Pembudidaya Ikan Kewalahan Penuhi Permintaan

Harga Pakan Semakin Mahal

Banyak tambak ikan di Mempawah tidak beroperasi, karena harga pakan yang terus naik. Ari Sandy

eQuator – Mempawah. Melonjaknya permintaan pasar tidak membuat pembudidaya ikan nila dan mas meraih keuntungan. Banyak pemilik tambak di kota Mempawah justru tidak beroperasi. Mahalnya harga pakan menjadi penyebabnya.

Salah satu pembudidaya ikan, Ridho W mengaku keteteran menyuplai ikan nila ke pasar-pasar yang meminta pasokan ikan nila setiap hari dari tambaknya. “Ada salah satu pengepul di Pontianak minta suplai ikan per hari 250 kilogram. Saya jujur tak menyanggupi karena terbilang lumayan besar, karena tak ada jeda untuk budidaya ikan supaya besar,” ungkapnya, Selasa (15/12).

Dikatakannya, saat ini harga ikan nila mengalami kenaikan menjadi Rp 24 ribu – Rp 25 ribu per kilogram, dari sebelumnya hanya Rp 22.500 – Rp 23 ribu. Kenaikan harga pakan diakuinya membuat stok ikan nila di tambak-tambak pembudidaya tak terlalu banyak, karena harga pakan yang semakin memberatkan.

Ridho berharap, pemerintah melakukan kontrol harga pakan agar para pembudidaya tak berhenti beroperasi, lantaran kesulitan membeli pakan ikan yang terbilang tinggi harganya.

Sementara itu, salah satu pengepul ikan nila, Ifan mengungkapkan, sudah keliling kota-kota terdekat di Pontianak untuk mencari para penambak ikan yang bisa menyuplai nila. Namun, tidak banyak yang sanggup karena terbatasnya ikan nila yang dimiliki pemilik tambak. “Saya sudah keliling, salah satunya di kota Mempawah. Tak banyak para penambak yang mampu menyediakan ikan untuk saya ambil,” ungkapnya.

Ia menambahkan, budidaya ikan nila merupakan peluang besar bagi masyarakat. Sebab, modal yang dikeluarkan tidak begitu besar, namun bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan dari tambak ikan mas dan nila, karena permintaan pasar semakin hari semakin meningkat, sedangkan pasokan semakin sedikit. “Kita berharap anak muda melihat potensi ini, dan mencoba wirausaha di bidang budidaya ikan,” sarannya

 

Reporter: Ari Sandy

Redaktur: Yuni Kurniyanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.