eQuator.co.id – JAKARTA –RK. Nama-nama calon menteri yang mengisi kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin terus mengemuka. Tidak ingin kalah start dengan partai sesama koalisi, Golkar diam-diam juga telah menyodorkan nama calon menteri ke meja presiden.
Tidak tanggung-tanggung, ada 10 nama yang diajukan. ’’Dengar-dengar nama itu sudah disampaikan Pak Ketua Umum (Airlangga Hartarto, Red) ke Pak Jokowi,” kata Wakil Koordinator Bidang Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo, Senin (8/7). Kabar tersebut, kata dia, sudah beredar di lingkungan fungsionaris DPP Golkar.
Siapa saja mereka? Bamsoet tidak mau mengungkapkan. ’’Yang pasti dari 10 nama itu, dua orang saya dukung seribu persen,” ujar Bamsoet. Yang dimaksud adalah Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita. ’’Karena beliau berdua kinerjanya bagus. Layak dipertahankan,” imbuhnya.
Bamsoet tidak memungkiri, dari sepuluh nama yang diajukan, di antaranya ada juga yang tergolong figur muda. Salah satunya Meutya Hafid. Perempuan 41 tahun itu kini menjabat ketua bappilu bidang media dan opini Partai Golkar. Dia optimistis akan banyak sosok-sosok muda yang menjadi pembantu presiden untuk periode 2019-2024 nanti. ’’Tapi juga sangat tergantung kebutuhan Pak Jokowi ,” tambahnya.
Di Partai Nasdem, nama Prananda Paloh hampir pasti diajukan sebagai calon menteri muda. Anggota Dewan Pakar Nasdem Taufiqulhadi mengatakan nama-nama calon menteri sudah disampaikan oleh Ketum Nasdem Surya Paloh ke Presiden Jokowi. ’’Sudah diserahkan ke ketua umum,” kata Taufiqulhadi.
Terkait dengan kemunculan nama Prananda Paloh, Taufiqulhadi tidak bisa mengelak. Menurut dia, ke depan pemerintah harus ditopang oleh figur-figur pemuda. ’’Anak muda identik dengan inovasi dan terobosan. Saya kira positif,” paparnya.
Sementara itu, Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto mengingatkan bahwa menteri muda tidak boleh sekadar menjadi simbol. Simbol yang dimaksud adalah angka, yakni yang berusia muda. Dalam arti sekadar memenuhi keinginan presiden untuk memiliki kabinet berisi tokoh milenial.
Lebih dari itu, calon menteri milenial harus layak secara substantif. Dia harus memenuhi sejumlah syarat untuk bisa dipertimbangkan sebagai menteri, yang akan mengemban tugas yang begitu kompleks. Yang pertama, dia harus punya basis kompetensi. ’’Terutama di leading sector yang dibutuhkan oleh pak Jokowi,’’ terangnya.
Kemudian, dia juga harus berintegritas. Jangan sampai Jokowi memilih anak muda yang punya potensi masalah di kemudian hari. Baik hukum maupun moral. Integritas menjadi syarat mutlak selain kompetensi. Sebab, itu berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi pemerintahan.
Yang tidak kalah penting adalah kemampuan manajerial. Gun Gun mengingatkan, Jokowi menginginkan seorang eksekutor yang kuat. Artinya, dia harus cepat dan tepat. Bila tidak punya pengalaman mengelola organisasi atau aktivitas manajerial lainnnya, akan berat. Karena memimpin sebuah perusahaan saja tantangannya sudah berbeda dengan memimpin birokrasi dengan ASN di dalamnya.
Bagi Gun Gun, mengangkat menteri muda pada prinsipnya tidak menjadi soal. Sebab, sejumlah negara juga bisa dikatakan cukup berhasil dengan menteri mudanya. Sebut saja UAE yang memiliki menpora dengan usia 22 tahun. belum lagi Malaysia yang menporanya berusia 25 tahun saaat dilantik. Bahkan, Selandia baru saat ini dipimpin Perdana Menteri di bawah 40 tahun, Jacinda Ardern yang usianya 38 tahun.
Satu hal yang perlu diperhatikan Jokowi, dia harus punya proyeksi selama lima tahun dalam mengangkat menteri muda. Menurut Gun Gun, Jokowi sudah punya pengalaman lebih dari cukup untuk bongkar pasang kabinet. Maka bila mengambil menteri, apalagi yang muda, harus bisa diproyeksikan untuk lima tahun. Bukan lagi coba-coba.
Bila Jokowi sampai blunder dalam mengambil menteri muda, kemusian di-reshuffle di tengah jalan karena kinerjanya kurang baik, akan jadi preseden buruk. Tidak hanya bagi Jokowi, namun yang utama bagi anak-anak muda secara keseluruhan. ’’Itu akan mengganggu persepsi publik atas migrasi anak-anak muda ke jalur formal politik di jabatan strategis seperti menteri,’’ lanjutnya.
Karena itu, kehati-hatian sangat diperlukan agar menterinya awet. ’’Kalau pak Jokowi memilih orang kurang dari 30 tahun misalnya, kita harapkan justru mennjadi rising star baru,’’ tutur Gun Gun. Dalam arti, kinerjanya nanti akan menonjol. Menteri itulah yang akan mematahkan anggapan bahwa anak-anak muda tidak mampu dan tidak berpengalaman.
Gun Gun menambahkan, tidak perlu ada dikotomi parpol dan non parpol dalam memilih menteri dari kalangan muda. Pertimbangan utamanya tetap harus kualitas. Meskipun, harus diakui memilih sosok menteri tidak bisa hanya mepertimbangkan kualitas semata. (Jawa Pos/JPG)