuk kepada anak-anak yayasannya.
“Saya ini memelihara mereka dengan ikhlas, tapi saya tahu kadang-kadang ada orang yang iri dengki dengan perjuangan saya mendirikan yayasan ini, jadi ada yang menggosok dan menyebarkan isu seperti ini, tapi apapun itu Allah lebih tahu,” jelasnya.
Ia pun membantah kalau Yayasan yang dipimpinya memberi makan- makanan yang tidak layak konsumsi untuk anak-anak di yayasannya. Ia mengaku makanan yang di makan masih layak dimakan dan konsumsi.
“Kalau katanya dikasih makan ikan busuk, itu tidak benar. Ikan yang dimakan semua masih layak konsumsi. Kalaupun ada ikannya mulai berubah warna kita buat botok, tapi itu ikannya masih layak konsumsi, kalau memang ikan sudah parah sekali baru kita buang ke kolam,” jelasnya.
Ia menuturkan, dirinya bukan menyuruh anak yayasan meminta-minta ikan dan sayur ke pasar, hanya saja memang ada amanah dari orang di pasar agar kalau mereka memberi yayasan sayur atau ikan setiap dua hari sekali.
“Jadi anak-anak yang sudah besar yang kita suruh ngambilnya, semuanya masih layak di makan, tak mungkin orang pasar memberi ikan busuk, kalaupun agak berubah ikannya kami jadikan botok, kalau tak bisa sama sekali saya buang,” tegasnya.
Ia pun membenarkan ada beberapa anak yang keluar dari yayasannya, itupun karena anak-anak yang keluar sebagian besar anak-anak yang bermasalah, seperti ada yang panjang tangan, sering keluar malam, merokok bahkan ngelem.
“Kita coba sadarkan, tapi mereka tidak mau berubah. Jadi mereka kita kembalikan ke orang tua mereka, termasuk yang di Desa Pelang yang keluar karena bermasalah,” ungkapnya.
Mengenai uang biaya sekolah,pihaknya memang menanggung secara gratis biaya sekolah anak yayasan SD sampai SMP di yayasannya, hanya saja untuk biaya sekolah SMA memang berbayar, karena pihak yayasan tidak dapat menanggung semua biayanya.
“Jadi kita hanya tanggung SD dan SMP, kalau SMA memang biaya SPP kita serahkan ke orang tua anak, karena biaya SMA besar, jadi kita tidak bisa menanggungnya,” pungkasnya.
Reporter: Jaidi Chandra
Editor: Kiram Akbar